Karena hendak mengungkap sebuah kejahatan di kampusnya, Arjuna, pemuda 18 tahun, menjadi sasaran balas dendam teman-teman satu kampusnya. Arjuna pun dikeroyok hingga dia tercebur ke sungai yang cukup dalam dan besar.
Beruntung, Arjuna masih bisa selamat. Di saat dia berhasil naik ke tepi sungai, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah cincin yang jatuh tepat mengenai kepalanya.
Arjuna mengira itu hanya cincin biasa. Namun, karena cincin itulah Arjuna mulai menjalani kehidupan yang tidak biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelakunya Brian
"Loh, mobil itu, sepertinya aku pernah melihatnya," gumam Juna kala turut menyaksikan video yang ditunjukan seorang Bapak. Juna pun berpikir keras, berusaha mengingat, mobil yang ada dalam video.
"Boleh aku minta minta videonya, Pak," pinta Juna, biar dia gampang memastikan.
"Ya boleh, kirim lewat mana?" tanya Bapak berkumis tersebut.
"Lewat chat aja, Pak," Juna langsung menyebutkan nomer ponselnya.
Tak lama setelahnya, jenasah pun sampai di lokasi pemakaman. Suasana duka benar-benar sangat terasa kala korban kecelakaaan hendak dikebumikan. Korban meninggalkan istri dan dua anak yang masih kecil, membuat siapapun yang menyaksikannya ikut merasa sedih dan prihatin.
Tidak sedikit warga yang mengeluarkan sumpah serapah ditujukan kepada pelaku penabrakan yang tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Juna yang mendengar tragedi tersebut juga ikut geram. Dia akan mencoba membantu, mencari pemilik mobil karena dia merasa mengenal mobil yang menabrak tetangganya sampai sang tetangga meninggal.
####
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di sebuah rumah mewah.
"Brian! Bangun! Brian!" teriak seorang pria pada anak muda yang semalam pulang dalam keadaan mabuk. "Brian!"
"Apaan sih, Pi? Gangguin orang tidur aja deh," sungut si anak muda nampak begitu malas.
"Iya, Pih, jangan keras-keras sama anak," ucap wanita yang berdiri di samping suaminya.
Sang Papi hanya melirik sekilas kepada istrinya dan sepertinya dia tidak peduli dengan nasehat yang keluar dari mulut istrinya itu.
"Brian!" Lagi-lagi suara Papi mengggelegar dan kali ini lebih keras dari yang tadi.
"Apa sih, Pi?" Sang anak justru menanggapinya dengan emosi. "Orang lagi tidur, malah digangguin."
"Itu mobil kenapa, hah! Kenapa mobilnya penyok dan lecet-lecet? Kenapa!" bentak Papi.
Brian sontak terperanjat. "Penyok? Lecet-lecet?" Rasa kantuknya pun menguap seketika.
"Iya, Sayang, kenapa mobil kamu?" ucap sang Mami sambil mendekati anaknya. "Terus juga ada sedikit noda darah, Sayang. Kamu semalam nggak melakukan hal yang aneh-aneh kan?"
Brian tidak langsung menjawab. Otaknya berpikir keras, mencoba mengingat, segala yang dia lakukan semalaman.
Hingga beberapa detik kemudian, mata Brian agak melebar kala dirinya teringat akan perbuatannya yang telah menabrak pengendara motor.
"Jawab, Brian! Apa yang telah kamu lakukan semalam!" Suara Papi kembali menggelegar.
"Semalam aku nggak sengaja nabrak kucing, Pi," Brian pun akhirnya memilih berdusta demi menghindari kemarahan Papinya.
"Benar kan dugaan Mami. Brian pasti hanya nabrak kucing jalanan," ucap Mami terlihat begitu yakin.
"Kamu yakin, cuma nabrak kucing?" Sang Papi bertanya dengan tatapan penuh selidik.
"Yakin lah, Pi. Meski semalam aku pulang dalam keadaan mabuk, tapi aku ingat betul kejadian semalam saat aku pulang. Lagian kalau aku nabrak orang, nggak mungkin aku jam segini ada di rumah." Ucapan Brian terlihat sangat meyakinkan.
"Awas aja, kalau ada berita yang mempertaruhkan nama baik keluarga. Papi tidak akan segan mencabut semua fasilitas kamu," ancam Papi dan pria itu langsung meninggalkan kamar anaknya.
"Ya nggak bisa begitu dong, Pi," protes sang Mami, tapi Papi terus melangkah, tanpa mempedulikan protes sang istri.
"Papi kok gitu amat sih, Pi, nggak percaya banget sama anak," gerutu Brian, sembari kembali merebahkan tubuhnya.
"Udah, biarin aja. Paling Papi cuma main gertak doang," hibur sang Mami. "Ya udah, kamu tidur lagi aja, nggak perlu dipikirkan ucapan Papi."
"Hmmm..."
Mami tersenyum dan wanita itu langsung bangkit meninggalkan anaknya.
Setelah kedua orang tuanya pergi, Brian bergegas meraih ponselnya untuk mencari informasi tentang kecelakaan karena kecerobohannya.
####
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di salah satu rumah sahabatnya Brian yang akrab dipanggil Marvin, anak muda itu masih meringkuk di atas kasurnya.
Marvin masih kepikiran tentang kejadian semalam yang dia alami. Pikirannya benar-benar kacau, karena dia masih bingung, kejadian semalam itu nyata atau mimpi.
"Kamu sudah bangun," suara lembut seorang wanita sedikit mengejutkan Marvin sampai pemuda itu hampir terlonjak.
"Lain kali kalau masuk kamar, ketuk pintu dulu dong, Mi, bikin kaget aja pagi-pagi," protes Marvin.
"Pagi apaan. Ini sudah siang, udah hampir jam 10," Mami tak mau kalah. "Semalam kamu pasti minum banyak banget kan?"
"Minum banyak? Kata siapa?" Marvin pun membantahnya. "Kalau minum banyak, nggak mungkin aku sampai rumah dengan selamat."
"Terus kenapa kamu semalam tidur di lantai? Mana nggak pakai baju lagi," Mami langsung membeberkan fakta.
"Tidur di lantai?" Marvin terperangah. Seketika otakanya teringat kejadian semalam yang menimpanya. "Mami serius, semalam aku tidur di lantai."
"Kamu pikir Mami bohong apa gimana?" sungut Mami. "Kalau Mami tadi pagi nggak masuk ke sini, bisa jadi, saat bangun kamu masih ada di lantai."
Marvin terperanjat. Dia jadi kembali teringat dengan jelas, kejadian yang Marvin alami semalam.
"Aku tidur di lantai, bukan karena aku mabuk, Mi. Tapi semalam, ada hantu di kamar ini," karena tidak mau disalahkan, Marvin pun mengatakan yang sebenarnya.
"Hantu? Darimana ada hantu?" Tentu saja Mami terkejut mendengar alasan sang anak yang tak masuk akal.
"Ya di sini, Mi, di kamar Marvin," balas sang anak. "Mami tahu nggak? Semalam tuh, aku sudah tidur di kasur. Eh, tahu-tahu, aku malah ada yang mandiin."
Wanita yang duduk di tepi ranjang, sontak menatap lekat sang anak dengan kening berkerut. "Kamu pikir Mami anak kecil yang bisa dibohongi apa gimana?"
"Sumpah, Mi, aku nggak bohong. Aku ngomong yang sebenarnya."
"Terserah kamu lah," Mami jadi kesal. "Tadi Papi pesan, lain kali kalau kamu mabuk berat, Papi akan cabut semua fasilitas yang udah Papi berikan."
"Loh, kok gitu, Mi?"
"Ini sudah keputusan Papi. Ingat baik-baik," Mami langsung bangkit dan meninggalkan sang anak.
"Nggak bisa gitu dong, Mi," Marvin mencoba protes, tapi tidak dihiraukan sama sekali. "Aaaahhh..." Marvin frustasi.
"Aduh, bagaimana ini, apa jangan-jangan arwah Friska akan menuntut balas?" gumam Marvin panik.
#####
Sementara itu di tempat lain, terlihat sebuah mobil mewah, baru saja menghentikan laju mobilnya di depan sebuah sekolah.
Seseorang yang ada di dalam mobil itu, menatap rumah sederhana, yang berdiri di seberang sekolah.
"Tuan, apa anda mau turun?" tanya seorang pria yang mengendalikan mobil mewah tersebut.
"Tentu," sang Tuan menjawab dengan tegas. "Aku pengin lihat, seberapa kuat anakku, hidup tanpa harta."
"Baik, Tuan," sang supir langsung turun dan membukaan pintu untuk Tuannya.
Begitu keluar dari mobil, sang Tuan tersenyum dan dia segera menyebarang jalan menuju rumah yang didepannya ada warung.
Dari dalam rumah yang dituju pria itu, nampak seorang wanita, sedang melangkah, sembari menenteng bahan jualannya untuk di taruh di warung.
Namun saat wanita itu sampai pintu keluar, dia kejutkan dengan kahadiran seseorang yang telah menghapus nama wanita itu dari daftar anggota keluarga.
lanjut thor 🙏