Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-19
Dryana kembali ke kamarnya, ada senyuman di bibirnya, rasanya lega saat sudah mengantongi ijin dan restu dari sang Grandpa.
Sebenarnya Dryana tak mengerti akan apa yang dinamakan cinta, karena dalam hidup belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta, alasan pokok kenapa dia memilih Evan sebagai calon suaminya, adalah perasaan yang sangat berbeda dan baru dirasakannya saat ini.
"Aku Mohon ya Tuhan, langkah yang aku ambil ini benar" Dryana memejamkan mata, dan mengucapkan Doa dalam hatinya.
Bukan tanpa alasan sang kakek langsung menyetujui, walaupun dia lumpuh dan tak bisa apapun, matanya masih normal untuk melihat semua berita di Televisi yang ada di kamarnya.
Kejadian Sandiago Gurven saat memampang wajah Evan di Media akan penyerangan dirinya, membuat sang kakek terkejut, bahkan waktu itu tangannya bergetar menekan remote control untuk menghentikan tepat saat wajah Evan terpampang.
Dan seketika ada senyuman dengan mata yang penuh cahaya harapan besar.
*
*
Evan beberapa kali melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, menunggu seseorang yang di harapkan akan membawa kabar baik hari ini.
Tak lama muncul beberapa orang dari perusahaan, dan Evan segera menyambutnya.
"Bagaimana?" Tanya Evan.
"Selamat Tuan Evan, kami berhasil menjalin kerjasama dengan perusahaan asing, kini perusahaan anda akan lebih besar lagi"
"Syukurlah, penjualan beberapa produk Motor Sport sudah berjalan lancar di negara ini, target ku selanjutnya kita merambah ke luar negeri"
"Baik, segera kita akan berjuang menembus pasar mancanegara"
"Hem, bagus" ucap Evan dengan senyuman optimisnya.
"Tapi maaf Tuan Evan, apa anda masih akan bekerja di belakang layar?"
"Sepertinya begitu, sampai nanti saatnya tiba, aku yang akan memimpin langsung"
"Baiklah Tuan, kami akan berusaha semaksimal mungkin"
Evan mengangguk, niat hati ingin segera mengakhiri pertemuannya, namun tiba-tiba saja didatangi oleh seseorang yang tidak di duga.
"Ev?" Suara yang sangat dikenalnya.
Evan berbalik, dan mendapati Dryana sudah ada di sana.
"Oh hai, kau disini?" Tanya Evan sedikit gugup, lalu segera memberi kode ke rekannya untuk segera pergi.
"Baiklah Tuan, kami pergi"
"Hem" jawab Evan lirih.
Sementara Dryana terus melangkah mendekati ke tempatnya, menatap sejenak kepergian dua orang yang sepertinya tidak asing di matanya.
"Para pengusaha Motor Sport Mewah di negara ini, kamu mengenalnya?" Tanya Dryana.
"Oh, iya, tentu saja"
"Apa hubungan mu dengan mereka?" Tanya Dryana sambil duduk perlahan dengan nyaman di depan Evan yang terlihat sedikit tegang.
"Aku suka motor sport Dry, dan hanya konsultasi saja, kebetulan aku bertemu disini tadi"
"Oh, begitu?"
"Hem, benar sekali" Evan lalu tersenyum dan melambaikan tangan ke pelayan yang seketika mendekatinya.
"Ingin makan apa?" Tanya Evan.
Dryana tertawa, sungguh hebat sekali gaya laki-laki didepannya, seperti orang kaya yang terbiasa ada di tempat seperti ini.
"Kau yang mentraktir ku?" Tanya Dryana.
"Tentu saja tidak Dry, pagi ini aku anggap aku memperoleh Rezeki lebih di traktir seorang wanita kaya, bagaimana?"
"Dasar!" Dryana lalu memesan menu makan paginya.
Keduanya kini menikmati makan pagi di sebuah Resto mewah dari kalangan orang-orang yang banyak uang.
Selesai makan Dryana meminta Evan untuk mendengarkan sesuatu yang penting dan akan di bicarakan, kebetulan sekali Dryana tak perlu susah-susah menghubungi Evan.
"Serius sekali, apa ada masalah Dry?"
"Bukan, aku ingin membicarakan masalah lamaranmu tempo hari Ev"
"Lamaran?" Evan seolah-olah sedang mengingat sesuatu.
"Oh, ayolah Ev, jangan bercanda, aku serius!" Tentu saja Dryana merasa kesal.
Evan tertawa, berhasil membuat ketegangan di wajah Dryana saat ini.
"Okey, sorry, lalu bagaimana?" Tanya Evan melanjutkan.
"Aku menerima nya Ev"
Brak!
"My Girl!" Teriak Evan sambil menggebrak meja, dan tentu saja semua itu seketika membuat atensi semua orang yang ada disana menoleh padanya.
Malu!, jelas itu yang dirasakan Dryana, dasar Evan konyol sekali dan seketika mendapat tatapan peringatan dari Dryana.
"Ups, Sorry!" Teriak Evan kembali menggema di ruangan, meminta maaf pada semua orang karena sudah menganggu ketenangan, lalu dirinya menatap Dryana kembali dengan senyuman dan berkata _
"Bagaimana kalau kita cari hotel sekarang juga?"
"My God!" Ucap Dryana
Plak
"Akh!" Teriak Evan.
Dryana langsung melayangkan pukulan ke kepala Evan, merasa kesal sekali akan otak mesum nya.
"Aku hanya menawarkan saran Dry, kenapa memukulku sekeras ini!"
"Kalau perlu aku pukul lagi, biar otak mu itu bersih!"
"Ck, aku hanya ingin ruang yang Private saja, di kamar hotel tidak harus berbuat yang iya iya kan?"
"Memang gak ada tempat lain?!" Dryana benar-benar tidak tau jalan pikiran Evan.
Evan tertawa, lalu tangannya menggenggam tangan Dryana yang masih ada di atas meja.
Semua kemesraan itu terlihat nyata, mungkin banyak orang yang tidak perduli disana, namun jangan salah, diam-diam semua yang sudah terjadi di tangkap kamera dan dikirimkan ke seseorang.
Dryana juga menjelaskan semuanya ke Evan, dimana dirinya nanti akan mengalami goncangan perekonomian, karena saat menikah dengannya, kemungkinan besar akan kehilangan perusahaan dan kekayaannya.
"Maaf, aku nantinya akan merepotkan mu Ev, ada Grandpa yang harus menjalani pengobatan rutin dengan jumlah biaya yang tidak sedikit, jadi, aku harap kau mau mengerti"
"Ada lagi?" Tanya Evan.
"Sandiago Gurven tidak mau mengganti mobil mewahku, aku tidak punya kendaraan lagi, awalnya aku berencana menjualnya untuk biaya hidup nanti, lumayan untuk membuka usaha baru mungkin, tapi sayang"
"Hem" Evan cukup tenang menghadapi, dan menganggukkan kepala beberapa kali, lalu melanjutkan pertanyaannya, "masih ada yang ingin kamu sampai kan lagi?"
Dryana menggeleng, semuanya sudah diceritakan ke Evan, rasanya tak ada lagi yang dia tutupi saat ini.
"Kalau kau tak bisa menanggung semuanya, kita batal kan saja pernikahan ini, dan aku akan mengambil opsi sebelumnya, menikah dengan Sandiago Gurven, dan semua masalah ku selesaikan?"
Evan tersenyum, membelai tangannya itu dengan lembut, lalu menciumnya sedikit lama.
"Asal kau bisa hidup seadanya dengan ku, aku akan berusaha membahagiakan mu, dan soal Grandpa, aku tidak keberatan sama sekali Dry"
Dryana terkejut, menatap dalam mata Evan, ada kesungguhan disana, dan hal itu membuatnya merasa lega dan bahagia.
"Thanks Ev, kita akan berjuang bersama nanti, aku tau nanti tidak akan mudah, tapi aku yakin, bersama mu aku pasti bisa menghadapi ini semua"
"Tentu saja Dry, apalagi jika nanti kau memberikan ku banyak anak, aku pasti lebih bisa!" Bisiknya dengan kerlingan mata.
Dryana hampir saja memukul kembali kepala Evan, tapi segera ditangkap dan mendapati pelukan, orang-orang yang awal tadi sempat menatap sinis, kini ikut tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
Yang makin gemes, yuk KOMEN yang banyak dong, jangan lupa LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.