NovelToon NovelToon
Bos Jutek Itu Suamiku

Bos Jutek Itu Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Berbaikan
Popularitas:32.1k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Ayra tak pernah menyangka bahwa hidupnya bisa seabsurd ini. Baru saja ia gagal menikah karena sang tunangan-Bima berselingkuh dengan sepupunya sendiri hingga hamil, kini ia harus menghadapi kenyataan lain yang tak kalah mengejutkan: bos barunya adalah Arsal—lelaki dari masa lalunya.

Arsal bukan hanya sekadar atasan baru di tempatnya bekerja, tetapi juga sosok yang pernah melamarnya dulu, namun ia tolak. Dulu, ia menolak dengan alasan prinsip. Sekarang, prinsip itu entah menguap ke mana ketika Arsal tiba-tiba mengumumkan di hadapan keluarganya bahwa Ayra adalah calon istrinya, tepat saat Ayra kepergok keluar dari kamar apartemen Arsal.

Ayra awalnya mengelak. Hingga ketika ia melihat Bima bermesraan dengan Sarah di depan matanya di lorong apartemen, ia malah memilih untuk masuk ke dalam permainan Arsal. Tapi benarkah ini hanya permainan? Atau ada perasaan lama yang perlahan bangkit kembali?

Lantas bagaimana jika ia harus berhadapan dengan sifat jutek dan dingin Arsal setiap hari?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HATI YANG PANAS

Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Setelah beberapa kali bujukan akhirnya Ayra pun mendapatkan izin dari Arsal untuk ikut. Sedangkan Arsal sendiri benar-benar tidak mau ikut. Selain karena Kalya yang meminta ditemani untuk ikut acara mewarnai yang diadakan di pusat kesenian dekat sekolahmya, Arsal juga adalah tipikal orang yang memilih menikmati weekend di rumah daripada keluar rumah.

Lelaki itu masih sama seperti beberapa tahun silam. Ia jarang ikut acara gathering seperti ini.

Jika Ayra aktif sebagai mahasiswa dengan berbagai kesibukannya di UKM atau pun ormawa, maka Arsal adalah jenis mahasiswa yang memilih segera pulang atau pun nongkrong di luar kampus setelah perkuliahan selesai. Jadi absennya Arsal dalam acara kantor ini pun bukanlah hal yang baru untuk Ayra. Justru akan lebih mengejutkan jika lelaki itu memilih datang.

Mereka baru saja sampai di lokasi gathering saat matahari sedang berada di puncaknya. Pemandangan indah dengan birunya laut dan putihnya pasir pantai sangat memanjakan mata. Beberapa staf pun langsung berlari menuju pinggiran pantai, sementara beberapa yang lainnya memilih istirahat di resort tempat mereka menginap.

Ayra dan Riana pun demikian. Setelah meletakkan tas mereka di kamar dan mereka berdua segera sholat zuhur terlebih dulu. Kemudian barulah mereka keluar menikmati pemandangan alam yang begitu memanjakan mata. Tentunya harus rela menahan panas dan terik matahari.

"Waaah udah lama banget nggak lihat pantai kayak gini, Raaa...." seru Riana senang saat menginjakkan kakinya di pasir putih pinggiran pantai tersebut.

Ayra tertawa riang melihat rekan sekaligus sahabatnya itu menatap takjub pemandangan di depannya.

Bagi mereka kesehariannya hanya seputar kantor, rumah dan hiruk pikuk jalanan tentu saja pergi ke wisata alam seperti ini adalah bentuk hiburan tersendiri. Melepas penat dan keruwetan pikiran setelah bekerja. Apalagi jika berhadapan dengan beragam macam tingkah penulis yang tak jarang membuat kepala pusing.

"Mandi pantai yuk!" ajak Riana tiba-tiba. Ia menatap Ayra dengan penuh harap. "Ayo dong, Ra... Udah lama banget tidak menikmati ombak pantai seperti ini."

Ayra dengan cepat menggeleng. Salah satu syarat dari Arsal adalah dia tidak diizinkan untuk mandi di pantai. Walaupun Ayra sebenarnya ingin mencoba mandi menikmati gelombang pantai seperti itu, namun demi bisa ikut, tentu saja syarat itu akan ia penuhi.

"Nggak deh. Kamu aja. Lagian siang-siang begini. Nanti kamu bakal ngeluh soal kulit kamu yang menghitam."

"Hmmh iya sih. Cuma sayang aja kalau nggak mandi."

Ayra mengangkat bahunya. "Mendingan kita makan yuk. Tuh, Mbak Ayu sudah mulai mengarahkan untuk makan siang." Ayra menunjuk sosok perempuan yang bertugas mengatur makan mereka selama kegiatan.

Riana menghela napasnya lemah. "Ya udah deh. Perut juga udah lapar."

Akhirnya dua perempuan tersebut segera menuju restaurant resort. Tidak hanya mereka berdua, Ayra juga melihat beberapa rekan kerjanya sudah berada di sana.

Setelah mengambil makanan, Ayra melihat Riana tampak kebingungan melihat sekeliling. Mata Ayra menyipit. Ia mengerti Riana mencari siapa. Hingga dua sosok lelaki pun masuk ke restaurant. Salah satunya adalah sosok yang dicari Riana sedari tadi. Temannya ini benar-benar sudah terjatuh dalam pesona seorang Haikal.

Tanpa menunggu Riana, Ayra segera duduk di tempat kosong. Perutnya sudah berdemo minta diisi. Tiba-tiba Riana datang. Perempuan itu tidak langsung makan melainkan menunggu Haikal datang. Namun lelaki itu tampak serius berbicara dengan wakil bagian produksi di kantor mereka yang hari ini merangkap sebagai PIC acara.

"Udahlah, kamu kalau nungguin Mas Haikal bisa kelaparan. Dia masih sibuk kayaknya."

Riana diam, wajahnya masih berharap Haikal segera menuju meja mereka.

"Gamenya bakal mulai sore ini, ya? Kok dia jadi mendadak sibuk begitu." Riana akhirnya mulai fokus dengan makanannya.

Ayra mengangkat bahu, seolah tidak peduli. Kali ini ia benar-benar hanya ikut sebagai peserta saja, bukannya merangkap panitia. Itu juga adalah syarat yang Arsal ajukan padanya. Tentu saja Ayra langsung menyetujui hal tersebut, karena ia juga hanya ingin menikmati gathering ini untuk menenangkan pikirannya.

"Mas Haikal! Sini!" Riana tanpa malu melambaikan tangan pada Haikal yang juga tampak mencari tempat kosong.

Ayra geleng-geleng kepala karena tingkah Riana. Ia memilih untuk menikmati makanannya.

"Ini kita gabung nggak apa-apa nih?" Lelaki yang Ayra dan kebanyakan karyawan di Cerita House panggil Pak Handi itu bersuara.

Ayra tersenyum sopan. "Silahkan, Pak," sahutnya ramah.

Haikal tersenyum simpul melihat cara Ayra berinteraksi dengan Handi. "Nggak usah seformal itu. Dia sama saya setingkat. Bisa-bisanya kamu ke saya nggak ada formal-formalnya, ke dia malah dipanggil pak."

Ayra tersenyum kikuk mendengar itu. "Ya karena jarang interaksi sih. Jadi agak sungkan."

Handi ikut tersenyum. Wajahnya yang oriental dengan mata sipit yang khas membuatnya semakin menyipit saat tersenyum.

"Santai saja. Lagian ini acaranya juga santai. Jadi nggak perlu seformal itu." Handi bersuara dengan tenang.

Riana yang tadinya diam akhirnya bersuara. "Bukannya Mas Haikal nggak bisa makan udang, ya?"

Pertanyaan Riana membuat Ayra dan yang lainnya menoleh dan menatap piring Haikal. Ayra saja baru tahu fakta tersebut. Apalagi selama ini, Haikal tampak sebagai omnivora alias pemakan segalanya.

"Bukannya nggak bisa. Cuma menghindari aja," jawab Haikal kalem. "Kok kamu tahu saya nggak makan udang?"

Pertanyaan itu membuat wajah Riana bersemu merah dan tingkahnya jadi aneh. Ia seperti ketahuan melakukan hal buruk. Ayra sampai geleng-geleng melihat gelagat rekannya yang begitu kelihatan saat salah tingkah. Lagipula Haikal malah memberikan pertanyaan yang sebenarnya ia sendiri tahu apa jawabannya.

"Tiba-tiba ingat aja, Mas," jawab Riana kalem dan berusaha menutupi rasa gugupnya.

Melupakan tingkah dua manusia yang sebenarnya saling suka namun memilih saling diam tersebut, Ayra yang memang sudah selesai makan lalu mengecek ponselnya. Iseng dia mengecek pesan yang masuk di aplikasi hijau ponselnya. Ada beberapa pesan masuk.

Dari sekian pesan yang masuk, tidak ada satupun pesan dari Arsal yang masuk. Memang Ayra seharusnya tidak berharap banyak dari lelaki itu, namun sedari ia berangkat sampai saat ini tidak ada satu pun pesan masuk dari lelaki berstatus suaminya itu.

Ia lalu membalas satu persatu pesan yang masuk, termasuk pesan dari Helen. Setelah itu, ia membuka ruang percakapan antara dirinya dan Arsal. Percakapan mereka begitu datar.

Mengabaikan rasa jengkel di hatinya, ia iseng membuka fitur story pada aplikasi tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada story tantenya Kalya, Amanda. Gadis yang Ayra ketahui tampak menyimpan perasaan pada suaminya itu memang aktif di media sosial. Ia sering membagikan aktivitasnya di story Whatsapp.

Jarinya dengan iseng mengklik story tersebut. Wajah Ayra masih setenang tadi, namun rasa jengkel di hatinya semakin bertambah ketika melihat story Amanda. Di sana terlihat jelas foto tiga orang yang terlihat seperti keluarga kecil bahagia.

Arsal dengan pose senyum tipis sambil menggendong Kalya yang tertawa senang sambil menunjukkan tropi kecil dan Amanda yang berada di sampingnya dengan senyum manis. Sungguh potret keluarga cemara. Apalagi dengan caption singkat emoticon keluarga dan tanda hati berwarna merah muda.

Mood Ayra hancur seketika. "Maaf semuanya, saya duluan, ya." Tanpa menunggu jawaban ketiga orang lainnya, Ayra langsung beranjak berdiri.

Ia terus berjalan menuju kamarnya dan Riana. Tujuannya hanya satu, yaitu tidur siang untuk menghilangkan sejenak perasaan cemburunya yang tiba-tiba datang.

"Kirain beneran sibuk atau capek jadi nggak mau ikut, bisa-bisanya dia malah sibuk caper sama gadis muda. Dasar cowok." Ayra terus mendumel sendiri.

Ia terus berjalan sendiri menuju kamarnya hingga tiba-tiba seseorang memanggilnya.

Mbak Ayra!"

Ayra pun menoleh dan mendapati sekretaris merangkap asisten pribadi suaminya itu berlari kecil ke arahnya.

"Kok Mas Satria di sini? Kirain nggak minat ikut ginian, sama seperti Pak Arsal." Nada sinis tersebut entah mengapa meluncur begitu saja dari mulutnya.

Satria terkekeh. Wajahnya seramah biasanya. "Kalau saya justru suka Mbak. Cuma kemarin tidak enak rasanya ikut begitu saja tanpa izin Pak Arsal," jawabnya dengan nada tenang. Tidak sinis seperti sindirian Ayra barusan.

"Mbak Ayra mau kemana? Saya diminta Pak Arsal untuk sekalian jagain Mbak. Katanya takut Mbak kenapa-napa."

Ayra lalu tertawa geli mendengar penuturan asisten Arsal. Apalagi ia kembali mengingat tentang apa yang Arsal lakukan saat jauh darinya.

"Udahlah, Mas. Mas Satria nikmati saja acaranya. Masalah saya, Mas nggak usah khawatir. Saya bisa jaga diri saya sendiri kok." Ayra bisa melihat wajah tidak setuju dari Satria, namun lebih dulu ia bersuara.

"Bilang aja sama Bosnya Mas Satria, pesan saya daripada sibuk jagain saya, lebih baik dia jagain dirinya sendiri. Jangan sibuk sama gadis muda di sana selagi jauh dari istrinya." Nada bicara Ayra semakin meninggi.

Ayra lalu menghela napasnya. Lalu memasang senyum ramah pada Satria. "Oh iya, jangan panggil saya Mbak ya. Panggil Ayra aja. Sama seperti pegawai yang lain."

"Tapi Mbak nanti Pak Arsal bisa marah kalau saya lalai."

Ayra langsung mengibas-ngibaskan tangannya. "Nggak. Tenang aja. Pokoknya itu urusan saya. Kalau dia marah, Mas Satria bilang sama saya. Udah ya. Jangan ikutin saya."

Tanpa memperdulikan wajah Satria yang mendadak khawatir, Ayra kembali melanjutkan langkahnya dengan tergesa-gesa. Ia ingin segera menenangkan hati dan pikirannya.

Sesampainya di kamar, ia segera membaringkan tubuhnya di kasur. Masih dengan jilbab dan kaos kaki yang terpakai rapi, setelah ia menyalakan AC, ia langsung berusaha menutup matanya. Tiba-tiba ponselnya bergetar, dengan malas ia melihat ponselnya yang berada di dekatnya.

Nama Arsal muncul. Karena hatinya yang masih tidak baik-baik saja, ia pun memilih mengabaikan panggilan tersebut. Bahkan beberapa kali tanda pesan masuk pun terdengar. Namun tetap saja, Ayra memilih mengabaikan pesan tersebut. Bahkan ia sengaja meletakkan ponselnya di tas.

Rasa cemburu sedang menguasai hatinya. Ia pun memilih untuk tidur. Melepas penat tubuh sekaligus pikirannya karena foto kebersamaan Kalya bersama papa dan tantenya itu.

1
Alfatihah
up donk Thor dah lama looo
Erni Zahra76
aahhhaaayyyy...lanjut thor bikin bucin keduanya💪💪
Alfatihah
bikin meleleh ...mleot hihihi ayra jail bgt

lanjut thor
Alfatihah
lanjuttttt
emil ninda
novel ini bagus Lo tp kok peminat nya sedikit ya
Edelweis Namira: Pendatang baru kak. Terima kasih yaa
total 1 replies
Alfatihah
adohhhh gak ISO turu Iki mri up... tanggung jawab thorrr kecanduan Karo karyamu thorrr....semangattttt
Edelweis Namira: terima kasih ya
total 1 replies
Khanza Via
lanjut kak... double up
Alfatihah
haduhhhhh tambah penisirin ini thorrrrt...lanjuttttt
Alfatihah
mantullll jadi obong2an wkwkwk
Erni Zahra76
up lg thor
Erni Zahra76
makanya jd laki yg tegas mn istri dan mn adik ipar hrs bs membatasi...lanjut thor jgn lm2 upnya🙏
Edelweis Namira: Iya marahin aja itu si Arsal
total 1 replies
Khanza Via
double up kak
Edelweis Namira: Jangan lupa selalu komen ya. Gak hanya komen up aja. Hehehe
total 1 replies
Khanza Via
up tiap hari kak
Alfatihah
lama banget nunggu up nyaaaaaa...g berasa upppppp nyaaaaaaa... bagus banget ceritanya kak beneran deh
Fitriana Yusuf
awal nikah jg gini... punya suami kaku dan dingin... ya Allah kok serba canggung 😅
Edelweis Namira: Iya bener
total 1 replies
Alfatihah
lanjutttkan
Erni Zahra76
lanjut lg thor
Alfatihah
bagus bangetttt
Alfatihah
berasa gak up...cepet banget abisnya ... semangat ya kak up y... minimal 1x sehari hehe nglunjak maaffff ....karyamu bagus banget kakkkk
Alfatihah
up donk kak ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!