Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Di apartemennya, Chaby masih terbayang-bayang raut wajah Bara waktu pria itu menatapnya tajam. Ia merasa ngeri sendiri mengingat kejadian itu.
"Hiihh," gumamnya ngeri.
"Kok ekspresinya gitu?" tanya Galen yang sedari tadi sibuk membaca majalah. Ia menoleh sebentar ke gadis yang duduk disampingnya.
Chaby balas menatapnya.
"Kak Galen tahu nggak, tadi kak Bara natap aku horor banget, aku jadi takut deh." cerita gadis itu masih dengan ekspresi ngerinya.
Galen terkekeh. Iya tahu jelas kalau Chaby orangnya penakut pada apa saja, termasuk pada orang-orang yang menatapnya tidak suka. Pria itu melepaskan majalahnya di sofa lalu menangkup kedua pipi Chaby.
"Emang semenakutkan apa sih tatapannya Bara sama kamu?" tanyanya kemudian mengacak-acak rambut gadis itu.
"Pokoknya lebih nakutin dari tatapannya kak Danzel waktu lagi marahin aku." jawabnya memberi perumpaan, Galen terkekeh.
"Kamu nggak usah takut, kak Bara memang begitu sikapnya ke semua orang, kecuali sama temennya." Kali ini pria itu merapikan kembali rambut Chaby yang berantakan gara-garanya tadi.
Chaby ingin membalas perkataan Galen lagi tapi terhenti karena kedatangan Danzel yang membuat fokusnya langsung hilang.
Gadis itu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar menghadap Danzel bermaksud menyuruh pria itu masuk kepelukannya.
Danzel tertawa pelan melihat kelakuan Chaby yang seperti anak kecil itu namun tetap menyambut gadis itu yang meminta pelukan. Galen ikut tersenyum. Sifat manja Chaby selalu muncul didepan orang-orang yang sangat dekat dengannya, Galen bahkan sering merasa gemas sendiri kalau sisi manja gadis itu keluar.
"Aku mau makan nasi goreng buatan kakak." pinta Chaby yang sejak tadi membenamkan kepalanya diperut Danzel, sementara pria itu malah menatap Galen tajam seolah mengatakan, "lo nggak ngasih makan adek gue?"
"Udah gue paksa daritadi tapi dia tetap bersikeras mau nungguin lo katanya." balas Galen seolah tahu arti tatapan pria didepannya itu.
Pandangan Danzel turun ke Chaby yang masih setia didalam pelukannya, ia mengusap-usap kepalanya pelan dan mengecup puncak kepala gadis itu lalu memberi kode ke Galen untuk mengambil alih posisinya biar dia bisa kedapur membuat nasi goreng.
Beberapa menit kemudian..,
"Chaby sayang berdiri yuk, nasi gorengnya udah masak tuh." ucap Galen lembut ke gadis yang sekarang sibuk menoel-noel pipinya. Kebiasaan yang selalu ia lakukan kalau tidak ada kerjaan.
Gadis itu menghentikan aktifitasnya dan berlari kecil ke meja makan. Wajahnya terlihat senang melihat kearah nasi goreng buatan Danzel yang sudah siap dimeja. Aromanya enak dan rasanya selalu lezat menurutnya. Tak menunggu lama, ia cepat-cepat melahap nasi goreng itu.
"Pelan-pelan makannya dek." ucap Danzel mengingatkan, pandangannya berpindah ke Galen yang terlihat melangkah ke pintu keluar.
"Lo pulang?" tanyanya.
Galen membalikan badannya dan mengangguk mengiyakan.
"Mama nyariin terus, besok pagi gue balik." ujarnya melirik sekilas ke Chaby yang tengah sibuk menikmati makanannya. Ia tertawa pelan, gadis itu benar-benar cuek pada siapa saja ketika sedang menikmati makanannya.
"Ya udah gue balik." pamitnya kemudian yang dibalas dengan anggukan oleh Danzel.
Pria itu melirik adik kesayangannya itu lagi yang masih asyik mengunyah. Tangannya terangkat mengusap kepala gadis lembut.
"Gimana sekolahnya? Nggak ada yang gangguin kamu kan?" tanyanya ingin tahu. Chaby mengangguk sambil terus mengunyah makanannya.
"Temen kamu itu siapa namanya?"
kali ini Chaby mengangkat kepala dan mendongak menatap Danzel
"Pika?" balasnya dengan nada bertanya. Danzel berpikir sesaat mengingat-ingat kalau beberapa waktu yang lalu Chaby pernah meminta ijinnya untuk main ke rumah Pika. Berarti benar namanya Pika.
"Dia baik ke kamu nggak?" tanyanya dibalas dengan anggukan oleh adiknya.
"Pika baik banget sama aku." sahutnya semangat. Danzel tersenyum, sepertinya Chaby suka dengan teman barunya itu. Ini pertama kalinya ia terlihat bahagia kalau ditanya tentang temannya. Pria itu merasa senang melihat adiknya mulai bisa membuka diri untuk bergaul dengan orang lain.
Dulu disekolah sebelumnya, gadis itu lebih suka sendiri dan takut didekati orang seolah-olah mereka yang mendekatinya akan menyakitinya seperti yang pernah dilakukan papa dan mama mereka dulu.
"Kok kakak nanyain Pika?" gadis itu balas bertanya. Danzel tersenyum dan mengusap-usap rambutnya lagi.
"Nggak apa-apa cuman nanya aja." jawabnya lembut.
***
Paginya, Danzel menghentikan mobil sport mewahnya tepat didepan gerbang sekolah SMART SCHOOL . Pagi ini ia yang mengantar Chaby. Chaby mencium pipi kakaknya itu seperti biasa sebelum turun.
"Pelan-pelan jalannya, nggak usah lari." kata Danzel mengingatkan dibalas dengan gumaman kecil dari Chaby. Ia melambai ke pria tampan dalam mobil itu dan melangkah memasuki gerbang sekolah dengan semangat. Langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang ia kenal.
Gadis itu menyepit, ia tak menyangka pagi ini akan berpapasan dengan Decklan. Tatapan tajam dan menusuk pria itu lagi-lagi mengintimidasinya.
"Ha.. hai kak." sapanya terbata-bata dengan senyum agak terpaksa. Ia merasa harus menyapa kakak kelasnya itu, karena selain tuh cowok adalah kakaknya Pika, dirinya juga sudah beberapa kali ini selalu menyusahkan cowok itu.
Meski sudah disapa dengan sepenuh hati dan membuang rasa takut dan malunya, nyatanya tak membuat Decklan tersentuh. Ia malah cuek pada gadis itu dan pergi begitu saja seolah tak mengenal Chaby.
Chaby mengerucutkan bibirnya kecewa. Niat baiknya sama sekali tak di balas. Padahal ia sudah memberanikan dirinya untuk menyapa sang kakak kelas.
"Huh! Dia pikir dia siapa sih? Sok akrab banget sama kak Decklan. Ngarep banget deh." seru seorang siswi yang berdiri berkelompok tak jauh dari situ. Mereka menatap Chaby dengan wajah merendahkan.
Chaby mempercepat langkahnya. Ia tak mau berurusan dengan orang-orang semacam itu. Lebih baik ia menghindar saja. Mendengar orang-orang yang mengatai dan memarahi dirinya secara berlebihan akan membuat mentalnya cepat down.
Nanti Chaby sama siapa 😭😭😭😭
aku nggak rela Thor 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭