“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”
Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.
Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.
Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.
Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.
Cover by alifatania
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
Hampir mendekati jam 5, Dion yang mulai terkantuk-kantuk di bangku depan tersentak karena tepukan Sebastian di bahunya.
Mereka melihat Kirana keluar dari restoran berdua dengan Steven tanpa bergandengan tangan.
“Yon, sebaiknya kamu sama Tomo anterin Steven pulang,” perintah Sebastian.
Dion menoleh dan menatap tidak percaya.
“Lalu Pak Bas setir sendiri ?”
Sebastian mengangguk mantap. Wajahnya yang tadi sedikit lecek karena penuh pikiran negatif, mendadak cerah melihat sikap Kirana yang santai malah cenderung bahagia.
“Saya sudah punya teman perjalanan yang bakal bikin semangat. Lagian kalau kamu ikut, nanti jiwa jomblomu meronta, malah bikin repot,” ujar Sebastian dengan wajah sumringah.
“Bapak bucin berat ya,” ledek Dion sambil mencibir.
Sebastian hanya tertawa dan segera membuka pintu, ingin segera mengajak kekasihnya pulang.
“Honey !” Panggilan suara berat Sebastian membuat Kirana langsung menoleh dan dengan mata berbinar, gadis itu mendekati Sebastian.
“Kamu kok bisa juga sampai sini ?” Masih dengan senyuman lebar, Kirana berdiri di depan Sebastian.
“Katanya ada yang kangen sama aku. Suara kangennya yang membawa aku sampai ke tempat ini.” Sebastian menangkup wajah Kirana yang sedang tertawa
Sebastian langsung mencium bibir kekasihnya cukup lama dan Kirana lagi-lagi hanya diam dengan mata membelalak tidak percaya.
Dion menoleh ke arah lain sambil menggerutu dan Steven mengepalkan kedua tangannya di samping.
“Udah berkurang kangennya ?” Bisik Sebastian membuat bulu kuduk Kirana meremang.
Gadis itu mengangguk malu-malu dengan wajah yang sudah memerah.
“Pulang sama aku ya ?” Ajak Sebastian sambil menggenggam jemari Kirana. Dan gadis yang masih malu itu kembali hanya mengangguk.
Mereka mendekati Steven untuk pamit sekaligus mengambil handphone Kirana yang dilempar ke kursi belakang mobl Steven.
Sebastian memaksa supaya mobil Steven disopiri oleh Pak Tomo dan ditemani Dion, dengan alasan wajah sepupunya terlihat mengantuk.
Tanpa membantah apapun, Steven langsung masuk ke kursi penumpang belakang.
Akhirnya kedua mobil meninggalkan halaman restoran. Mobil Sebastian tidak berbelok memasuki tol menuju Jakarta melainkan terus melaju ke arah puncak.
“Bee, kita mau kemana dulu ?”
“Kita cari makan dulu ya, nggak jauh kok, Cisarua aja. Aku baru merasa lapar setelah 2 jam nungguin kamu di parkiran,” Sebastian meraih jemari kanan Kirana dan menggenggamnya dengan erat.
“Kenapa tadi nggak langsung masuk ?”
“Biar kamu bisa ngobrol dulu sama Steven.”
Kirana tersenyum. Dia membalas genggaman Sebastian. Hatinya berdesir diperlakukan begitu manis oleh pria itu, tetapi di sisi lain, Kirana tidak mampu membuang jauh keraguan di hatinya.
Sebastian sendiri sudah melihat ada sesuatu yang mengganjal di hati Kirana, namun dia sengaja tidak bertanya dulu. Ingin mengenyangkan perutnya dulu yang terasa sangat lapar karena menunggu Kirana dengan perasaan cemas dan khawatir.
Sesuai perkataannya, Sebastian memasuki halaman restoran yang tidak terlalu jauh. Mereka memilih tempat duduk di luar ruangan. Selain sejuk, suara aliran sungai alami membuat hati lebih tenang.
Sebastian juga memilih banyak diam dan mengikuti situasi hati Kirana. Gadis yang biasanya bawel itu hanya sesekali bicara dan tanpa sadar beberapa kali hanya mengaduk-aduk es krim di depannya.
“Kalau makan jangan buru-buru, kayak anak kecil aja.” Sebastian mengusap ujung bibir Kirana dengan ibu jarinya. Ada sisa es krim strawberry tertinggal di sana.
Wajah Kirana langsung terasa panas dan memerah.
“Memang aku masih kecil,” sahutnya mengalihkan rasa gugupnya.
“Anak kecil yang sudah pantas bikin anak kecil juga,” Sebastian mencubit sebelah pipi Kirana dengan muka gemas.
Kirana yang mengerti maksud ucapan Sebastian langsung tersipu malu membuat Sebastian kembali tertawa.
Selesai menghabiskan makanannya, Sebastian pindah tempat duduk di sebelah Kirana. Dilihatnya gadis iti belum menghabiskan es krim dan kentang gorengnya.
Sebastian memberi isyarat supaya Kirana menyuapkan es krim untuk Sebastian.
“Sejak kapan kamu suka es krim, Bee ?” Kedua alis Kirana saling bertaut.
“Sejak kamu mengganggu pikiranku,” bisik Sebastian sambil mencium pipi Kirana.
Masih dengan wajah malu-malu, Kirana menyuapi Sebastian satu sendok es krim cokelat strawberry.
“Apa yang mau kamu tanyakan ?” Sebastian meraih jemari Kirana dan diletakan di atas pahanya. Ditepuk-tepuknya jemari itu pelan.
“Tanya apa ?” Dahi Kirana berkerut.
“Jangan dipendam dalam hati. Mulut kamu bisa bilang tidak, tapi mata kamu nggak bisa bohong. Lagian bawel kamu mendadak hilang.”
Kirana tertawa dengan sedikit gugup. Dia tidak menyangka kalau Sebastian bisa menebak ada yang mengganjal dalam hatinya.
“Pak Bas.”
“Kok Pak Bas ?” Tanya Sebastian sambil mengernyit.
Kirana hanya terkekeh tapi tidak menjawab pertanyaan Sebastian.
“Pak Bas beneran suka sama saya ? Bukan karena ingin menunjukan sama mantan istri Bapak atau karena perlakuan Steven sama saya ?”
Sebastian menarik nafas panjang dan menghelanya perlahan. Tangannya menggenggam jemari Kirana yang masih ada di atas pahanya.
“Apa Steven bilang kalau aku hanya main-main sama kamu ? Pernyataan cintaku pura-pura, hanya karena ingin menunjukan sama Shera kalau aku sudah bisa move on, bahkan mendapatkan gadis yang lebih muda ?”
Kirana menggeleng dan memutar posisi duduknya menghadap ke Sebastian.
“Bukan cuma Steven. Beberapa orang sepertinya tidak percaya kalau Pak Bas akan menjadikan cewek model saya sebagai kekasihnya Pak Bas. Dan karena saya sudah bertemu dengan Mbak Shera, saya bisa mengerti kenapa banyak orang menyangsikan kita. Mungkin diam-diam Tuan dan Nyonya Richard juga punya pikiran yang sama.” Suara Kirana terdengar cemas dan sendu.
Sebastian melepaskan genggamannya dan mengambil gelas minumnya. Dia menenangkan diri sebelum menjawab pertanyaan Kirana.
Sebastian pun memutar posisi duduknya berhadapan dengan Kirana. Bangku yang mereka gunakan semacam sofa dari kayu untuk 2 orang.
“Kirana sayang, aku memang tidak tahu sejak kapan menyukaimu. Aku juga belum menemukan teori yang pasti untuk menjawab kenapa aku menyukaimu. Tapi aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, dengan keputusanku untuk menjadikanmu kekasihku bahkan mungkin teman hidupku.” Sebastian menjeda ucapannya dan meraih kedua jemari Kirana yang terasa dingin.
“Malam itu aku memintamu menjadi kekasihku bukan karena baru saja bertemu dengan Shera. , tetapi karena Steven. Sepupuku itu membuatku sangat cemburu saat melihat kalian berbincang di pinggir kolam renang. Aku benar-benar merasakan panas di hatiku karena cemburu. Sejujurnya, bahkan saat menjadi kekasih Shera, aku belum pernah merasa sangat amat cemburu seperti yang kurasakan saat melihatmu dengan Steven.”
“Jadi cuma karena tidak mau kalah bersaing sama Steven kamu mengajakku pacaran ?” Kirana langsung cemberut.
Sebastian mencubit kedua pipi Kirana dengan gemas.
“Kamu tahu kalau orang cemburu itu tandanya apa ?”
“Sakit Bee,” Sebastian tertawa dan tidak melepaskan tangannya namun tidak terlalu keras mencubitnya.
“Nah begitu dong. Masa panggil calon suaminya Pak Bas.” Sebastian mencium bibir Kirana sekilas karena gemas melihat bibir itu mengerucut.
“Udah iiihh sana Bee… curang kamu cium-cium terus,” omel Kirana.
“Ya udah, sekarang kamu balas nih cium-cium aku,” Sebastian mendekatkan wajahnya.
“Nggak mau,” Kirana menggeleng.
“Terus maunya apa ?” Sebastian mengernyit.
“Aku belum puas dengan jawaban kamu tadi. Belum tuntas.” Kirana kembali mengerucutkan bibirnya.
Sebastian tertawa dan mengacak-acak rsmbut Kirana yang terus menggerutu.
Kalau orang tanya kenapa bisa mudah jatuh cinta pada Kirana, Sebastian belum tahu harus menjawab apa. Tapi dia yakin kalau cinta yang sesungguhnya tidak perlu memiliki alasan khusus yang bisa dijabarkan dengan kata-kata.
Bagi Sebastian, semua yang ada pada Kirana membuatnya bahagia. Sekalipun terkadang Kirana masih sedikit kekanak-kanakan, justru di saat itulah Sebastian merasa dirinya lebih berharga di mata Kirana.
Sebastian terus menatap Kirana yang masih mengomel sambil merapikan rsmbutnya yang sekali-sekali masih berantakan karena Sebastian masih jahil mengacaknya.
Senyum semakin lebar mengembang di wajah Sebastian. Hatinya tidak ingin kehilangan Kirana mengisi hari-harinya.