Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Zhafira terlihat gugup,saat melihat eric berjalan menghampirinya.
"Sedang apa kamu di sini." Eric menatap tajam zhafira yang menundukkan kepala.
"A-aku mau, mengambil air minum." jawab zhafira tergagap.
Eric tersenyum sinis. " Ternyata kamu suka menguping pembicaraan orang lain, ya. Apa kamu mau saya hukum kembali."desis nya, mengancam.
"Tidak! Aku mohon, jangan hukum aku. Aku benar-benar tidak, mendengar apapun, Eric." sela zhafira, ketakutan.
Eric senang melihat zhafira yang ketakutan.
"Eric...!" seru Louis, tegas.
Dia tahu jika eric, sedang membuat zhafira ketakutan.
"Jangan bersikap seperti itu. Ingat dia itu istri mu, perlakukan dia dengan baik." seru Louis kembali.
Eric memutar bola matanya malas, jika sudah mendengar ocehan Louis dia pun enggan berbicara lagi.
Eric pun pergi dari hadapan zhafira, dengan perasaan yang sedikit kesal.
Begitu pun dengan zhafira, melangkah tujuan untuk mengambil air minum di dapur.
Malam pun tiba, seperti biasa Eric kini sudah siap dengan pakaian serba hitamnya. tak lupa juga dengan jubah hitam yang selalu dia pakai di saat pergi di waktu malam.
Zhafira yang hendak keluar dari kamarnya, tiba-tiba saja mematung saat melihat penampilan Eric.
"Kamu mau kemana, Eric? " Tiba-tiba saja, pertanyaan keluar dari mulut zhafira.
Eric menatap tajam, pada zhafira yang menutup mulut dengan tangannya.
"Jangan pernah campuri urusan, saya. Mengerti. " ujar eric, penuh penekanan.
Zhafira yang takut pun, mengangguk pelan.
Tanpa berkata lagi, eric pergi dari sana. meninggalkan zhafira yang menatap sedih kepergian eric yang semakin menjauh.
"Aku istri mu, eric. Wajar jika aku ingin tahu kemana kamu pergi." Zhafira berbicara di dalam hati.
Hatinya menjadi sedih, saat melihat sikap eric yang selalu saja dingin kepadanya. sebenci itukah eric, pada zhafira. entahlah, namun zhafira berharap jika suatu saat nanti, eric akan bersikap baik kepadanya.
***
Di jalan raya, mobil Eric melaju sangat kencang. dia terlihat termenung, di kursi belakang.
Kendrick yang melihat hal itu, hanya memandang sekilas tanpa ingin bertanya.
"Kendrick, apa kamu sudah tahu siapa yang mengikuti ku, " tanya Eric setelah lama terdiam.
Kendrick menatap Eric dari kaca yang berada di atas. "Iya king, mereka adalah orang sama yang mencoba membunuh anda."
Eric terdiam, seketika pikirannya menuju pada zhafira. "Apa mungkin, mereka tahu siapa zhafira." gumamnya dalam hati.
"Sebaiknya kita harus berhati-hati, karena kemungkinan saja mereka sudah tahu hubungan anda dengan nona zhafira." Dengan tatapan yang lurus ke arah jalan, Kendrick memberikan peringatan pada eric.seolah tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Eric.
Eric menghela nafas. "Aku sudah menduga hal itu sejak awal. Sepertinya kakek benar, sementara aku harus pergi dari rumah itu." ucapnya, bimbang.
"Saya juga berpikir seperti itu, king. Sebaiknya anda dan nona zhafira, sementara tinggal di tempat lain."
"Aku akan memikirkan hal itu nanti. Sekarang katakan siapa yang akan aku temui." Eric mencoba mengalihkan pembahasan.
"Dia seorang pengusaha dari luar negeri, yang mempunyai banyak cabang bisnis di setiap negara. Tujuan dia ke sini, ingin melakukan kerja sama dengan anda, king."
Eric tidak lagi menyahuti, perkataan Kendrick. sebab dia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
***
Di rumah Eric, terlihat zhafira sedang merenung di balkon. kini pikirannya tertuju pada ibunya dewi.
Ting...
Terdengar suara notifikasi pesan yang masuk di ponselnya.
Zhafira pun segera melihat, pesan dari siapa yang masuk ke ponselnya.
Dirlan
"Fira. Apa kabar mu?"
"Bisakah kita bertemu?"
"Aku rindu, fira. Aku minta maaf, atas kejadian saat itu. Aku menyesal. "
Zhafira tersenyum kecut, saat membaca isi pesan dari dirlan. hatinya kembali merasakan, sakit namun tak seperti dulu.
Zhafira menyimpan kembali ponselnya, tidak ada keinginan untuk membalas pesan dari dirlan.
Zhafira memutuskan untuk, pergi tidur. sebelum membaringkan tubuhnya, mengambil foto dirinya dan dewi yang sedang duduk bersama.
Zhafira menatap foto itu dengan tatapan sedih. rasa rindu yang sangat besar, membuat dia tidak bisa menahan tangisnya.
"Ibu aku rindu...hiks.... " lirih zhafira, terisak.
Setelah kepergiannya dari rumah heru, zhafira belum pernah bertemu lagi dengan ibunya.
Kini zhafira hanya bisa menangis, untuk menyalurkan rasa rindunya.
Sampai tak terasa, setelah lama menangis dia pun terlelap tidur.
Pukul dua dini hari, eric baru saja pulang setelah menyelesaikan urusannya.
Sebelum masuk ke kamarnya, dia melihat sebentar ke pintu kamar zhafira yang tertutup.
Entah karena apa, eric merasa ingin masuk ke sana. namun dia berusaha menepis keinginannya.
Sayang, ternyata rasa inginnya lebih besar, sehingga dia pun memutuskan untuk masuk saja.
Dengan pelan eric pun masuk ke dalam kamar, zhafira. dia menghampirinya, dengan jalan perlahan tidak ingin sampai zhafira terbangun.
Dengan lekat eric, menatap wajah cantik zhafira. tatapannya kini beralih pada benda yang di peluk oleh zhafira.
Dengan hati-hati, eric mengambil sesuatu dari genggaman zhafira.
Eric dengan seksama memperhatikan foto yang di peluk oleh zhafira. seketika hatinya merasakan apa yang di rasakan oleh zhafira.
"Sepertinya dia merindukan, ibunya." gumamnya dalam hati.
Kini perhatian eric pun, beralih pada ponsel zhafira yang menyala dan berbunyi.
Eric bingung, haruskah dia melihatnya atau membiarkannya.
Karena pada dasarnya hatinya penasaran, eric pun mengambil ponsel milik zhafira, dan melihat pesan dari siapa yang masuk.
Eric tampak mengeraskan rahangnya, saat melihat ada beberapa pesan masuk dari dirlan.
Kini dia melihat, ada satu pesan yang di kirim oleh seseorang yang tidak asing baginya.
Agra
"Fira, bisakah kita bertemu. Maafkan sikap ku saat itu. Aku akan menunggu mu, Fira. "
Begitulah isi pesan yang di kirim oleh agra pada zhafira.
Namun eric juga tahu, jika zhafira tidak membaca pesan yang masuk ke ponselnya. tapi tetap saja, Eric merasa hatinya tidak rela jika zhafira bertukar pesan, dengan laki-laki dari masa lalunya.
Kini Eric memilih membaringkan tubuhnya di samping, zhafira. rasa lelah dan kantuk membuat dirinya, enggan untuk berjalan lagi.
Eric pun segera memejamkan mata, segera menyusul zhafira ke alam mimpi.
Waktu berjalan begitu cepat, sinar matahari menembus sela-sela gorden yang terbuka.
Zhafira yang merasa terusik pun, segera membuka mata.
Namun tiba-tiba saja zhafira terkejut, saat melihat Eric yang tidur bersamanya bahkan memeluk tubuhnya.
"Eric!" pekik zhafira, kaget.
Namun tidak ada pergerakan dari Eric, justru dia lebih mengeratkan pelukannya pada zhafira.
Jantung zhafira berdebar kencang, ini memang bukan pertama kalinya dia tidur satu ranjang dengan Eric.
Tapi kali ini berbeda, Eric tidur dengan memeluk erat tubuh zhafira.
"Apakah ini mimpi? " gumam zhafira, bertanya di dalam hati.
Zhafira pun mencoba melepaskan tangan Eric yang memeluknya, namun sayang Eric malah menarik tubuh zhafira. Sehingga kini posisi mereka sangat dekat sekali.
"Jangan lepaskan." ucap eric, dengan suara serak khas bangun tidur.
Zhafira pun menghentikan pergerakannya. jantungnya berdetak kencang saat tangan eric semakin erat memeluknya.
Ada apa dengan eric? Itulah pertanyaan yang muncul di benak zhafira.