Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Hasna melanjutkan kuliahnya dengan rajin, nilainya hanya ada A. Beasiswa selalu dia dapat setiap tahunnya. Bukan hanya biaya semesternya yang lunas tapi dia juga dapat membeli ponsel sendiri.
"Kak Hana nikah disini, berarti ayah akan datang. Seandainya ada ibu, pasti bisa diajak jalan-jalan." batin Hasna, dia sedang melamun menatap langit berbintang di malam hari yang indah.
Hasna bahagia jika sang kakak telah menemukan jodohnya. "Semoga kak Hana bahagia bersama pasangannya, menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. Aamiin." doanya tulus dalam hati.
Pelaminan
"Kak Hana cantik banget, aku pangling!" ujar Hasna dan Husna bersamaan. Mereka kagum dengan keanggunan sang kakak dan kecantikan yang terpancar di wajahnya. Dia tidak pernah make up jadi saat menikah terlihat cantik natural.
"Iya kakak kamu memang cantik de." sahut Diana antusias. Dia sahabat Hana di kampus, sikapnya yang ceplas ceplos dan periang membuat mereka cepat akrab.
"Ayo maju beri ucapan selamat lalu makan. Lapar nih!" ajak Ni'mah. Mereka berdua memanggil teman-teman kelasnya di Pascasarjana untuk bersalaman, kasih selamat pengantin baru, dan berfoto.
Hasna yang mendengarnya hanya tersenyum, tidak berselang lama. Teman-teman Hasna juga hadir seperti Ocha, Udin, Iskandar, Bambang, Tiara dan masih banyak lagi.
"Hasna, ayo kita berfoto dengan pengantin baru." seru Ocha heboh. Ketika Ocha disatukan dengan Diana, apakah masih ada ketenangan? Atau justru mereka tidak akan cocok?
Setelah mengucapkan selamat dan berfoto kini saatnya mereka makan, gantian dengan tamu yang lain untuk mengucapkan selamat buat pengantin baru.
"Hasna, kamu mau pulang kemana nak?" tanya sang ayah Ahmad. Hasna bersama Husna mau berfoto tiba-tiba ayah mendekat.
"Kami berfoto dulu baru pulang ya ayah. Pulang ke kos dulu baru ke rumah tetangga kak Hasyim." jawab Hasna lembut. Husna hanya mengikut saja.
"Ya sudah, sana foto dulu baru kita pulang." ujar ayah Ahmad akhirnya. Dia makan karena lapar, bertemu dengan besannya kemudian berbincang-bincang.
"Kak, kita foto dulu yuk!" ajak Hasna mengambil posisi. Mereka akan melakukan foto selvi tapi fotografernya juga mengambil gambar mereka atau candid.
"Bagus de. Tapi ada juga kayaknya foto kita yang diambil kamera itu." tunjuk Hana pada kamera fotografernya.
"Oh, biarlah kak. Kalau gitu kami duluan ya kak. Kami mau ke kos dulu baru ke rumah tetangga kak Hasyim." ucap Hasna pamit.
"Iya de. Hati-hati ya!" jawab Hana sambil tersenyum. Dia menatap kepergian kedua adiknya. Hasna masih kuliah semester empat dan Husna masih kelas dua sekolah menengah pertama (SMP).
***
Satu tahun kemudian
Kehidupan Hasna di kos, tinggal satu kamar dengan Ocha selama Hana menikah. Dia bahagia, dia fokus kuliah, belajar dengan rutin. Dia mau tinggal bersama Hana tapi tidak enak dengan iparnya.
"Sudah semester enam. Persiapan judul skripsi nih." ucapnya pada Ocha, dia hanya mengangguk membenarkan. Mereka sedang mengerjakan tugas berdua.
"Nanti sore antar aku ke rumah kak Hana ya! Mau ambil barang." ucap Hasna pada Ocha, dia mengangguk lagi sebagai jawaban.
Hasna duduk mengambil ponselnya lalu menghubungi sang kakak. "[Kak, kakak dimana?]" pesan terkirim. Dua menit kemudian balasan Hana datang.
"[Kakak di kampus de, kenapa?]" tanya Hana cepat. Hasna tersenyum membaca pesan kakaknya.
"[Aku mau ke rumah kakak ya ambil barang]" balasnya lagi. Dia baring-baring di atas kasur sambil berselancar ke media sosial make-book.
"[Sore saja ke rumah de, kakak usahakan pulang cepat]" balasnya. Jarang-jarang Hana bertemu Hasna, jangan kan satu kos! Apalagi beda rumah, sudah sibuk masing-masing.
"[Okey kak. Nanti sore aku kesana]" balasnya cepat. Hasna bersantai. "Bersantai dulu." gumamnya lirih. Ocha melirik Hasna seraya menatap tajam.
"Tumben." jawab Ocha penasaran. "Kenapa? Ada sesuatu?' tanyanya memastikan.
"Gak ada, pengen saja santai gitu kayak orang-orang." jawab Hasna sambil berbaring. Dia gak mau ambil pusing urusan orang. Lebih baik dia nikmati setiap momennya.
Sorenya Hasna ke rumah Hana untuk mengambil barangnya bersama Ocha. Dia meminjam motor, Ocha yang memboncengnya. Ketika di kota Hasna tidak berani bawa motor kecuali di kampung.
"Kak Hana jalan kaki?" tanya Hasna curiga, Hana hanya mengangguk saja sebagai jawaban. "Kenapa?" tanya Hasna. "Ku kira ada motor?" tanyanya lagi.
"Iya motornya lagi bermasalah makanya jalan kaki saja biar sehat!" jawab Hana. "Ayo masuk! Ajak teman kamu de!" ujar Hana sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam rumahnya.
"Iya kak." jawab Hasna. "Sini Ocha masuk yuk." ajaknya. Mereka menunggu lalu diambilkan cemilan dan minuman oleh Hana. "Wah enak nih, sering-sering yuk datang kesini Cha. Pulangnya kenyang kita Cha." imbuhnya mengajak kak Hana bercanda.
"Minum dulu, ini ada sedikit cemilan de." ujar Hana. Membawakan makanan dan minuman untuk menemani mereka mengobrol meski sebentar.
"Boleh bungkus gak kak?" tanya Hasna. Lumayan untuk menghemat uang jajan, kalau ada cemilan.
"Boleh, ini sudah kakak siapkan. De, ini Ocha teman kelas dan satu kosmu kah?" tanya Hana penasaran. Pasalnya dulu Ocha biasa datang ke kos bahkan sering bermalam. Kosnya tidak jauh dari kos Hana dan Hasna tinggal.
"Iya kak. Ada mi roknya kak! Kakak gak pake kah?" tanya Hasna. Dia asyik nyemil sambil menjawab pertanyaan Hana. Ocha hanya geleng kepala saja, ternyata Hasna jago makan juga. Pikirnya.
"Iya. Ini! Kakak jarang pake rok itu, kamu pakai saja gak apa-apa de." ujar Hana jujur. Setelah menikah Hana mendapatkan banyak hadiah baju gamis. Dia sering memakai itu supaya lebih elegan dan simpel.
"Aku pamit ya kak. Makasih banyak." ucap Hasna dan Ocha bersamaan. Mereka berdua sudah kenyang, toh motor pinjaman. Jangan sampai sang pemiliknya akan menggunakannya juga.
"Sama-sama. Hati-hati ya!" jawab Hana. "Sering-seringlah kalian kemari supaya kakak ada temannya." imbuh Hana, dia akan dirumah istirahat sebentar lalu bersih-bersih sambil menunggu suami pulang.
"Iya kak, insya Allah. Kami mau saja asal ada cemilannya." sahut Ocha yang memang mudah akrab dengan orang lain. Hana hanya tersenyum menanggapi candaan teman sang adik.
Hasna dan Ocha melangkahkan kaki keluar dari rumah Hana. "Rezeki anak sholehah kayak gitu Hasna." celetuk Ocha sambil mengambil motor untuk dibunyikan mesinnya.
"Iya. Kalau gini mah kesukaan kamu banget atuh Cha. Tapi aku juga suka." ucap Hasna mengajak Ocha bercanda. Ocha memutar arah motor menuju kos mereka di kos B.
"Naiklah, sudah sore. Motornya orang mau dipakai ke masjid juga." ujar Ocha mengingatkan. Hasna mengangguk mengiyakan, lalu naik di atas boncengan Ocha.
Sekitar lima belas menit mereka telah tiba di kos, motor diparkir rapi. Motor sang pemilik kos yang pernah akan dijodohkan dengan kak Hana. Sayangnya jodoh kak Hana adalah kak Hasyim.
"Terima kasih kak." ucap Ocha ketika mereka mengembalikan kunci motornya. Hasna mengekor dibelakang Ocha yang membawa bingkisan dari Hana.
"Iya sama-sama." jawabnya sambil tersenyum. Iya dia adalah putra pertama ibu Husni, pemilik Kos Berkah yang ditempati Hasna dan Ocha.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/