NovelToon NovelToon
Membalas Sakit Hati Ibu

Membalas Sakit Hati Ibu

Status: tamat
Genre:Tamat / Cerai / Keluarga / Suami Tak Berguna
Popularitas:883.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: Kim Yuna

Sinta tidak tahan lagi dengan perlakuan tidak baik dan semena-mena oleh Ayah dan keluarganya, terlebih mereka selalu menghina Ibunya.

Sinta yang awalnya diam saja, sekarang tidak lagi. Dia akan membalas sakit hati Ibu nya kepada orang-orang yang sudah menolehkan luka di hati Ibu.

Apa yang akan Sinta lakukan untuk membalaskan luka sakit hati sang Ibu?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 34 Bertemu Indah

Keesokan harinya semua penghuni beraktivitas seperti biasa.

Bayu dan Sinta bersekolah sambil menenteng box jualan nya.

Bagas sudah berangkat subuh tadi katanya ada rapat penting dan dia harus berangkat lebih awal. Mereka semua tidak peduli dengan apa yang di lakukan Ayahnya.

"Kami pamit yah Bu!." pamit Sinta. Sinta berjalan ke arah motor nya di susul oleh Bayu. Namun tiba-tiba berhenti, hingga Bayu menabrak punggung kakaknya.

"Eh,"

"Kak, kenapa berhenti mendadak sih. Benjol nih kepala ku." ucap Bayu lebay mengusap dahi nya. Kenapa lebay karena punggung Sinta tidak sekeras itu hingga membuat kepala nya benjol.

"Lebay kamu. Maafin kakak."

"Kenapa sih?."

Sinta tidak menjawab justru menghampiri Ibu nya, Sarifah heran melihat Sinta balik lagi.

"Kenapa ada yang ketinggalan?." tanya Sarifah pada anaknya, Sinta.

"Bu, aku mau ngomong sesuatu sama Ibu."

"Ngomong apa?." tanya Sarifah penasaran.

"Hhhmmm," Sinta bingung meremas gagang box "Sinta setuju apapun keputusan Ibu, selama itu membuat Ibu bahagia. Jangan bertahan hanya karena kami, Sinta dan Bayu ingin melihat Ibu bahagia. Dan Sinta janji akan mewujudkan kebahagiaan itu untuk Ibu. Jadi lepas kan saja Bu."

Sarifah mencerna kata demi kata apa yang di ucapkan anak nya itu. Dia tidak mengerti maksud perkataan dari Sinta, namun sebelum bertanya lebih jauh. Sinta sudah berbalik badan dan berlari menghampiri Bayu lalu menaiki motor nya dan melaju meninggalkan rumah.

'Apa yang kamu tahu, Sinta?.'

***

Sinta lega sudah mengatakan hal itu pada ibunya. Dia mengikuti pelajaran dengan hati yang tenang.

Jam terakhir Akhirnya selesai. Kelas berakhir sore hari, karena ada kelas tambahan. Saat ini Sinta sudah kelas tiga, jadi membuatnya selalu pulang sore untuk mengikuti kelas tambahan itu.

"Akhirnya berakhir." Sinta meregangkan tangannya setelah Bu Guru terakhir keluar dari kelas.

"Kamu mau kemana dulu, Sin?." tany Citra.

Sinta menoleh, "Kemana lagi? yah pulanglah. capek aku."

"Oh kirain mau ketemu Kak Dylan."

Sinta mengenyitkan alis, "Kenapa? kamu beneran suka Kak Dylan?."

Citra diam saja dan hanya senyum-senyum saja, dari situ Sinta tahu kalau temannya menyukai kakak kelas nya itu.

"Hahaha lucu kamu, Cit. Kak Dylan mungkin sudah punya pacar."

"Serius Sinta?." tanya Citra kaget.

"Ngga tahu juga sih!. hehehe. Ya udah ayok kita pulang!."

Akhirnya memutuskan untuk lanjut pulang menuju rumah, karena takut hari semakin gelap dan jalan yang lain semakin sepi. Citra baru saja di jemput Ayahnya yang baru pulang bekerja. Sinta sebenarnya iri melihat Citra di jemput Ayahnya dan bisa sekarang itu, sedangkan dia?

Di tengah perjalanan menuju rumah. Entah mengapa Sinta mencium semilir aroma bumbu seblak yang sangat menggoda, tanpa basa-basi Sinta pun akhirnya tergoda oleh aroma seblak itu dan sengaja menepi untuk membeli seblak terlebih dahulu sebelum pulang.

"Tolong! Tolong! Jambret! Tolong!" teriak seorang wanita meminta pertolongan begitu terdengar jelas di telinga Sinta yang saat ini tengah menunggu seblak pesanannya selesai di buatkan.

"Hah jambret!."

Sinta pun segera menoleh ke arah suara itu, dan melihat seorang wanita cantik dengan pakaian perawat sedang mempertahankan tas miliknya dari dua orang pria jahat yang saat ini hendak merebutnya.

"Bu! Bu bentar yah. Aku mau nolongin mbak-mbak itu dulu!." Ucap Sinta kepada Ibu penjual seblak.

"Eh-eh Neng jangan bahaya!." teriak Ibu itu mencegah Sinta.

Tanpa pikir panjang Sinta pun menghampiri pria yang hendak menjambret Mbak-mbak perawat cantik itu

Bugh

"Mau ngapain kamu! berhenti!." teriak Sinta sembari melayangkan satu buah tendangan ke motor penjambret itu hingga kedua penjambret itu terjatuh dari motornya.

"Aarrgg Brengs*k siapa kamu ya! sakit bangs*t! ikut campur urusan orang aja ya! ga usah ikut campur bangs*t! mau cari mati kamu cewek sial*n! sini kamu!." sahut penjambrer itu memaki dengan kata-kata kasar sembari bangkit dan memegang balok kayu yang ia bawa.

"Hah B*ngs*t! Brengs*k itu bukan nya itu kamu bukan aku! kan kamu yang hendak menjambret mbak ini, dasar penjahat ngga ada otak! berangkat sama cewek lemah!." ucap Sinta enteng.

"Gak usah banyak bac*t kamu wanita sial*n, akan aku kasih pejalan kamu!." balas penjambret itu sembari menghampiri Sinta dan hendak memukulnya dengan balok kayu.

"Hiya!."

Kertak.

"Bangs*t baloknya patah gobl*k!." ucap salah seorang penjambret yang memegang balok kayu hendak memukul Sinta.

"Udah sikat aja pake tangan kosong! sama cewek kurus kering masa kalah! cepetan gobl*k keburu warga pada datang!." sahut penjambret yang siaga di atas motornya sembari membangunkan motor miliknya dan menyalakan motor tersebut sekali amat Siaga untuk kabur setelah aksinya selesai.

"Hiyaaaa!."

Krek

"Aaarrggghhh aduh sakit duh!."

"Bangke lu t*l*l sama cewek gitu doang aja masa kalah, kenapa lu nggak usah pake acara drama segala, cepet ambil tasnya t*l*l!." titah penjambret yang ada di atas motor.

"B*c*t lo tangan gue patah t*l*l, cabut! cabut! cabut! cewek cungkring itu jago berantem. Ayo cabut!, keburu warga datang, entar malah kita berdua jadi babak belur sama cewek cungkring bajing*n ini, apalagi kalau warga keburu dateng, bisa-bisa kita mati di amuk warga!." sahut penjambret yang hendak memukul Sinta.

"Ah elah yah udah cepet lu naik beg*!." titah penjambret yang ada di atas motor.

"Awas lu ya! gue tandain muka lu!." Ancam penjambret yang tangannya patah karena hendak memukul Sinta.

Brum

Brummmm

"Mau kemana kalian berdua pec*ndang! sama cewek aja kabur huuuu!." ucap Sinta berteriak sekencang-kencangnya.

Para warga pun satu persatu menghampiri Sinta dan mbak-mbak perawat cantik ini

"Mana jambret nya dej mana?." tanya salah seorang warga emosi.

"Iya mana dek? tadi Bapak denger suara minta tolong katanya ada jambret, mana jambretnya mana?." sahut salah satu warga yang lain.

"Huh telat! udah pada kabur tuh barusan penjambretnya di hajar sama Neng ini!. Mereka pada kocar-kacir takut, karena Neng ini jago berantem sampek tangan penjambret itu patah." ujar Ibu penjual seblak itu.

"Serius Bu? jangan bercanda." tanya seorang warga yang tidak percaya.

"Iya pak betul, adek tadi yang nolongin saya. Bahkan adek ini tadi sempat mau di pukul balok kayu ini eh malah balok kaya ini yang patah secara mudah sama adek ini. Oh yah makasih banyak yah dek, mbak ngga tahu gimana jadinya kalau ngga ada kamu, mungkin uang dan barang berharga di tas kakak ludes di ambil para penjambret itu." ujar mbak-mbak perawat itu.

Prok...Prok...Prok...

"Wah hebat yah kecil-kecil jago banget!."

"Iyah hebat banget, padahal adek ini badannya kurus kering gitu, tapi kok jago banget yah!."

"Dek, kamu kok bisa jago kayak gitu sih?."

Sinta pun hanya tersenyum mendengar pujian dari para warga yang sahut menyahut bertepuk tangan seraya memuji tindakan nya barusan.

"Sama-sama mbak, tapi mbak ngga papa kan?. Ada yang luka nggak mbak?." tanya Sinta sedikit khawatir.

"Mbak nggak papa kok Dek, oh yah nama kamu siapa? kenalkan nama mbak Indah." ucap perawat itu tersenyum.

***

Sore itu setelah Bagas pulang kerja, Bagas dan Sarifah ribut karena Sarifah belum masak. Di mana dia baru juga pulang dari rumah Bu Dewi menyetrika cucian tadi siang.

"Kamu dari mana saja kelayapan jam segini belum masak?." bentak Bagas suami nya.

"Kamu tidak tahu satu biji beras pun tidak ada di rumah ini. Aku bekerja dulu untuk dapat membeli beras supaya ada kamu makan karena kamu tidak peduli dengan keadaan anak-anak yang kelaparan." balas Sarifah emosi, tidak ada Sarifah yang lemah dan bodoh lagi.

Pagi tadi setelah Sarifah mendengar ucapan anaknya. Sarifah berpikir pasti ada hubungan nya dengan Bagas, suaminya. Dan Sinta tahu sesuatu, meminta Sarifah untuk tidak jadi bodoh dan diam saja di perlakukan sesuka hati oleh Bagas.

"Kamu sudah mulai menjawab aku ya, mulai minggu depan jangan harap aku memberi sepersen pun gajiku untukmu."

"Hahahaa kamu sudah tidak memberiku lagi uang nafkah."

"Kamu pikir kamu siapa? kamu hanya numpang di sini!."

"Ini rumahku kau itu, harusnya kamu bersyukur memliki suami tampan dan pekerjaan bagus."

"Untuk apa suami tampan dan punya pekerjaan bagus kalau dia tidak bisa bertanggung jawab pada keluarganya?." ucap Sarifah dengan sengit.

"Kemarin saja kalian sombong tidak mau menerima uangku sekarang malah protes gimana sih kamu? jadi istri nggak pernah berpendirian sama sekali."

"Dan dari mana kamu belajar melawan suami sendiri apa kamu sudah merasa hebat?." tanya Bagas.

"Aku belajar dari keadaan bukan dari siapa-siapa dan aku sangat hebat karena aku dapat memberi makan anak-anak bukan seperti kamu hanya memikirkan diri sendiri."

"Apa?."

Plak, Plak.

Tamparan keras mendarat dari Bagas hingga Sarifah tersungkur ke sudut. Iya tidak berdaya untuk melawan suaminya lagi. Dia menangis tapi tidak mengeluarkan suara takut tetangganya mendengar keributan itu.

Dengan kesal suaminya keluar dan pergi menjumpai teman-teman kerjanya di tempat mereka biasa nongkrong untuk menghabiskan malam dengan minuman keras .

Bayu dan Sinta belum pulang dari sekolah. Jila mereka sedang ada di rumah, mereka pasti marah melihat ibunya diperlakukan kasar oleh ayahnya sendiri.

Tetes air mata mengalir di pipi Sarifah, sudah lama dia bertahan dengan suami yang egois. Jika dia tidak mengingat ayah mertua mungkin Sarifah sudah lama ia meninggalkan laki-laki seperti Bagas.

'Apa yang harus aku lakukan sekarang dulu aku bertahan karena Bagas masih mau menafkahi kami sekeluarga walaupun hanya pas-pasan tapi sekarang percuma karena Bagas sudah tidak mau menafkahi kami'.

Tadinya Sarifah tidak ingin berdebat dengan Bagas, namun Sarifah tersulut emosi lantaran Bagas yang memancingnya. Amarah nya seperti meledak-ledak karena selama ini ia sudah sangat bersabar.

.

.

.

Bersambung....

1
Faridah
kelga aneh bejad smua
Faridah
otaknya pada miring
Faridah
smga terkuak betulan
Faridah
Luar biasa
Faridah
Biasa
Faridah
jdi ikut geram sama bini kok gak peka ya
Faridah
jdi istri jagn terlalu kalem juga
Iwan Iwan
iya kan ayah nya itu mang suka sama tente adel kan suami nya lagi kerja di luar kota jadi nya tante adel itu senekan nya aja ambil suami kaka ipar nya sendiri kaya perempuan gk moral gitu tante adel nya
Faridah
smga zainal cepat memergokinya
Faridah
mantap thor.... semngat membacanya
Faridah
pintar kamu Sinta
Faridah
keren Sinta
Vien Habib
Luar biasa
Faridah
cerai aja laki2 model gitu
Faridah
ngeri kalee ucapan nenek lampir nya
Iwan Iwan
iya cerikanya seru tpi gk sampai selesai
Faridah
semangat bu
Faridah
hadir
Dewibm Dewi
Luar biasa
Kadek Yuni
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!