Dua tahun diabaikan oleh suami karena suatu kesalah pahaman yang bahkan tidak diketahuinya
Permintaan untuk perceraian oleh suami yang bahkan tidak pernah memandangnya membuat Yuna mengambil langkah berani untuk tidur dengan lelaki sewaan
Lalu apa yang akan terjadi jika gigolonya adalah suaminya sendiri?
Hanya tulisan ringan, slow update
Mohon tinggalkan komentar setelah membacanya...please🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan
"Selamat malam, Nyonya." Jimmy datang menyapa saat Yuna sedang menikmati makan malamnya padahal dia baru saja menghabiskan satu mangkok kue coklat tadi sore, tapi Yuna merasakan dirinya terus-terusan merasa lapar sekarang
"Ada apa?" tanya Yuna malas saat melihat asisten suaminya itu. Setidaknya Yuna harus melihat bagaimana letihnya wajah Jimmy saat ini harus menjalani peran ganda dalam profesinya, sebagai tempat pelampiasan emosi Aaron sekaligus pengantar undangan sekarang
"Tuan Aaron menyuruh saya untuk menyerahkan undangan ini pada Nyonya." Jimmy menyerahkan undangan di tangannya pada Yuna yang diambil oleh Yuna dengan malas-malasan
"Undangan apa?" tanyanya sekaligus dengan tangan yang bergerak gesit membuka undangan yang terbungkus dengan indah
"Menantu perempuan keluarga Argantara melahirkan seorang putra sebagai penerus keluarga itu, karena itulah mereka mengadakan sebuah acara besar untuk menyambut berkah ini, dan..." jelas Jimmy yang tak lagi didengarkan oleh Yuna, pikirannya kini mulai dipenuhi dengan hal lain
"Jadi, akhirnya Risa melahirkan penerus keluarga Argantara. Kehidupannya benar-benar sangat menyenangkan" batin Yuna dengan sedikit iri memenuhi hatinya pada sang sahabatnya, Risa. Perlahan Yuna menyentuh perutnya, dia pernah bermimpi sebagai seorang wanita yang akan melahirkan keturunan keluarga besar Nelson dulunya tapi sekarang... Yuna terkekeh, jelas itu semua hanya akan menjadi mimpi baginya. Tidak mungkin dia akan hamil, kan?
"Saya akan menghadirinya." putus Yuna akhirnya karena bagaimanapun Risa adalah sahabatnya
"Apa kali ini aku harus pergi dengan Aaron juga?" tanya Yuna saat teringat kenapa Jimmy tiba-tiba datang memberitahunya perihal undangan
"Tidak Nyonya! Anda tidak harus datang dengan Tuan..."
"Baguslah," timpal Yuna yang sekarang rasanya malas banget harus melihat wajah suaminya lama-lama
"Saya permisi, Nyonya." Jimmy mengundurkan dirinya segera sedang Yuna hanya mengangguk menanggapi
"Minnie!" panggil Yuna setelah kepergian Jimmy
"Iya, Nyonya." Minnie menjawab seperti biasanya
"Besok aku harus menghadiri undangan Risa, jadi tolong siapkan sebentar pakaianku yang cocok dipakai untuk menghadiri acara penyambutan bayi penerus keluarga," ujar Yuna yang langsung membinarkan wajah Minnie. Memilih pakaian adalah kesukaan pelayan itu
"Baik, Nyonya." tanpa banyak membantah, Minnie sudah pergi menuju kamar Nyonya-nya untuk memilihkan pakaian untuk Yuna bahkan sampai meninggalkan pekerjaannya yang sedang dikerjakan
"Aku bilang besok, Minnie..." Yuna hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan keantusiasan Minnie
🍀🍀🍀
Aaron menatap bangunan bertuliskan 'Hospital' didepannya dengan nafas lesu. Setelah setahun berlalu akhirnya dirinya kini kembali menginjakkan kakinya didepan rumah sakit dimana sang ayah dirawat
Ada rasa ragu dalam diri Aaron saat harus menemui kembali pria yang sangat dibencinya selama ini kendati pria itu adalah ayah kandungnya.
Bukan tanpa sebab Aaron membenci sosok sang ayah, tentu ada pemicu yang membuatnya menanamkan rasa benci itu pada sang ayah. Seorang ayah yang pernah melakukan hal bejat dan tertangkap oleh matanya disaat dirinya mempertaruhkan diri untuk menyelamatkan sang ibu yang sedang meregang nyawa diatas bankar rumah sakit
Menghelakan nafasnya pelan untuk sedikit berdamai dengan masa lalu pahitnya, Aaron mulai melangkahkan kakinya kedalam bangunan tersebut. Dia melakukannya hanya sebagai bentuk menepati janjinya pada Yuna yang berkata akan menemui papanya sebelum si tua bangka itu mati, begitulah Aaron memanggil papa kandungnya. Jangan pikirkan tentang kesopanan dalam memanggil saat hatinya masih penuh dengan kemarahan dan kekecewaan akan sikap sang papa dahulu
Aaron berhenti disalah satu pintu dimana sang papa dirawat, kembali menghembuskan nafasnya sekali lagi. Aaron mengangkat tangannya dan mulai memasuki pintu penghubung dirinya dengan sang papa yang sudah lama tidak melihatnya
Klek... Pintu terbuka dan Aaron melangkah perlahan kearah sang papa yang tampak tertidur tenang diatas ranjang rumah sakit tersebut. Dia berdiri disamping sang papa dan menatapnya fokus tanpa bersuara sedikitpun hingga beberapa saat kemudian perawat yang bertugas masuk dan dibuat terkejut dengan kehadiran Aaron
"Tuan Aaron! Anda datang!" seru di perawat terkejut, pasalnya ini kehadiran pertama Aaron setelah srkian lama tidak mendatangi rumah sakit tersebut. Aaron hanya mengangguk menanggapi tanpa bicara sepatah kata pun
Karena suara itu membuat papa nya Aaron terjaga dan perlahan membuka kelopak matanya. Pria tua itu cukup terkejut saat melihat kehadiran putra tunggalnya di sana setelah sekian lama tidak ada kabar apapun dari putranya itu. Wajahnya tersenyum melihat pada sang putra namun Aaron tidak menanggapi dengan hal serupa. Pria itu hanya berdiam dan memasang ekspresi dingin diwajahnya
"A..Aaron..ka..kamu datang nak?" Pak William Nelson yang kesulitan bicara begitu senang melihat kehadiran sang putra
"Aku kesini hanya untuk memenuhi janjiku pada Yuna. Jadi, ke intinya saja! Apa yang ingin kau jelaskan padaku hingga aku harus merepotkan diri mengunjungimu kemari?" tutur Aaron dengan begitu arogan pada sang papa. Dirinya berdiri menjulang dengan kedua tangan dalam saku celana disamping sang papa yang tidak bisa bergerak banyak
"N..nak, ka..kamu masih mem..ben..ci pa..pa?" tanya pak William dengan susah payah. Salahnya sendiri dengan tidak menjelaskan kebenarannya pada Aaron saat itu hingga putranya itu semakin membencinya tiap harinya
"Tentu, setiap nadiku juga membencimu. Kau pembunuh! Membunuh ibuku dengan ketidaksetiaanmu." tuding Aaron dengan rahang mengeras saat kilasan masa lalu menyakitkan itu membayang di kepalanya
"Ti..tidak n..nak, ka..mu sa..lah pa..ham" pak William mencoba menjelaskan namun nafas dan suaranya tidak membantu sama sekali. Dia ingin menjelaskan kalau Aaron sudah termakan stigma pemikiran buruknya sendiri hingga memupuk dendam pada dirinya, papa kandungnya
"Hahh!..." Aaron tersenyum sinis menanggapi
"Kau kesulitan bicara tapi masih ingin membodohiku dengan kebohonganmu, benar-benar menyedihkan. Sebaiknya buat dirimu sedikit berguna jika masih ingin aku termakan kebohonganmu," tanpa belas kasihan Aaron membalas kalimat sang papa dengan begitu kejam
Sang papa menggeleng lemah ketika perawat bergerak cepat ingin menghalanginya agar jangan terlalu banyak bergerak
"Tuan, tolong...! Ayah Anda sekarat. Tolong jangan buat dirinya semakin menderita," mohon sang perawat pada Aaron, karena bagaimanapun dia tahu bagaimana cintanya pasiennya itu pada sosok Aaron hingga bersusah payah meninggalkan sesuatu yang kelak mungkin berguna bagi Aaron menemukan fakta sebenarnya
"Dia pantas mendapatkannya!" jawab Aaron tanpa sedikitpun merasa bersalah saat sang ayah kini merasakan nafasnya putus-putus. Sang perawat segera menekan interkom memanggil dokter untuk urusan kritis pasiennya, sedang Aaron memilih memutar tubuh untuk meninggalkan tempat itu
"Tuan, tunggu!" panggil sang perawat saat Aaron baru saja menggerakkan kakinya. Sang perawat bergerak cepat meraih satu amplop putih dibalik laci nakas disamping tempat tidur pasien lalu menyerahkannya ke tangan Aaron
"Dia menuliskan ini dengan susah payah," kata si perawat dan segera berbalik cepat pada pasiennya, melakukan hal-hal utama untuk pertolongan sampai dokter tiba
Aaron hanya menatap amplop ditangannya datar lalu kembali melanjutkan langkah keluar dari ruang rawat dan rumah sakit tersebut. Tidak peduli jika memang satu-satunya orang tuanya yang masih hidup harus meregang nyawa hari ini, karena itu juga yang dirasakan ibunya dulu saat sang papa malah sibuk berselingkuh.
.
.
.
Yuhu! Balik lagi saya... Bagaimana alurnya? Semakin gak jelas apa semakin hancur? Hehe..😁
Sudah ada yang mendapat garis terangnya untuk cerita ini... Kurasa banyak yang sudah bisa menangkapnya karena memang konfliknya ringan
Terima kasih untuk semua yang sudah beri hadiah dan vote... Saya terharu saat lihat vote minggu kemarin sampe ada 10 vote untuk novel ini, pertama kali saya dapat vote sebanyak itu padahal biasanya paling banyak 4 vote seminggu, Itupun dari Yuna, ikram, melisa dan saya sendiri😁, serta juga hadiahnya kemarin saya cek, novel ini bahkan masuk dalam jajaran 200 besar rangking hadiah, pencapaian besar. Benar-benar bikin terharu🤧
Kritik dan sarannya diharapkan🙏