Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Penawaran
Suara ketukan pintu terdengar ketika Claire sedang membongkar bajunya yang masih berada di dalam kopernya. Dia meletakkan kembali baju yang ada di tangannya ketika mendengar suara ketukan pintu yang di kembali di ketuk. Claire berdiri setelah itu berjalan ke arah pintu.
"Nona, semuanya sudah menunggu di bawah untuk makan malam," ucap Bibi Mey setelah pintu kamar terbuka.
Claire tersenyum dan mengangguk. "Baik Bibi Mey, sebentar lagi aku turun."
Setelah kepergian bibi Mey, Claire menutup pintu dan merapikan penampilannya sebentar setelah itu turun ke bawah.
Suasana di ruang makan tampak hening, tidak ada percakapan apapun meskipun mereka semua sudah berkumpul di meja makan. Saat Claire baru saja duduk, pandangan mata Claire langsung bertemu dengan tatapan tidak suka dari ibu Sean dan wajah acuh tak acuh dari Sean.
"Mulai sekarang biasakan dirimu untuk turun tepat waktu pada saat jam makan malam. Jangan biarkan kami menunggu seperti sekarang." Ibu Sean membuka suaranya sambil menatap Claire dengan wajah datar.
Sebelum suasan memanas, kakek Sean membuka suaranya, "Lebih baik kita makan."
Keluarga Louris sudah terbiasa makan pada pukul 07.00 malam. Claire juga sebenarnya terbiasa makan malam tepat waktu bersama sama dengan keluarganya seperti keluarga Louris, tetapi ketika dia tinggal di luar negeri, Claire sudah tidak pernah menerapkan aturan itu lagi.
Saat sedang makam malam, tidak ada yang mengeluarkan suara. Mereka makan malam dengan tenang. Keluarga Louris melarang ada yang berbicara saat makan. Setelah selesai makan, mereka baru berbincang.
"Sean, Claire akan bekerja di perusahaanmu mulai besok, atur posisi tepat untuknya," ucap Kakek Sean setelah mereka semua selesai makan malam.
Sean menatap kakeknya dengan sorot mata dingin. Dia bahkan belum menerima Claire sebagai calon istrinya dan sekarang kakeknya ingin memasukkannya ke dalam perusahaannya. Sepertinya kakeknya berusaha keras untuk mendekatkannya pada gadis itu.
Sean berpikir kalau kakeknya sudah dibodohi oleh Claire. Gadis dari desa yang bahkan tidak mengerti apa-apa, bagaimana bisa kakeknya berpikir untuk memasukkan Claire ke perusahaan miliknya yang tidak memiliki kualifikasi yang sesuai untuk menjadi karyawan di perusahaannya.
Setelah terdiam beberapa detik, Sean menyenderkan punggungnya di kursi lalu menatap malas pada kakeknya. "Kakek, perusahaan bukanlah tempat bermain. Aku tidak punya waktu untuk mengurusi dia."
"Apa maksudmu?" tanya Kakek Sean.
"Dia bahkan tidak mempunyai kualifikasi untuk menjadi Office Girl di kantorku. Bagaimana bisa Kakek menyuruhku untuk mencarikan posisi yang pas untuknya di kantorku?" Apakah Kakek ingin menghancurkan perusahaanku?"
Claire mengangkat salah satu sudut bibirnya saat mendengar Sean meremehkannya. Sean bahkan tidak memberikan kesempatan untuk dirinya membuktikan kemampuannya. Sikap merendahkan yang ditunjukkan oleh Sean justru membuat Claire merasa tertantang untuk membungkam kesombongannya.
"Aku akan mengikuti seleksi sama seperti karyawan lain. Aku akan masuk dengan kemampuanku sendiri. Kau tenang saja, aku tidak akan masuk dengan bantuan siapapun," sela Claire dengan wajah percaya diri.
Sean mendengus dingin dengan wajah mencibir. "Tidak hanya murahan, ternyata kau juga berwajah tebal."
Kakek Sean merasa marah mendengar ucapan cucunya. "Sean, jaga bicaramu. Sudah kakek bilang Claire adalah wanita baik-baik."
Saat ibu Sean akan menimpali ucapan ayah mertuanya, Claire lebih dulu berbicara.
"Kakek, sudahlah. Aku tidak apa-apa," ucap Claire menenangkan kakek Sean.
Claire kemudian beralih menatap Sean. "Berikan aku kesempatan untuk mengikuti seleksi. Kalau aku tidak lulus dalam seleksi ini, aku bersedia mundur dari perjodohan ini."
Semua yang ada di meja makan tentu saja terkejut dengan perkataan Claire. Kesepatakan seperti itu tentu saja menguntungkan Sean jika Claire tidak lolos dalam seleksi.
"Baiklah."
"Claire, kakek tidak setuju," sela Kakek Sean.
"Kakek, percayalah padaku. Aku tidak akan mengecewakanmu."
Selesai makan, Sean dan Claire naik ke atas bersama. Kamar Claire hanya berjarak 3 ruangan dari kamar Sean. Saat Sean tiba di depan kamarnya, secara tiba-tiba dia menarik Claire untuk masuk ke dalam kamarnya lalu menyudutkannya di tembok dan mengurungnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada tembok.
Untuk sesaat Claire terlihat linglung dengan gerakan tiba-tiba Sean. "Sebenarnya Apa tujuanmu masuk ke dalam keluargaku?" Sean menatap Claire dari jarak dekat.
Meskipun Claire sempat terkejut, tapi dia nampak masih terlihat tenang. Dia mengangkat kepalanya dengan berani dan menatap mata hitam Sean.
"Seharusnya aku bertanya pada kakekmu karena dialah yang mengatur semua ini. Aku hanya mengikuti keinginan kakekmu."
"Aku tahu kau tidak sesederhana itu. Aku yakin kau memiliki motif dan tujuan tertentu padaku. Kau mungkin bisa membodohi kakekku, tapi tidak denganku." Sean kemudian tersenyum miring, "gadis dari desa ... kau pikir, aku percaya dengan itu? Melihatmu di kota A waktu itu, tidak menunjukkan kalau kau berasal dari desa."
Claire secara tidak sadar menelan salivanya. Dia sempat lupa kalau Sean pernah melihat penampilan aslinya saat di kota A.
"Tuan Sean ... sepertinya aku perlu meluruskan sesuatu padamu. Aku memang berasal dari desa terpencil yang berada di selatan kota A. Karena aku hidup sebatang kara di desa jadi aku memutuskan untuk merantau ke kota A dan bekerja di sana. Sebab itulah kau melihatku di kota A waktu itu."
Sean masih menatap Claire dengan mata hitamnya. Claire merasa kalau Sean sedang membaca pikirannya. "Bagaimana kamu menjelaskan mengenai barang mewah yang kau pakai waktu itu?"
Melihat Claire terdiam, sesuatu tiba-tiba melintas di pikiran Sean. "Kau tidak perlu menjelaskan lagi, aku sudah tahu jawabannya, wanita sepertimu tentu saja suka mencari jalan pintas." Sean tersenyum mengejek lalu menjauhkan tubuhnya dari Claire.
Claire mengerutkan keningnya karena tidak mengerti maksud dari Sean. Untuk sesaat dia menatap bingung ke arah Sean. Belum sempat Claire berbicara, Sean kembali dia membuka suaranya.
"Keluar."
Sean kemudian melangkah menuju tempat tidur lalu berhenti setelah dua langkah. "Ingat perkataanmu tadi, kalau kau gagal masuk ke dalam perusahaanku, kau harus langsung pergi dari sini dan jangan pernah muncul di hadapanku dan keluargaku."
*******
Ibu Sean menatap Claire dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia bahkan tidak sanggup berkata-kata ketika melihat penampilan Claire yang sudah mengenakan pakaian kerja. Penampilan yang menurut ibu Sean sangat kampungan dan ketinggalan jaman.
Padahal, ibu Sean bisa melihat kalau Claire memiliki wajah yang cantik, bahkan terlalu cantik untuk ukuran gadis dari desa jadi dia merasa kalau Claire bisa berpenampilan lebih baik dari penampilannya saat ini.
Karena ibu Sean tidak mau ambil pusing, dia mengabaikan penampilan Claire dan memilih untuk berjalan ke arah meja makan mendahuluinya. Sebelum berangkat ke kantor Claire dan Sean sarapan pagi bersama dengan kakek Sam dan ibu Sean.
"Sean, biarkan Claire ikut bersamamu ke kantor. Dia belum mengenal kota ini jadi biarkan dia ikut bersamamu hari ini," ucap Kakek Sean setelah dia menyelesaikan sarapannya.
Sean menatap malas pada Claire sebentar lalu beralih menatap kakeknya. "Suruh supir untuk mengantarnya. Aku tidak mau menimbulkan rumor tidak baik di kantor kalau ada melihatku berangkat bersama dengannya," tolak Sean dengan wajah acuh tak acuh.
"Apa kau ingin membuat kakek cepat mati? Kenapa kau selalu membantah perintah kakek?"
Sebelum mereka berdebat lagi, ibu Sean lebih dulu membuka mulutnya. "Sean, turuti saja permintaan Kakekmu. Kau bisa menurunkan Claire di dekat kantormu agar tidak ada yang melihat mau berangkat bersamanya," usul Ibu Sean.
Claire kemudian ikut angkat bicara. "Biar aku naik taksi saja Kakek kalau Sean tidak mau pergi denganku."
"Kau tidak boleh naik taksi. Terlalu berbahaya untukmu, apalagi kau tidak mengenal kota ini." Kakek Sean beralih menatap cucunya, "pergi dengan Claire kalau kau masih mau menjadi bagian dari keluarga Louris," ancam Kakek Sean.
Wajah Sean mengeras, ada kilatan kemarahan dalam sorot matanya. Dari dulu Sean paling tidak suka dipaksa. Semenjak kedatangan Claire, kakeknya selalu saja memaksanya melakukan hal yang tidak dia sukai dan itu membuat Sean semakin kesal.
"Cepat ikut aku. Aku tidak mau terlambat karenamu." Sean berdiri setelah melayangkan tatapan tajam pada Claire.
Selama dalam perjalanan, tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka berdua. Mereka sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing. Suasana dalam mobil nampak hening hingga terdengar suara dari mulut Sean.
"Katakan padaku, berapa yang kau inginkan agar kau mau membatalkan perjodohan ini? Katakan saja, aku akan memberikan berapapun yang kau mau."
Claire menoleh pada Sean dengan wajah tenangnya. "Aku tidak mau uangmu dan aku juga tidak berminat dengan hartamu." Claire kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela setelah selesai menjawab pertanyaan Sean.
Sean mencibir dengan senyum mengejek. "Jangan berlagak seperti wanita terhormat. Aku tahu wanita sepertimu sangat menyukai uang." Sean melemparkan cek kosong ke pangkuan Claire.
"Pikirkan lagi tawaranku. Aku beri kamu waktu sampai sore nanti untuk berpikir. Lebih baik kau isi cek itu dengan jumlah yang kau mau lalu menghilang dari hidupku."
Claire merasa sangat terhina dengan ucapan dan perlakuan Sean. Selama ini, belum pernah ada pria yang merendahkannya seperti itu.
Dengan gerakan cepat, Claire mengambil cek itu lalu merobeknya di depan Sean lalu berkata, "Untuk apa aku mengisi cek ini kalau aku bisa mendapatkanmu. Dengan menikahimu, aku akan dapatkan lebih banyak uang," ucap Claire, "lagi pula, yang aku inginkan bukan hanya uangmu, tetapi juga dirimu."
Karena Sean sudah menilai buruk dirinya sebagai wanita tamak akan uang, tidak ada artinya lagi dia menyangkal ucapan Sean. Percuma saja dia menjelaskannya karena Sean tidak akan percaya dengannya.
Uang dan diriku? Apa sebenarnya yang ada di kepala wanita ini?
Wajah Sean mengeras, tatapan matanya memancarkan aura dingin yang tidak berujung. Sean kembali teringat dengan perkataan Claire saat mabuk yang mengatakan kalau dia akan mencari pria yang melebihi mantan kekasihnya untuk membuatnya menyesal karena sudah menghianatinya.
"Jadi kau ingin memanfaatkan aku untuk membalas dendam pada kekasih kayamu itu yang sudah mencampakkanmu?"
Awalnya Claire hanya asal bicara karena dia merasa marah saat Sean merendahkannya. Tanpa diduga oleh Claire, Sean justru salah mengartikan perkataannya. "Terserah kau mau berpikiran apa." Suasana hati Claire menjadi buruk setelah Sean menyinggung kembali mantan kekasihnya yaitu Wild.
Sean kembali salah mengartikan jawaban dari Claire. Dia pikir Claire memang sengaja mendekatinya untuk membalas sakit hatinya terhadap Wild dengan menikahinya agar Wild merasakan sakit hati seperti yang dia rasakan saat dicampakkan olehnya.
Sean kemudian meminta asistennya untuk menghentikan mobilnya. "Turun," perintah Sean dengan suara berat dan sorot mata dingin.
"Aku tidak mau," tolak Claire.
"Kau mau turun sendiri atau aku suruh Ken untuk menyeretmu keluar?"
Claire menatap kesal pada Sean. "Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini."
"Keluar."
Claire membuka pintu lalu menutupnya dengan keras. Dia mengutuk Sean setelah melihat mobilnya menjauh dan sudah meninggalkannya.
Aku akan membuatmu bertekuk lutut padaku hingga suatu hari nanti kau yang tidak mau berpisah denganku dan menyesal karena sudah menolakku.
Bersambung ....
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor