NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: bund FF

Tidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim yang bagaimana.
Tugas utama seorang anak adalah berbakti pada orang tuanya.
Sekalipun orang tua itu seakan tak pernah mau menerima kita sebagai anaknya.

Dan itulah yang Aruna alami.
Karena seingatnya, ibunya tak pernah memanjakannya. Melihatnya seperti seorang musuh bahkan sejak kecil.

Hidup lelah karena selalu pindah kontrakan dan berakhir di satu keadaan yang membuatnya semakin merasa bahwa memang tak seharusnya dia dilahirkan.

Tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan keluarga meski sudah lama terpisah.

Haruskah Aruna selalu mengalah dan mengorbankan perasaannya?
Atau satu kali ini saja dalam hidupnya dia akan berjuang demi rasa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bund FF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pesta sepulang sekolah

"Gila sih ini! Mata gue nggak salah lihat kan?" gumam Tyo tak percaya dengan keadaan yang baru saja dia lihat.

Tyo membatu di tempatnya berdiri. Mengusap wajahnya yang tak berpeluh.

"Mana mungkin? Bagaimana bisa?" berbagai pertanyaan muncul dengan sendirinya saat menyangsikan keyakinan jika yang membuka pintu untuk Kim adalah Selly, ibu dari Aruna.

"Gue yakin seribu persen kalau itu ibunya Aruna, tapi masak iya sih om Kim punya hubungan sama ibunya Aruna yang seorang...." Tyo tak kuasa untuk meneruskan gumamannya meski tak ada Aruna disini.

Bukannya pulang, Tyo malah mendekati pintu itu dengan cara mengendap untuk lebih memastikan penglihatannya.

Sampai di daun pintu yang tertutup dari dalam, Tyo berusaha mencuri dengar akan percakapan yang sedang terjadi di ruang tamu.

"Apa kau tahu sesuatu, sayang?" tanya Kim dengan suara manjanya.

"Apa?" terdengar suara wanita itu sedikit ketus.

"Apa kau tahu kalau Mina anakku dan Aruna adalah teman sekelas?" tanya Kim yang sebenarnya sudah tahu sejak lama.

"Gue nggak tahu. Kan sudah gue bilang kalau nggak pernah dekat sama Aruna. Lagipula bukan cuma Mina doang kali yang anak Lo, Aruna juga! Jangan cuma tanam benih tapi nggak mau menuai" kata Selly masih ketus, sebenarnya hatinya ingin menerima Kim seperti dulu, tapi otaknya melarang karena semua penistaan yang beberapa tahun ini dia terima dari keluarga Kim.

"Iya sayang, maafkan aku" ujar Kim terlalu lembut.

Kini terdengar suara sumbang yang membuat Tyo semakin menegang.

"Damn! What are they doing?" gumamnya saat mendengar suara dari dalam ruangan itu membuat otaknya traveling kemana-mana.

"Ehm... Lo bakalan susah buat naklukin Aruna. Dia itu diam-diam tapi kepala batu" ujar Selly setelah bibirnya berhasil keluar dari sumbalan bibir Kim.

"Tapi bagaimanapun aku kan ayahnya, pasti dia mau menerima" ujar Kim sangat percaya diri.

"Hahaha, modal nekat doang bisa bikin Lo mati di tangan anak Lo sendiri" kata Selly.

"Apa dia sebenci itu padaku?" tanya Kim.

"Buktinya dia nggak mau gue ajak pindah ke kontrakan ini, padahal disini lebih baik daripada kontrakan lama yang benar-benar busuk itu" kata Selly.

"Berarti Aruna masih di rumah lamanya" dalam hati Tyo berpikir, lantas segera pergi sebelum ketahuan oleh orang di dalam rumah itu.

Dan entah mengapa, berfikir sambil mengemudi malah membuat Tyo berada di halaman rumah Marni. Berdiam diri di dalam mobilnya karena bingung harus bagaimana.

Hingga suara ketukan dari kaca mobilnya membuatnya terkejut saat menoleh ternyata itu adalah Aruna yang baru pulang dari toko Acing.

"Ngapain?" tanya Aruna saat Tyo membuka pintu mobilnya.

"Nungguin Lo. Boleh mampir nggak?" tanya Tyo yang kepalang basah ketahuan.

"Boleh sih. Tapi ya keadaannya begitu" ujar Aruna.

"Santai. Boleh kan?" tanya Tyo menegaskan.

"Boleh" Aruna mengangguk dan berjalan mendahului Tyo yang masih menutup pintu mobilnya.

"Duduk kak. Sorry keadaannya begini" ujar Aruna.

Tyo tersenyum, lantas duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan Aruna.

"Ada apa kak? Nggak mungkin kalau sekedar mampir" tanya Aruna.

"Ehm, apa Lo sudah tahu tentang bapak kandung Lo, Run?" tanya Tyo, sepertinya Aruna menatap tak suka untuk membahasnya.

"Masih belum tahu, kak. Kalaupun tahu juga nggak penting buat gue" jawab Aruna.

"Kalau ibu Lo, jarang dirumah ya?" tanya Tyo lagi.

"Ibu pergi. Gue nggak tahu kemana. Dia bahkan nggak minta maaf sama gue atas kejadian itu. Dan gue sudah nggak perduli sama mereka, seperti mereka yang nggak perduli sama gue" jawab Aruna, sungguh memang ibunya sudah keterlaluan.

"Ok" ujar Tyo mengangguk.

"Seandainya bertemu sama bapak Lo, bagaimana?" tanya Tyo, meski belum terfikir untuk mengatakan perihal Kim.

"Gue nggak tahu, kak. Mungkin beneran gue bunuh saja daripada jadi hama" jawab Aruna yang membuat Tyo terkekeh kecil.

"Jangan gitu dong, Run. Ini kan cuma berandai-andai, masak sih Lo nggak pingin tahu bagaimana dan seperti apa bapak Lo" kata Tyo.

"Terkadang ada rasa penasaran, tapi untuk bisa menerima sepertinya sangat sulit, kak. Hidup gue terlalu berat selama ini untuk bisa berlapang dada dengan takdir" jawab Aruna.

Tyo berusaha mengerti, karena bahkan kedua orang tuanya hampir membuat masa depan Aruna hancur. Pasti hati Aruna juga akan hancur jika tahu siapa bapaknya.

"Biar saja waktu yang menjawab semuanya. Dan kalau sampai matipun gue nggak tahu siapa bapak, gue nggak akan berusaha mencarinya" lanjut Aruna dan membuat Tyo tak bisa berkata-kata.

"Baiklah, biar saja waktu yang berbicara, Aruna" ucap Tyo sambil memandangi wajah yang tertunduk itu.

Ada getaran aneh dalam hatinya saat melihat Aruna bersedih. Seolah ingin menjadi badut saja agar Aruna kembali tersenyum. Aneh memang, tapi Tyo belum menyadari jika Aruna sudah berhasil mengetuk pintu hatinya.

"Gue balik dulu ya, Run. Sudah malam takut digrebek warga" kata Tyo berpamitan.

Aruna mendongak, mereka sejenak bertatapan. Dan sepertinya mereka sama, merasakan hati yang bergetar saat pandangan matanya terkunci.

Cepat-cepat Aruna kembali menunduk, terlalu merasa rendah bahkan untuk sekedar menjadi teman untuk cowok setinggi Tyo yang pasti tak akan pernah dia bisa gapai.

Aruna memahami itu.

...****************...

Sementara Kim pulang sudah lewat tengah malam. Tentu saja dia barusan menerima service hati dari cintanya, Selly.

Meski seolah sedang marah, sebenarnya Selly juga masih terlalu mencintai Kim. Apalagi kini Kim bersedia menanggung semua kebutuhan Selly. Tentu membuat Selly semakin menyukainya.

Tak lagi dia menjadi budak nafsu untuk para lelaki hidung belang. Cukup satu Kim saja sudah membuat hidupnya lebih damai.

"Papa darimana?" pertanyaan pemula penyulut pertengkaran baru saja dimulai.

"Kerja dong, ma. Memangnya mau darimana lagi?" jawab Kim semakin jengah.

"Sampai tengah malam begini? Memangnya ada orang kantoran pulang jam segini? Papa darimana sebenarnya?" tanya Berta semakin nyolot.

"Terserah kalau mama tidak percaya" jawab Kim yang moodnya sangat bagus setelah bertemu Selly.

Lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum menaiki ranjangnya dan tidur pulas. Tak menghiraukan lagi ocehan sang istri yang terus saja meminta penjelasan.

...****************...

Siang sepulang sekolah, Mina mencegah seisi kelasnya untuk pulang.

"Teman-teman dan juga Bu guruku yang aku cintai. Tolong perhatiannya sebentar, ya" ucap Mina yang sudah merencanakan hari ini jauh-jauh hari. Gadis itu berdiri di depan kelas.

"Terimakasih atas pengertiannya" ucapnya lagi.

"Tolong jangan pulang dulu karena papaku akan datang untuk merayakan hari ulang tahunku" ujarnya sangat senang.

Bukannya tak mau menghamburkan uang demi sebuah pesta ulang tahun, hanya saja rencananya pesta megah akan diadakan di ulangtahunnya yang ke tujuh belas nanti, setahun lagi.

Sedangkan tahun ini cukup menjadi keluarga low profile dengan pesta ulang tahun sederhana yang penting teman sekelasnya tahu tentang hari ulangtahunnya.

Dan benar saja, Kim datang bersama Berta dan tak ketinggalan Tyo yang baru saja Berta hubungi untuk ikut serta dalam pesta ini.

"Selamat datang pak Kim dan Bu Berta" ujar Bu guru yang juga sudah diberitahu sebelumnya untuk meminta izin.

"Terimakasih atas waktu dan kesempatan yang ibu berikan untuk anak kami" ujar Berta sambil memeluk singkat Bu Ratna, wali kelas Mina.

Mata Kim nyalang menelisik isi kelas untuk mencari keberadaan Aruna yang berada di pojok ruangan, sendirian.

Saat bertemu pandang, malah terlihat Aruna yang melotot tajam seolah ingin menguliti hidup-hidup. Kim tak jadi tersenyum. Sementara Tyo malah berfikir jika Aruna melakukan itu karena sudah tahu kalau Kim adalah bapaknya.

"Semuanya boleh ikut serta dalam acara pesta ulangtahunku ini, tanpa terkecuali meski dia sudah pernah berbuat jahat kepadaku" ujar Mina menyindir halus Aruna dengan pandangan mata yang jelas menatapnya.

Merasa direndahkan, tentu Aruna paham. Lantas dia berdiri dan memakai tasnya untuk segera pergi.

"Eh, mau kemana Aruna?" tanya Bu Ratna hendak menghentikan langkah Aruna.

"Saya harus kerja, Bu. Tidak ada waktu untuk sekedar berbasa-basi. Lagipula kehadiran saya juga tidak diharapkan" ujar Aruna lantas pergi, Mina malah mengibaskan tangan seolah senang saat Aruna menghindar.

"Tunggu, Aruna" kata Tyo yang kompak dengan Kim.

Lantas membuat kedua pria itu saling menoleh dan bersikap aneh. Aruna berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Tapi meneruskan langkahnya.

"Tunggu Run" kata Tyo yang ikut melangkah keluar kelas dan mengejar Aruna.

"Kak Tyo" teriak Mina yang tentu saja manja, merengek karena Tyo yang abai padanya.

"Kenapa kak?" tanya Aruna saat tangan Tyo berhasil memegang lengannya.

"Mau kemana? Masak sih nggak diijinkan untuk sebentar saja ikut merayakan ulang tahun Mina?" tanya Tyo yang sebenarnya ingin bersama Aruna saja di pesta itu.

"Yang lagi ulang tahun saja nggak ingin ada gue disana, kak. Buat apa juga gue berusaha ada kalau tak terlihat" ujar Aruna.

"Temani gue, please" pinta Tyo merendah. Aruna jadi bimbang.

"Tolong untuk kali ini saja, kak. Bukannya gue nggak mau nemenin Lo, sumpah gue nggak nyaman banget sama bapaknya Mina" kata Aruna yang masih tak mau bercerita.

"Oke, kita pergi saja kalau begitu" kata Tyo lantas menarik pundak Aruna dan merangkulnya untuk berjalan menjauhi kelas Aruna dan membuat Aruna bingung sendiri.

"Lo jangan pergi, bisa ngambek nanti tuan putri" ujar Aruna tapi membiarkan Tyo berjalan bersisian dengannya.

"Biarin. Gue juga nggak nyaman disana" kata Tyo tapi benar saja jika sebuah suara meneriaki namanya dari belakang.

"Kak Tyooo...." teriak Mina yang bisa lepas dari pegangan orang tuanya.

1
Azizah Hazli
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!