Mencari Ibu

Mencari Ibu

1. Mimpi

“Ibu!!!”

Dengan nafas tersengal dan keringat yang membasahi tubuhnya, Yona terbangun di tengah malam yang sunyi. Ia langsung menggapai segelas air putih yang selalu di letakkan dekat meja lampu.

Kerongkongan Yona langsung basah setelah menghabiskan segelas air sampai tandas. Namun tak membuat degupan jantungnya masih belum stabil. mimpinya baru saja terasa sangat nyata. Bayangan sang Ibu yang sudah lama meninggalkannya terlihat jelas. Dan wanita itu seperti sedang kesakitan, lalu meminta pertolongan padanya.

Yona mengusap wajahnya dengan kasar. Ia memutuskan pergi ke balkon kamarnya untuk mencari angin. Siapa tahu bisa menghilangkan rasa cemas yang masih menguasai hatinya.

Sudah enam belas tahun Yona tinggal berdua dengan ayahnya. Ibunya pergi meninggalkannya sejak usianya masih lima tahun. Danita memilih hidup dengan pria lain dan tidak mau lagi merawatnya. itulah cerita yang ia dapat dari sang ayah, juga neneknya.

Meskipun selama tinggal bersama sang ayah yang merupakan pengusaha sukses, namun tak membuat Yona melupakan sosok yang sudah melahirkannya. Sewaktu masih duduk di bangku sekolah, ia berjanji pada dirinya sendiri kelak akan mencari ibunya. Dan kini di saat usianya sudah menginjak dua puluh satu tahun, Yona mulai mencari sang Ibu.

Sebenarnya niatan untuk mencari ibunya sudah Yona lakukan sejak ia lulus sekolah. Namun karena penjagaan ketat dari sang ayah, sangat menyulitkan Yona. Jarvis, ayah Yona sangat protektif pada putrinya. Pria itu memberikan pengawasan ketat pada Yona agar tidak terjadi apa-apa dengan putrinya itu.

Hingga akhirnya sekarang Yona baru bisa melakukan pencarian itu. meskipun belum bisa menemukan titik terang sama sekali.

Dua bulan yang lalu Yona diam-diam menyewa seorang detektif untuk membantunya mencari di mana ibunya berada. Namun sampai saat ini belum ada kabar apapun..

“Aku yakin Ibu masih hidup. Aku akan terus berusaha mencarinya,” gumamnya sambil mengesah pelan.

Malam yang sunyi, membuat Yona enggan kembali masuk ke dalam kamarnya. Terlalu nyaman di balkon karena sibuk memikirkan ibunya. Hingga ia tidak menyadari ada seseorang dari bawah yang entah sejak kapan mengawasinya.

“Yona, tidurlah! Kenapa kamu di sana?” teriak seorang pria paruh baya namun masih terlihat tampan.

Deg

“Ayah?” gumam Yona terkejut saat mendengar suara teriakan ayahnya di samping garasi.

“I..iya Yah. Yona masuk,” jawabnya gugup kemudian ia segera berdiri dan masuk ke dalam kamar.

Yona menutup kembali pintu balkon. Meskipun rasa kantuknya belum datang, ia memaksakan diri naik ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Namun tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamarnya terbuka.

Cklek

Jarvis masuk ke dalam kamar putrinya yang sengaja tidak dikunci. Firasat Yona benar kalau sebentar lagi ayahnya pasti menghampirinya di kamar.

“Ayah?” ucap Yona lirih.

Pria berpostur tubuh tinggi kekar yang hanya mengenakan kemeja warna dark grey itu duduk di bibir ranjang putrinya. Jarvis mengamati wajah putrinya yang sepertinya baru saja bangun. Tapi kenapa malah berada di balkon.

“Kamu sakit?” tanyanya penuh perhatian. Menempelkan punggung tangannya di kening Yona.

“Nggak, Ayah!” jawab Yona.

“Kenapa di balkon? Ini sudah larut malam, Yona. Bisa sakit kamu nanti kalau kena angin malam,” ujar Jarvis masih menunjukkan raut wajah yang cemas.

“Ehm, tadi Yona tiba-tiba terbangun. Kemudian tidak bisa tidur lagi, Yah. Akhirnya ke balkon buat cari angin,” jawab Yona bohong.

Yona tidak akan mengatakan kalau ia baru saja mimpi buruk. Khawatir jika ayahnya mencecar berbagai pertanyaan, dan ia tidak bisa berbohong lagi.

“Ayah baru pulang? kenapa larut begini pulangnya?” tanya Yona mengalihkan topik pembicaraan.

“Iya. ada pekerjaan yang membuat Ayah harus lembur. Tapi setelah selesai, Ayah tidak langsung pulang,-“

“Ayah mampir ke mana?” sahut Yona menatap tajam sang ayah. Khawatir kalau ayahnya berbuat macam-macam.

Jarvis terkekeh mendengar pertanyaan putrinya. Kemudian mengusap lembut kepala Yona sambil menggelengkan kepalanya.

“Ayah tidak pergi ke mana-mana, Yona. Apa kamu mencium bau alkohol? Ayah juga tidak mabok. Tadi Ayah mampir sebentar ke rumah nenek. Sore tadi mendapat kabar kalau nenek sedang kurang enak badan. Ayah mampir sebentar, nggak taunya ketiduran di sofa kamar nenek. Ya, baru pulang sekarang akhirnya,” jawab Jarvis sambil memberikan senyuman hangat pada Yona.

“Nenek sakit? Besok pagi aku akan ke sana,” ucap Yona.

“Ya sudah, sekarang lebih baik kamu tidur lagi. Ayah juga mau tidur,” pamit Jarvis.

Yona menatap punggung ayahnya yang semakin jauh dan akhirnya keluar dari kamarnya. Dia percaya kalau ayahnya memang tidak pernah macam-macam dengan pergi ke tempat hiburan malam. Yona juga heran, ayahnya masih tampan dan tidak terlalu tua di usianya yang sudah empat puluh tujuh tahun namun tidak memiliki keinginan untuk menikah lagi. apa yang membuat pria itu memutuskan untuk menjadi single father. Yona tidak tahu.

Pagi harinya Yona sedang sarapan bersama ayahnya di ruang makan. Sudah menjadi pemandangan biasa di pagi hari, Yona dan Jarvis sarapan bersama sebelum melakukan rutinitasnya.

“Ayah kok pakaiannya seperti itu? apa tidak pergi ke kantor?” tanya Yona heran.

“Hari ini Ayah santai. Nanti siang baru ke kantor. sekarang mau ngantar tuan putri ke kampus,” jawab Jarvis dengan tersenyum simpul pada Yona.

“Apa?” Yona terkejut.

Tidak biasanya Jarvis meluangkan waktunya dengan mengantarnya pergi ke kampus. Terkadang pria itu mengantar Yona sekalian berangkat ke kantor kalau memang sedang tidak padat jadwalnya. Tapi, untuk sekarang agak aneh saja bagi Yona. Apa jangan-jangan ayahnya mengetahuinya kalau diam-diam sedang mencari sang ibu.

“Kenapa” kok kelihatannya kamu tidak suka begitu diantar ayah? Apa jangan-jangan putri ayah ini sedang ada janji dengan pacarnya?” Jarvis melempar pertanyaan dengan tatapan penuh selidik.

“Tidak, Yah! Bukan begitu. Aku tidak punya pacar. Ya sudah, nanti aku juga sebentar kok ke kampusnya.” Yona menjawab sambil mengerucutkan bibirnya.

“Nah gitu dong, Sayang. Bukannya semalam kamu mau jenguk nenek juga? ya sekalian saja setelah dari kampus kita ke rumah nenek,” ucap Jarvis.

Yona hanya mengangguk lemah. Di akhir masa perkuliahannya yang sebentar lagi wisuda, Yona memiliki banyak waktu luang. Rencananya hari ini ia akan menemui detektif suruhannya untuk menanyakan hasil perkembangan pencariannya. Namun karena ayahnya yang akan mengantar ke kampus, akhirnya Yona mengurungkan niatnya untuk bertemu detektif itu.

Usai sarapan mereka berdua segera berangkat. Yona duduk di samping ayahnya yang sedang mengemudikan mobil. Sekilas, Yona dan ayahnya seperti pasangan “sugar” yang lagi trend. Apalagi penampilan Jarvis yang masih sangat modis.

“Kenapa kamu memperhatikan Ayah seperti itu?” tanya Jarvis yang kini sudah memakai kacamata hitamnya.

“Aku nggak tahu bagaimana reaksi mahasiswa nanti kalau lihat Ayah seperti ini? bisa-bisa mereka nanti naksir Ayah,” jawab Yona sambil menggelengkan kepalanya.

“Jangan khawatir! Ayah tidak akan terpikat oleh siapa pun,” ucap Jarvis percaya diri.

Keduanya kembali diam. Jarvis fokus dengan kemudinya. Sedangkan Yona menatap jalanan yang pagi ini cukup padat dengan kendaraan.

Tiba-tiba saja ponsel Yona berdering. Ada panggilan dari detektif sewaannya. Ia tidak berani menerima panggilan itu karena ada ayahnya. Akhirnya ia menolaknya.

“Kenapa tidak diangkat, Yon?” tanya Jarvis heran.

“Ehm, nggak penting kok, Yah. Nanti juga ketemu di kampus,” jawab Yona berbohong.

Jarvis hanya mengangguk, kemudian fokus lagi ke jalanan. Tak lama kemudian ada pesan masuk ke ponsel Yona.

“Nanti malam kita bertemu di Club Dark Rose.”

.

.

.

*Happy Reading!!

Terpopuler

Comments

Ana

Ana

hallo kak de 💕

2025-01-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!