(Cerita dewasa🌶️)
Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....
Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....
Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24¹
...(1 bulan kemudian)...
...Beberapa hari setelah pemakaman Devian, Silvia mulai mematangkan rencananya untuk meninggalkan Antonio. Waktu berlalu begitu cepat, dan hari yang dinanti Silvia akhirnya tiba: hari pernikahan Leon dan Tamara, di mana ia akan berperan sebagai ibu Leon dan juga ibu mertua Tamara....
...Rupanya, beberapa minggu sebelum hari ini, Antonio dan Silvia telah melangsungkan pernikahan secara rahasia, tanpa sepengetahuan keluarga maupun teman-teman mereka. Silvia kini sah menjadi Nyonya Amores. Meskipun Antonio sebenarnya ingin pernikahan mereka diumumkan, Silvia selalu punya alasan untuk menundanya. Bahkan, Silvia telah berhenti dari pekerjaannya sebagai asisten Antonio, dan posisi itu kembali diisi oleh mantan asistennya....
...Semalaman Silvia tidak memejamkan mata. Ia hanya duduk di tepi ranjang, memandangi wajah Antonio yang tertidur pulas di sampingnya. Perasaan berkecamuk dalam hatinya hingga fajar menyingsing, tepat pukul 07:00 pagi. ...
"Maafkan aku, suamiku," bisik Silvia lirih, air mata menetes di pipinya. "Aku wanita licik. Aku sadar, aku tidak pantas bersanding dengan pria sebaik dirimu. Maafkan aku karena telah memanfaatkanmu demi kepentingan pribadiku. Tapi ketahuilah, aku juga telah jatuh cinta padamu, meski belum lama. Namun, jalan balas dendamku masih panjang, dan aku tidak ingin melibatkanku." Silvia mengecup kening Antonio dalam-dalam.
"Ugh... Sayang, kamu sudah bangun?" Antonio mengerjap, terusik oleh sentuhan Silvia.
"A... apa aku membangunkanmu? Maafkan aku," kata Silvia dengan nada sedikit gugup sambil menyeka air mata yang sempat jatuh, lalu berusaha bangkit dari tempat tidur.
...Tiba-tiba, lengan Antonio melingkari pinggang Silvia dari belakang, menariknya kembali hingga tubuh mereka berdekatan....
"Selamat pagi, Sayang," bisik Antonio lembut, lalu mengecup pipi Silvia dengan sayang.
...Sentuhan dan sapaan Antonio membuat Silvia terkejut dan wajahnya langsung memerah seperti kepiting rebus....
"Antonio! Ayo bangun! Ini hari pernikahan Leon dan Tamara, para perias akan segera datang. Jangan sampai kamu membuat masalah!" Silvia berteriak pelan sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Antonio.
"Tidak mau, Istriku," bisik Antonio dengan suara serak khas bangun tidur, tangannya mulai menjelajahi paha mulus Silvia dengan penuh gairah. "Aku butuh sarapan yang lezat untuk menambah stamina sebelum acara dimulai."
"Ugh... Antonio, hari ini jangan ya? Aku juga butuh tenaga ekstra untuk berdiri dan berjalan sepanjang hari ini."
...Dengan wajah yang memerah seperti buah ceri, Silvia terbata-bata, bibirnya tanpa sadar ia gigit. Antonio yang melihat reaksinya semakin terpancing, dengan lembut namun pasti ia menyelipkan tangannya di antara kedua paha Silvia, merasakan kelembutan kulit istrinya yang tanpa lapisan kain....
"Ah... Antonio, kumohon, cukup..." desah Silvia tertahan, tubuhnya sedikit melengkung saat berusaha meredam gejolak yang mulai timbul dalam dirinya.
"Ah... Silviana... istriku... aku sudah tidak bisa menahan diri."
Jleb.
...Silvia terkejut saat Antonio tiba-tiba memasuki dirinya. Hentakan demi hentakan yang kuat dan dalam mengguncang tubuh Silvia, membawanya pada luapan kenikmatan yang berulang kali. Namun, Antonio masih penuh energi, siap untuk melanjutkan keintiman mereka....
Tok, tok, tok.
Ketukan sopan terdengar dari luar pintu kamar apartemen. "Tuan, Nyonya, para perias sudah menunggu di luar," suara asisten Antonio memberitahu.
Namun, di dalam kamar, Antonio masih asyik dengan permainan cintanya, membuat Silvia merasa frustrasi karena waktu persiapan pernikahan Leon dan Tamara semakin dekat. Meski begitu, ada sisi dirinya yang tidak bisa menolak pesona Antonio saat pria itu dipenuhi gairah.
"Sayang... a~aku... ohhh...!" Antonio akhirnya mencapai pelepasan, dan kehangatan cintanya membanjiri Silvia.
"Ayo, Sayang, biar kubantu kamu mandi," bisik Antonio penuh kasih sambil dengan lembut menggendong tubuh Silvia yang terasa begitu ringan dan lemas masuk ke dalam kamar mandi.
...(Di luar kamar)...
...Asisten Antonio semakin gugup dan bingung karena Antonio dan Silvia belum juga keluar dari kamar. Sudah beberapa kali ia menyeduh teh dan menyajikan kue untuk menghibur para perias yang sudah lama menunggu....
"A... anu... kalian mau tambah tehnya? Atau kuenya? Ini kue edisi terbatas, khusus Nyonya yang milikinya," ujar Asisten mencoba berbasa-basi.
"Sebenarnya Tuan dan Nyonya mau dirias atau tidak?" keluh salah satu perias sambil melirik jam tangannya dan menghela napas berat.
"Tentu saja mau, hanya saja..." Asisten itu terdiam, tampak bingung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Ceklek.
...Pintu kamar akhirnya terbuka, dan tampaklah Antonio dan Silvia yang sudah mengenakan pakaian formal. Kelegaan langsung terpancar dari wajah Sang Asisten. Namun, kontras terlihat jelas: Silvia tampak sedikit lesu dan raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang terpendam, sementara Antonio justru terlihat sangat segar, seolah tidak terjadi apa-apa, auranya sebagai hot sugar daddy semakin kuat memancar....
Bagaimana bisa dia terlihat sesegar ini? Aku sendiri merasa seperti habis diperas. Pinggangku benar-benar sakit, pikir Silvia dengan nada geram dalam hati sambil melirik Antonio dengan tatapan kesal.
"Terima kasih Tuhan, Nyonya, Tuan. Kalian sudah ditunggu cukup lama," ucap Sang Asisten dengan ekspresi lega bercampur sedikit memohon, menatap Antonio dan Silvia secara bergantian.
"Saya hanya mempercayai wanita tulen untuk merias wajah istri saya. Biar pun seorang pria berdandan seperti wanita, nalurinya tetap pria," ujar Antonio dengan nada posesif yang kentara.
"Tentu saja, Tuan. Saya sudah mengatur semuanya. Perias wanita khusus untuk Nyonya, dan perias pria khusus untuk Tuan," jawab sang Asisten, yang sudah hafal betul sifat posesif Antonio jika menyangkut Silvia.
Antonio menoleh sekilas ke arah asistennya, lalu sebuah senyum tipis menghiasi bibirnya. "Bagus. Kamu pantas mendapatkan bonus ganda tahun ini," puji Antonio dengan nada bangga.
Sang Asisten merasakan kelegaan yang luar biasa. Fiuuuh... akhirnya semua berjalan lancar, pikirnya sambil menghela napas panjang.
...Antonio dan Silvia kemudian duduk berdampingan di depan cermin rias saat para perias mulai melakukan tugas mereka. Itu adalah permintaan tegas dari Antonio, yang tidak ingin sedikit pun terpisah dari Silvia, dan para perias profesional itu hanya bisa mengangguk dan memulai pekerjaan mereka. ...
...(1 jam kemudian)...
"Ya ampun, Nyonya Amores, Anda luar biasa! Sangat cantik dan begitu elegan. Saya yakin Tuan Antonio akan semakin terpesona," puji perias wanita dengan mata berbinar-binar menatap hasil riasannya di wajah Silvia.
"Sudah kubilang, istriku memang yang tercantik. Tidak usah dibahas lagi," jawab Antonio dengan nada posesif yang tidak terbantahkan. Ia segera berdiri, menghampiri Silvia yang sedang duduk, dan memeluknya erat dari belakang, menyandarkan dagunya di bahu wanita itu.
"Sayang," bisik Antonio dengan suara rendah sambil mengecup lembut pipi kiri Silvia, "aku jadi ragu untuk membawamu ke pesta itu. Aku takut semua pria di sana akan terpesona oleh kecantikanmu. Aku sangat cemburu."
"Aduh, Antonio, sudahlah! Kita jadi tontonan," bisik Silvia dengan wajah memerah karena malu sekaligus kesal. Ia segera melepaskan pelukan erat Antonio dan berdiri dengan anggun.
Antonio tampak tidak terima. Rahangnya mengeras saat ia menatap tajam ke arah asistennya dan para perias yang berusaha bersikap profesional namun pasti melihat adegan tadi.
"Apa kalian menyaksikan adegan mesra kami tadi?" tanya Antonio dengan nada dingin.
"Ma-maaf, Tuan! Saya ini memang agak burem kalau lihat dekat-dekat," jawab sang Asisten dengan nada panik sambil menunduk dalam-dalam, berharap tidak ada yang melihat keringat dingin yang mulai membasahi dahinya.
"Tepat sekali, Tuan! Kami semua sepertinya sedang mengalami masalah penglihatan yang sama. Buram jarak dekat, bahkan kadang-kadang kami harus mengulang pertanyaan karena kurang jelas mendengar," jawab salah satu perias dengan nada meyakinkan, diikuti anggukan kompak dari rekan-rekannya yang lain, seolah mereka sedang bersekongkol.
Jawaban yang kompak dan meyakinkan itu membuat Antonio tertawa kecil, merasa menang. Ia kemudian berjalan mendekati Silvia yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan yang bisa membunuh.
"Nah, kan, Sayang? Mereka semua bilang buram jarak dekat. Jadi, tidak ada yang melihat. Sekarang, mana ciuman pagiku yang tertunda?" pinta Antonio sambil memajukan bibirnya dengan ekspresi menggoda.
"Ih! Kalau tidak mau pergi, biar aku pergi sendiri!" Silvia mendorong dada bidang Antonio menjauh, lalu mengangkat sedikit gaunnya dan berjalan pergi tanpa menunggu.
...Melihat itu, Antonio segera mengejarnya dari belakang, lalu langsung menggendong Silvia. Ia membawanya menyusuri lorong apartemen menuju parkiran, dan mobil mewah mereka pun meluncur keluar dari pekarangan apartemen menuju gedung acara....
(Bersambung)
lain x dicek ulang deh tulisannya biar reader gg bingung menafsirkannya
klo ada masukan jgn marah ya thor semangat 💪💪
aku suka Antonio semoga jadian Ama silvia
pakek pengaman Ndak...?