"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS.7. Antara mimpi dan nyata
Dara benar - benar terkejut saat ini, dia jelas ingat dirinya pingsan di kamar eyang nya dan itu malam.. Sekarang dia baru tahu bahwa dia pingsan semalaman sampai membuat bi Endang dan bi Lastri begadang semalaman bergantian menjaga Dara dan eyang nya.
Menurut cerita bi Endang, setelah Dara pingsan tiba - tiba Dara seperti orang kerasukan. Dara menggeram tidak jelas dan seluruh bola matanya memutih, Dara hendak menyerang eyang dan tentu saja langsung bi Endang dan bi Lastri langsung menahan Dara.
Tapi yang aneh nya lagi adalah, setelah Dara mengamuk tiba - tiba saja Dara terdiam. Diam benar - benar diam lalu berkata pada bi Lastri dan bi Endang untuk tidak perlu khawatir. Dara berjalan sendiri ke kamar nya dan ketika sampai di depan ranjang nya Dara pingsan, sampai pagi..
'Masa gue kerasukan? Gak pernah - pernah nya dalam hidup gue kerasukan.' Batin Dara.
Saat ini Dara sedang duduk di meja makan kening nya terdapat perban yang menempel untuk menutup lukanya.
"Non, nanti bi Lastri sama bi Endang mau nganterin eyang ke orang pinter, non mau ikut?" Tanya bi Lastri.
"Orang pinter? Mau ngapain, bi?" Tanya Dara.
"Eyang makin sering kumat, pasti gangguan nya balik lagi." Ujar bi Lastri.
"Emang di daerah ini tuh mistis banget ya, bi?" Tanya Dara.
"Banget non. Makanya bibi mewanti - wanti non jangan ke sungai, setiap sudut tempat di kampung ini ada penghuninya." Ujar bi Lastri.
Dara tertegun dan jadi teringat dengan ucapan tante nya pagi saat dia bangun tadi, Dara jadi penasaran siapa yang menunggu pohon besar yang tak jauh dari rumah itu.
"Kita kan hidup berdampingan sama mereka non, batu sungai barang satu aja.. ada penunggunya." Ujar bi Lastri.
"Masa sih, bi?" Tanya Dara dan bi Lastri mengangguk.
"Non mau ikut? Takut nya nanti di perjalanan lama, ntar non nya takut sendirian di rumah. Bibi juga kuatir nanti kalo - kalo non.." Bi Lastri menggantung.
"Kerasukan lagi? Enggak kok.. Aku udah baik - baik aja, bibi bawa aja eyang.. aku di rumah." Ujar Dara.
"Non serius?" Tanya bi Lastri.
Tiba - tiba saja Dara yang semula tidak ingin ikut itu kini malah jadi takut, dia kembali teringat dengan orang yang mengetuk jendela kamar nya berkali - kali semalam, Dara takut maling itu kembali lagi.
"Ikut aja deh bi." Ujar Dara akhir nya.
"Ya sudah kalo gitu, bibi lebih tenang kalo non masih dalam pantauan. Sejam lagi kita jalan ya, non." Ujar bi Lastri.
"Iya bi." Sahut Dara.
Bi Lastri pergi, dan kini Dara menoleh kesana kemari sampai tatapan nya berhenti di satu pintu yang selalu tertutup, Dara belum tau itu pintu ruangan apa yang jelas sepertinya itu kamar.
'Tante kok nggak keliatan? Apa udah pergi lagi kali yah..' Batin Dara.
Lalu akhir nya satu jam kemudian.. Dara dan semua orang di rumah itu pun sudah bersiap di depan rumah, Eyang juga sudah berada di kursi roda sedang menunggu mang Nuri untuk menyiapkan tempat duduk yang nyaman untuk eyang.
Lagi - lagi Dara di kejutkan oleh mobil yang akan di pakai nya kini. Jika saat Dara di jemput oleh mang Nuri menggunakan mobil tua, maka yang ini mobil tipe keluaran terbaru yang menggunakan pintu geser. Hanya saja di dalam nya sudah di modifikasi dan di rombak dengan desain lain di buat senyaman mungkin untuk eyang agar nyaman di perjalanan.
"Nah, sudah jadi." Ujar Mang Nuri, setelah memasang seperti tangga khusus kursi roda agar eyang bisa masuk.
"Mari mamang dorongin." Ujar mang Nuri.
Dara masuk kedalam mobil lebih dulu dan mang Nuri yang mendorong kursi roda nya. Bi Lastri dan bi Endang menjaga di kanan dan kiri sambil memegangi tangan eyang. Sungguh mobil itu sangat nyaman, eyang tidak harus di gendong atau di papah naik kedalam mobil, tapi langsung kursi roda nya masuk kedalam.
"Eyang, Dara ikut yah?" Tanya Dara dan eyang nya mengangguk.
Saat sedang tidak mengamuk, eyang akan bersikap baik.. tapi sayang setiap hari - harinya eyang hanya diam saja tidak bicara apapun. Hanya saat dia sedang mengamuk saja akan bicara bahkan berteriak.
"Kita jalan ya eyang.." Ujar mang Nuri dan Eyang menganguk.
Mobil pun melaju pergi, Dara yang duduk di paling belakang pun kini bisa mencium bau yang menyengat di mobil itu, Dara mencium ada bau amis entah apa di belakang nya, dan mobil pun keluar dari pekarangan rumah.
Jika saat hari pertama Dara datang kesana cuaca nya cerah dan tidak hujan, maka perjalanan kali ini Dara di buat ngeri karena hujan besar mengguyur begitu deras nya.
"Pak de, ini beneran nggak apa? Apa?" Tanya Dara.
"Nggak apa apa, setiap eyang mau pergi kesana selalu begini cuaca nya." Sahut mang Nuri.
'Emang cuaca ngikutin eyang?' Batin Dara.
Sepanjang perjalanan itu sangat mencekam, petir, hujan, angin dan bahkan ada pohon tumbang juga. Tapi Dara melihat mang Nuri tampak biasa - biasa saja mengemudikan mobil itu, seolah sudah biasa.
Dan akhir nya mereka melewati jalan yang sulit itu, dan barulah masuk ke jalan yang ramai. Dara melihat pemandangan disana memang bagus, dia lalu teringat untuk mengambil gambar tapi..
"Yahh, hp ku ketinggalan." Ucap Dara sambil menepuk kening nya.
"Dara nggak dapet sinyal, ya?" Tanya mang Nuri.
"Iya pak de, susah banget. Kapan lalu itu aku ke sungai dapet sinyal tapi bentar." Ujar Dara.
"Eh, kamu ke sungai, ndok?!" Tanya mang Nuri terkejut.
"Iya pak de." Sahut Dara.
"Lain kali jangan kesana ya, ndok. Setiap tempat ada penghuninya."
Mang Nuri, bi Lastri dan bi Endang terkejut mendengar eyang yang semula hanya diam dan tidur kini berbicara dengan begitu tenang, Dara yang tidak tau apapun malah tersenyum dan mengusap - usap lengan eyang nya.
"Iya eyang, maaf." Ujar Dara.
Dan yang mengejutkan lagi adalah tangan Eyang nya menggenggam tangan Dara, seolah tidak mau lepas. Mang Nuri yang melihat itu dari kaca spion pun merasa keheranan dan yakin ada yang lain dengan eyang.
"Eyang, ndak tidur?" Tanya bi Endang.
"Di depan nanti tolong berhenti di warung ber cat hijau, di tikungan kedua. Beli kan eyang air." Ujar Eyang.
Sungguh bi Endang, bi Lastri dan Mang Nuri tertegun mendengar nya.
"Warung eyang? Tapi selama ini kan nggak ada warung di tikungan iti." Tanya bi Lastri.
Eyang hanya diam tidak menjawab lagi, matanya di pejamkan tapi tangan nya masih menggandeng tangan Dara. Dan yang mengejutkan nya adalah, di tikungan kedua setelah nya.. ternyata memang ada warung ber cat hijau.
"Ada bi.." Ujar mang Nuri kaget.
Warung nya masih baru, bercat hijau. Mang Nuri pun menepikan mobil nya dan sesuai perintah eyang dia membeli air mineral. Setelah membeli air, mang Nuri lalu memberikan nya pada pada Eyang.
"Ini Eyang." Ujar mang Nuri.
Eyang mengambil nya lalu memberikan nya pada Dara, Dara yang tiba - tiba di berikan air pun bingung.
"Buat Dara?" Tanya Dara.
"Minum ndok." Ujar eyang nya, Dara pun akhir nya patuh saja dan meminum air itu.
"Jangan ke sungai lagi ya ndok, jangan juga ke pohon besar lagi." Ujar eyang, akhir nya Dara mengangguk saja.
"Iya eyang." Sambil keheranan dengan sikap eyang nya.
'Kok eyang aneh..' Batin Dara.
BERSAMBUNG
ato ga bisa pindah rumah karena ada sesuatu yg mengikat di rumah itu?