Nona ketiga Xiao Xinyi di paksa menikahi Adipati Ling Yun menggantikan kakak tertuanya yang terus berusaha untuk mengakhiri hidupnya.
Siapa yang tidak tahu jika Adipati Ling Yun selalu berselisih dengan Tuan besar Xiao. Dua keluarga besar yang saling bertentangan itu di anugerahi pernikahan Kaisar Jing Hao.
Bersedia ataupun tidak salah satu wanita dari kediaman Xiao harus menikah menjadi Nyonya utama kediaman Adipati Ling Yun. Intrik dalam pernikahan yang berlandaskan politik menjadikan Nona ketiga Xiao Xinyi harus membuat rencana untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusun rencana
Di dalam ruangan kamar, Adipati Ling Yun duduk di kursi. Sedangkan Xiao Xinyi ada di atas tempat tidur. Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada bagian pembatas tempat tidur dan meluruskan kedua kakinya. Dia terlihat sangat nyaman sembari membaca buku cerita seri kedua. Buah apel juga ada di tangan kirinya. Sesekali dia memakan buah apel dan membaca.
Dooonngg...
Suasa gong di tabuh beberapa kali berjalan dari arah pintu masuk kota mengelilingi setiap jalan utama. Semua orang yang ada di dalam ruangan hanya dapat menatap penuh kekhawatiran juga rasa takut.
Xiao Xinyi terhentak kaget bahkan buah apel di tangannya terjatuh di tempat tidur. Dia mengambil buah apel memakannya lagi. "Kenapa ada suara gong di malam hari?"
Adipati Ling Yun juga merasa aneh.
Mereka berjalan menuju jendela di kamar yang langsung mengarah ke luar jalan utama. Kamarnya saat ini ada di lantai dua tentu tidak akan takut ada orang luar yang menyadari jika mereka tengah memperhatikan. "Apa yang mereka lakukan?" ujar Xiao Xinyi melihat sekitar sepuluh pria membawa baju berkabung dengan ikatan kain putih di pinggang mereka. Empat orang membawa gendang tidak terlalu besar. Dan akan di pukul setelah berjalan sepuluh langkah.
Adipati Ling Yun menarik istrinya saat ada orang yang hampir saja melihat mereka dari bawah. Dia menutup pintu jendela. "Pemujaan. Jika ada orang yang tertangkap basah oleh pandangan mata mereka. Orang itu akan di korbankan sebagai tanda penghilang mara bahaya."
Xiao Xinyi duduk di atas tempat tidurnya kembali. "Dalam situasi seperti ini. Masih saja ada pemujaan yang sangat tidak masuk akal. Orang sakit harusnya di sembuhkan dengan pengobatan. Bukan malah di lakukan pemujaan untuk mengusir wabah. Tentu saja akan lebih banyak orang yang tidak bisa di selamatkan."
"Untuk saat ini kita tidak bisa bertindak lebih jauh. Walikota Guang sendiri yang telah mengusulkan di adakannya pemujaan. Jika kita datang membantu dalam pengobatan. Bisa jadi kita tidak bisa masuk kedalam tempat karantina." Adipati Ling Yun membuka dokumen di tangannya. Lalu memberikan dokumen itu kepada istrinya. "Lihat ini. Ada begitu banyak nyawa yang telah di hilangkan hanya untuk melangsungkan pemujaan. Jika kita bertindak gegabah. Walikota Guang pasti akan mencoba untuk menyembunyikan dirinya dari semua kesalahan yang dia lakukan."
Xiao Xinyi melihat isi di dalam dokumen yang menyatakan jika pengorbanan selalu di lakukan setiap satu minggu sekali. "Dia sangat kejam dan buas. Lebih buas dari binatang." Xiao Xinyi menekan rasa kesal.
Tokk...
Ketukan pintu terdengar,
"Adipati," suara pengawal Guo Dong ada di balik pintu.
"Masuk," saut Adipati Ling Yun. Dia duduk di kursi, "Kamu sudah menemukan surat yang aku inginkan?"
"Adipati." Pengawal Guo Dong mendekat membawakan surat yang di maksud. "Saat aku mencoba masuk kedalam kediaman Walikota. Ada begitu banyak wanita usia dari dua belas tahun hingga tujuh belas tahun. Mereka di kurung dalam satu ruangan tanpa penerangan.
Xiao Xinyi mendegarkan dengan sangat serius. Dia juga sudah tidak memiliki nafsu makan lagi. Apel di tangannya di letakkan di meja.
"Panggil Tuan muda Jiang Xu untuk datang." Adipati Ling Yun membuka dokumen lain di meja.
"Baik." Belum sempat pengawal Guo Dong pergi. Suara ketukan pintu terdengar kembali.
"Aku hanya ingin mengatakan beberapa hal." Jiang Xu sudah datang tanpa di minta. Pengawal Guo Dong membukakan pintu membiarkan pemuda itu masuk kedalam kamar. Jiang Xu masih kurang nyaman melihat teman terbaiknya dekat dengan Adipati Ling Yun. Seseorang yang terkenal dingin juga kejam. "Aku hanya ingin bertanya. Kapan kita akan berangkat?"
"Malam ini," Adipati Ling Yun bangkit dari tempat duduknya. "Guo Dong siapkan jalur aman agar kita bisa sampai di tempat karantina. Jangan sampai musuh waspada."
"Baik." Pengawal Guo Dong pergi setelah mendapatkan perintah.
Xiao Xinyi memakai jubah tebalnya bersiap untuk mengikuti setiap instruksi dari suaminya. Di malam itu juga mereka pergi melalui jalur belakang penginapan. Dengan menyuap atau lebih tepatnya mengancam pemilik penginapan.
"Kenapa hanya ada tiga kuda?" Xiao Xinyi menatap kearah pengawal Guo Dong. Belum sempat dia mengatakan kalimat selanjutnya tubuhnya sudah di angkat suaminya atas kuda. Baru setelahnya Adipati Ling Yun naik tepat di belakang tubuh Xiao Xinyi.
Jiang Xu melihat tindakan Adipati Ling Yun merasa jika sikap pria itu tidak semenakutkan yang di katakan orang lain. Adipati Ling Yun terlihat cukup menjaga istrinya bahkan sangat lembut. Dia tersenyum senang melihat teman terbaiknya menikahi orang yang tepat.
Ciahhh...
Tiga kuda melaju dalam kegelapan malam pergi kearah tempat karantina yang ada di pinggiran kota. Saat mereka sampai Xiao Xinyi menetaskan air matanya. Dia melihat di luar tempat karantina ada banyak pengawal yang berjaga. Tapi di dalam terlihat banyak orang telah terkapar tidak berdaya. Pemandangan itu lebih seperti keenam anjing yang Xiao Xinyi selamatkan. Terkurung di dalam suatu tempat tanpa perawatan.
"Ibu, ibu. Tolong selamatkan ibu," teriak seorang gadis kecil yang sudah hampir tidak mampu menopang tubuhnya sendiri. Dia merangkak menghampiri ibunya yang sudah tidak sadarkan diri. "Ibu." Air matanya mengalir.
Dan yang lainnya hanya diam menatap putus kearah langit.
Ratusan orang dari anak kecil hingga orang tua, dari wanita muda hingga wanita lanjut usia. Mereka sudah tidak memiliki harapan untuk dapat keluar dari tempat karantina.
"Bagaimana cara kita bisa masuk?" ujar Xiao Xinyi dengan suara serak. Tangan kanannya bahkan sudah mencengkeram kuat baju suaminya.
"Aku dan Guo Dong akan mengalihkan perhatian. Kalian bisa masuk untuk memeriksa keadaan mereka," saut Adipati Ling Yun menatap lembut kearah istrinya. Dia juga tidak tega melihat banyak nyawa yang seharusnya dapat di selamatkan meninggal begitu saja. Hanya karena penguasa daerah takut kehilangan nama baiknya dan kehormatannya.
Xiao Xinyi mengangguk mengerti.
"Baik." Jiang Xu juga sudah bersiap.
Adipati Ling Yun bersama pengawalnya memakai penutup wajah sebelum berjalan menuju kearah para pengawal yang ada di depan pintu utama. Di saat mereka berdua sudah berada di depan pintu masuk utama. Langkah mereka terhenti. Mereka diam menunggu perlawanan.
Para pengawal itu langsung datang menghadang bahkan dan menyerbu tanpa henti. Suara pertarungan terus terjadi. Melihat ada celah Xiao Xinyi dan Jiang Xu menerobos masuk. Mereka langsung berlari kearah salah satu pasien terdekat. Mereka harus tahu penyakit apa yang tengah menyerang semua orang. Baru dapat membuat obat penawarnya.
Hampir semua orang yang ada di dalam tempat karantina bangkit melihat kedatangan seseorang. "Iisssttt..." Xiao Xinyi memberikan isyarat agar semua orang tenang. Raut wajah putus asa kini telah tergantikan dengan cahaya kecil yang memperlihatkan sebuah kesempatan. "Wabah atau racun?"
Jiang Xu menatap Xiao Xinyi. "Racun."
"Kamu tahu racun apa itu? Dan cara membuat penawarnya?" Xiao Xinyi menatap penuh harapan.
"Aku tahu," jawaban dari Jiang membuat Xiao Xinyi dan semua orang yang ada di dalam tempat karantina merasa senang. "Tapi kita harus keluar terlebih dulu."
"Kami akan membantu," ujar salah satu pria yang berusaha untuk bangkit.
"Baik."
Semua orang saling berpandangan. Mereka langsung berlari sekuat tenaga yang tersisa berusaha untuk mendobrak pagar kayu. Para pengawal mulai kualahan melihat ada dua orang yang mencoba masuk. Dua orang itu memiliki kemampuan yang luar biasa sehingga puluhan pengawal cukup kualahan. Dan para tawanan yang berusaha untuk keluar terus mendobrak pagar besi tinggi tanpa henti. Melihat itu Jiang Xu menarik sekuat tenaga tangan Xiao Xinyi agar gadis itu mengikutinya.
Keadaan kembali tenang di saat mereka berdua berhasil keluar dan bersembunyi di kejauhan. Adipati Ling Yun dan pengawal Guo Dong juga mundur melepaskan diri dari para pengawal itu.