NovelToon NovelToon
Chemistry Of Love

Chemistry Of Love

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Kisah cinta masa kecil / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Nada Azzahra, siswa baru di SMA Nusantara Mandiri, adalah gadis ceria yang mudah bergaul. Kepribadiannya yang ramah dan penuh semangat membuatnya cepat mendapatkan teman. Namun, kedatangannya di sekolah ini mempertemukannya dengan Bara Aryasatya, cowok tengil yang ternyata adalah "musuh bebuyutan"-nya semasa SMP.

Di masa SMP, Nada dan Bara bagaikan Tom & Jerry. Pertengkaran kecil hingga saling usil adalah bagian dari keseharian mereka. Kini, bertemu kembali di SMA, Bara tetap bersikap menyebalkan, hanya kepada Nada. Namun, yang tak pernah Nada sadari, di balik sikap tengilnya, Bara diam-diam menyimpan rasa cinta sejak lama.

Setiap hari ada saja momen lucu, penuh konflik, dan menguras emosi. Bara yang kikuk dalam mengungkapkan perasaannya terus membuat Nada salah sangka, mengira Bara membencinya.

Namun, seiring waktu, Nada mulai melihat sisi lain dari Bara. Apakah hubungan mereka akan tetap seperti Tom & Jerry, ataukah perasaan yang lama terpendam akan menyatukan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penasaran

Jessika dan Gisel duduk di depan Nada sambil memperhatikan Bara dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Mereka saling melirik sebelum akhirnya Jessika membuka suara.

“Nad, gue penasaran deh. Kenapa Bara bisa duduk bareng lo? Bukannya dulu dia paling suka ngusilin lo?” tanya Jessika sambil menyipitkan mata, seolah sedang menginterogasi.

Gisel mengangguk setuju. “Iya, iya. Gue inget banget dia itu kayak teror jalan buat lo. Bahkan waktu dulu kita main ke rumah lo, dia masih aja bikin ulah.”

Nada menghela napas panjang, memutar matanya dengan ekspresi lelah. “Duh, jangan dibahas lagi deh. Gue juga enggak tahu kenapa tiba-tiba dia mau duduk sama gue.”

“Seriusan? Enggak ada alasan?” Jessika menatap Nada dengan alis terangkat.

“Ya...” Nada mengedikkan bahu. “Awalnya gue juga bete banget, tapi dia maksa bilang mau duduk di situ sampai lulus. Terus, Rio juga enggak masalah, jadi gue terima aja. Tapi tetep, risih sih.”

Gisel memiringkan kepala, matanya masih terpaku pada Bara yang sekarang duduk di bangku depan, sibuk dengan bukunya tapi sesekali mencuri pandang ke arah Nada. “Hmm, gue curiga deh. Lo yakin dia cuma sekadar mau duduk bareng lo?”

Nada menatap Gisel dengan pandangan tak percaya. “Apaan sih lo? Enggak mungkin lah.”

Jessika tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan. “Gisel ada benarnya juga. Kalau dipikir-pikir, Bara tuh dulu mana pernah peduli sama cewek. Tapi sekarang, liat deh. Dia beneran nempel kayak lem.”

“Udah deh, kalian berdua jangan lebay,” potong Nada cepat. Wajahnya sedikit memerah, tapi ia berusaha mengalihkan perhatian.

Namun, Gisel dan Jessika malah semakin tertarik. Mereka saling pandang dengan tatapan penuh arti.

“Eh, Nad. Jangan-jangan... dia suka sama lo?” goda Gisel sambil menyenggol lengan Nada.

Nada langsung mendengus, lalu menunduk sambil memukul pelan meja di depannya. “Udah ah, enggak usah mikir yang aneh-aneh. Dia tuh enggak mungkin suka sama gue. Kalau iya, kenapa waktu SMP dia malah bikin hidup gue berantakan?”

Jessika terkekeh. “Ya mungkin itu caranya, Nad. Siapa tahu sekarang dia berubah.”

Nada hanya mendesah panjang, tidak tahu harus menjawab apa lagi. Ia memutuskan untuk mengabaikan ledekan sahabatnya dan fokus pada buku di mejanya.

Di bangku depan, Bara yang pura-pura sibuk dengan bukunya sebenarnya mendengar sebagian percakapan mereka. Bibirnya terangkat membentuk senyum kecil. “Hah, tahu juga mereka,” pikirnya sambil menggeleng pelan.

 

Ketika bel masuk berbunyi, suasana kelas mulai tenang. Guru sudah memulai pelajaran, dan semua murid sibuk mencatat atau mendengarkan. Namun, bagi Nada, ketenangan itu hanyalah ilusi karena Bara yang duduk di sebelahnya terus saja mengusilinya.

“Eh, Nada, ini jawaban nomor tiga gimana?” bisik Bara sambil menyenggol lengan Nada dengan pensilnya.

Nada mendelik kesal. “Bara, fokus dong. Dengerin guru. Gue bukan Google.”

Bara terkekeh kecil, tidak menggubris teguran Nada. Sebaliknya, ia malah menyandarkan dagunya di tangan dan menatap Nada dengan senyum jahil. “Gue dengerin kok, cuma lebih seru ngobrol sama lo.”

Nada menahan napas, mencoba meredam amarahnya. Ia kembali fokus ke buku catatannya, tapi baru beberapa detik kemudian, ia merasakan sentuhan lembut di bahunya.

“Eh, Nad. Lo inget enggak waktu gue naruh kadal mainan di tas lo waktu SMP?” Bara berbisik sambil menahan tawa.

Nada langsung membelalakkan mata dan menoleh dengan wajah merah padam. “Lo serius bawa itu lagi sekarang? Gue trauma tau!”

“Makanya, gue minta maaf,” kata Bara, tapi nada suaranya lebih terdengar seperti candaan daripada permintaan maaf yang tulus.

Gisel dan Jessika yang duduk di depan mereka hanya menutup mulut, mencoba menahan tawa. Nada memutar bola matanya, merasa Bara benar-benar menjelma menjadi gangguan terbesar dalam hidupnya, sama seperti dulu.

Bara masih belum menyerah. Ia kembali mencolek lengan Nada. “Nad, lo inget enggak gue pernah bikin lo nangis gara-gara nyembunyiin sepatu lo?”

Nada memandang Bara dengan tatapan tajam. “Lo mau gue bikin nangis sekarang, Bar?”

Bara tertawa pelan, tapi kali ini ia mengangkat tangan, seolah menyerah. “Oke, oke, gue diem. Tapi lo tetep lucu kalau marah, tahu.”

Nada memutar kepala, enggan meladeni Bara lagi. Tapi di dalam hati, ia benar-benar merasa dejà vu. Bara yang ada di masa SMA ini tidak jauh berbeda dengan Bara di SMP dulu, sama-sama menyebalkan.

Namun, tanpa Nada sadari, senyum kecil sempat terlukis di wajahnya. Meskipun Bara terus mengusilinya, ada sisi dari kenangan itu yang terasa hangat. Tapi tetap saja, Nada tidak mau menunjukkannya di depan Bara. Belum saatnya.

 

Ketika bel berbunyi, tanda jam pelajaran usai, Jessica dan Gisel langsung menarik Nada keluar kelas.

"Ayo, Nad! Kita ke kantin, gue laper banget," ajak Gisel sambil menggandeng lengan Nada.

Nada mengangguk sambil tersenyum. “Oke, yuk. Gue juga mau beli minum.”

Bara yang masih duduk di bangkunya hanya bisa menghela napas panjang. Ia melihat Nada pergi bersama Jessica dan Gisel dengan tatapan yang tak bisa ia sembunyikan, tatapan kecewa.

"Kenapa lo, Bar? Kok mukanya kayak anak ayam kedinginan?" goda Rio yang duduk di depannya.

Dimas menimpali sambil menyenggol bahu Bara. "Iya, dari tadi gue perhatiin lo ngeliatin Nada terus. Lo jangan-jangan..."

Bara mengerutkan kening, berusaha menyangkal. “Apaan sih lo pada? Gue biasa aja.”

Namun, Rio dan Dimas hanya saling pandang sambil tersenyum penuh arti.

"Eh, biasa apanya? Gue yakin, Lo pasti ngeluh mulu di dalam hati kan. ‘Kenapa Nada ninggalin gue? Kenapa dia lebih milih Jessica sama Gisel?’” Rio menirukan Bara dengan nada dramatis.

Dimas tertawa keras. “Fix, Bar. Lo suka sama Nada, ya?”

Bara langsung mendengus, mencoba terlihat santai. “Apaan sih? Enggak lah. Gue cuma kesel aja. Kita udah temenan lama, sekarang dia malah lebih milih mereka daripada gue.”

Rio mengangkat alis. “Oh, jadi itu alesannya? Atau jangan-jangan lo cemburu sama mereka?”

“Ngaco lo, Rio!” Bara menepuk kepala Rio pelan, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Bukankah Gisel dan Jessica juga teman lama Nada, jadi gak masalah kan?" tanya Dimas.

Sedangkan Rio menganggukkan kepala nya mengiyakan ucapan Dimas.

Namun, Dimas tidak menyerah. Ia menatap Bara dengan senyum jahil. “Udahlah, Bar. Ngaku aja. Lo suka kan sama Nada? Daripada ntar dia keburu diambil orang lain, mending lo tembak dia dari sekarang.”

Bara terdiam sejenak, lalu mendengus pelan. "Bisa diem enggak sih? Gue enggak suka sama dia."

Rio dan Dimas hanya tertawa sambil saling berbisik, jelas tidak percaya. Bara, di sisi lain, pura-pura cuek, meskipun dalam hati ia tahu, mereka berdua tidak sepenuhnya salah. Ada sesuatu dalam dirinya yang berubah sejak melihat Nada lagi.

Namun, Bara memilih untuk menyimpannya rapat-rapat untuk saat ini. “Ngapain juga buru-buru? Gue kan punya waktu banyak,” pikirnya sambil bangkit dari bangkunya.

Tetap saja, meski Bara mencoba terlihat santai, bayangan Nada yang tertawa bersama Jessica dan Gisel di kantin terus terlintas di pikirannya. “Kenapa harus mereka yang buat lo tertawa, Nad?” gumamnya dalam hati.

1
aca
ya kok tamat thor
aca
lnjuttt
aca
lanjut thor Q kasih bunga deh
aca
nada jd rebutan ciee
aca
seru thor
Dian Fitria N
lanjut lagi thor
Ahmad Syarif
menarik, ringan konflik jd bacanya enjoy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!