NovelToon NovelToon
Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Syari_Andrian

Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."

Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."

Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali.

sekilas info:

Novel ini merupakan sudut pandang penulis berdasarkan 25% Pengalaman pribadi dan 75% merupakan sekadar imajinasi.
Tidak menyinggung pihak-pihak tertentu.
Nama-nama Tokoh merupakan pilihan secara acak.

Jika suka :

Like!!

Komen!!

Favorit!!

Tidak ada paksaan 😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

musuh lama dan bantuan

Di tempat lain, di sebuah gudang tua yang tersembunyi di pinggiran kota, Sindy duduk di sebuah kursi dengan wajah yang hampir tak dikenali setelah operasi plastik yang dia lakukan. Wajah barunya menyembunyikan identitas lamanya, memberikan keuntungan besar dalam melancarkan rencana balas dendamnya terhadap Nisa dan Rey.

Di sekelilingnya, beberapa pria dengan penampilan garang berdiri, menunggu perintah. Mereka adalah anggota kelompok kriminal baru yang telah Sindy kumpulkan, lebih kejam dan terorganisir daripada kelompok sebelumnya.

Sindy menatap mereka dengan dingin, suaranya terdengar tegas saat dia berbicara, "Kita tidak akan gagal kali ini. Nisa dan Rey harus membayar atas apa yang telah mereka lakukan. Mereka telah merusak hidupku, dan aku tidak akan berhenti sampai mereka hancur."

Salah satu pria, seorang dengan bekas luka di wajahnya, melangkah maju. "Apa rencana kita, Bos? Kita siap untuk melakukan apa saja."

Sindy mengangguk, senyum licik muncul di wajah barunya. "Kita akan memanfaatkan kelemahan mereka. Kita tahu bahwa Nisa sekarang lebih dekat dengan keluarganya, dan Rey... dia punya banyak musuh dalam dunia bawah tanah yang tidak diketahui oleh keluarganya."

Dia berdiri, berjalan ke jendela gudang, menatap keluar dengan tatapan penuh kebencian. "Kita akan menyerang mereka dari dua sisi. Serang Nisa melalui keluarganya, buat mereka menderita. Dan Rey, kita akan menggali masa lalunya, menemukan semua yang bisa kita gunakan untuk menghancurkannya. Ini bukan hanya balas dendam, ini adalah kehancuran total."

Para pria di sekitarnya mengangguk, memahami bahwa Sindy tidak akan berhenti sampai Nisa dan Rey benar-benar jatuh. Mereka mulai merencanakan langkah berikutnya, setiap detail diperhitungkan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa tidak ada celah dalam rencana mereka.

Sindy kembali duduk, tangannya meremas sandaran kursi dengan keras. "Kali ini, aku akan memastikan mereka tidak punya tempat untuk bersembunyi. Ini adalah akhir dari Nisa dan Rey."

Dengan rencana licik yang mulai dijalankan, Sindy dan kelompoknya siap untuk memulai serangan yang lebih berbahaya dan mematikan daripada sebelumnya.

Di vila keluarga Nisa, suasana mulai terasa tegang. Rey, yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik di luar vila, merasakan firasat buruk yang sulit diabaikan. Dia mendekati Nisa yang sedang berbicara dengan Rina dan Bu Rianti di ruang tamu.

"Nisa," kata Rey, suaranya rendah namun tegas, "aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Kita perlu meningkatkan keamanan di sekitar vila ini."

Nisa menatap Rey dengan khawatir, menyadari bahwa firasat Rey tidak bisa dianggap remeh. "Kamu pikir mereka akan menyerang kita di sini?"

Rey mengangguk pelan. "Kemungkinan besar. Aku sudah menghubungi beberapa orang yang bisa dipercaya untuk memperkuat pengawasan. Tapi kita juga harus waspada. Sindy bukan orang yang akan menyerah begitu saja."

Bu Rianti, yang mendengar percakapan mereka, menjadi cemas. "Kita tidak bisa membiarkan mereka membahayakan Nisa lagi. Apa yang bisa kita lakukan?"

Rey menenangkan Bu Rianti dengan senyuman tipis. "Kami akan melakukan segalanya untuk melindungi Nisa dan keluarga ini. Tapi kalian juga harus tetap waspada dan jangan keluar dari vila sendirian."

Rina, yang selama ini diam, akhirnya angkat bicara. "Aku bisa membantu. Aku tahu beberapa orang yang bisa kita percayai untuk berjaga di sekitar vila."

Rey menatap Rina, terkejut dengan tawaran itu. "Terima kasih, Rina. Setiap bantuan akan sangat berarti."

Di luar, malam mulai turun, dan bayang-bayang kegelapan menyelimuti vila. Di kejauhan, sosok-sosok misterius mulai bergerak, menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Sindy, yang memantau dari jarak aman, tersenyum puas melihat persiapannya berjalan sesuai rencana.

Namun, di dalam vila, Nisa dan Rey bersiap menghadapi apa pun yang akan datang.

∆∆

Di tengah malam yang sunyi, suara dering telepon di ruang tamu vila memecah keheningan. Rey segera mengangkatnya, wajahnya berubah serius seiring dengan informasi yang dia terima.

"Baik, tetap awasi mereka dari jarak aman. Beri tahu aku jika ada pergerakan mencurigakan," kata Rey sebelum menutup telepon.

Nisa, yang duduk tak jauh dari Rey, menatapnya dengan cemas. "Apa yang terjadi, Rey?"

Rey berbalik menatap Nisa, matanya penuh dengan tekad. "Orang-orang Sindy terlihat di sekitar vila. Mereka sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyerang."

Bu Rianti, yang mendengar ini, merasa ketakutan. "Apa kita harus pergi dari sini? Ini terlalu berbahaya."

Rey menggelengkan kepala. "Pergi sekarang bukan solusi. Mereka mungkin sedang menunggu kita keluar. Kita harus tetap di sini dan memperkuat pertahanan."

Nisa berdiri, mencoba menenangkan ibunya. "Kita tidak akan membiarkan mereka menang, Ma. Kita akan menghadapi ini bersama."

Rey menambahkan, "Aku sudah memanggil bantuan tambahan. Mereka akan tiba dalam beberapa menit."

Tidak lama kemudian, suara langkah kaki di luar menarik perhatian mereka. Rey segera melihat keluar dan melihat beberapa orang datang. Mereka adalah teman-teman Rey, para mantan anggota militer yang dia percayai.

"Bagus kalian cepat datang," kata Rey kepada mereka. "Kita harus bersiap menghadapi serangan kapan saja."

Sementara itu, di sudut lain kota, Sindy berdiri di sebuah gudang tua bersama dengan beberapa pria bersenjata. Wajahnya yang telah berubah akibat operasi plastik menyembunyikan identitas aslinya, tetapi niat jahatnya tetap sama.

"Sudah saatnya kita menutup semua ini," katanya dengan suara dingin. "Kita akan menyerang vila malam ini, dan aku akan memastikan Nisa dan keluarganya membayar mahal."

Pria-pria di sekelilingnya mengangguk setuju, siap untuk melancarkan serangan mereka. Sindy merasa bahwa malam ini akan menjadi malam yang menentukan, malam di mana dia akhirnya akan mendapatkan balas dendamnya.

Namun, dia tidak menyadari bahwa Rey dan Nisa telah siap menghadapi setiap kemungkinan. Di vila, persiapan mereka sudah hampir selesai, dan mereka tahu bahwa mereka harus bertahan demi keluarga dan masa depan mereka.

Malam itu, angin berhembus kencang, membawa serta ketegangan yang semakin tebal. Pertarungan besar sudah di ambang pintu, dan hanya waktu yang akan menentukan siapa yang akan keluar sebagai pemenang.

Saat malam semakin larut, sebuah suara dering telepon kembali terdengar di vila. Rey mengangkatnya dengan cepat, dan di ujung sana terdengar suara berat dan tegas yang sangat familiar.

"Rey, ini kakek Arfan. Aku mendengar tentang situasimu," suara Kakek Arfan terdengar penuh wibawa. "Aku sedang dalam perjalanan ke sana dengan beberapa orangku. Kita akan menyelesaikan ini."

Rey merasa lega mendengar suara kakeknya. "Terima kasih, Kek. Bantuanmu akan sangat berarti bagi kami."

"Jangan khawatir, cucuku. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi pada keluarga kita," kata Kakek Arfan dengan penuh keyakinan sebelum menutup telepon.

Nisa yang mendengar percakapan itu merasa lega tetapi tetap waspada. "Kakek Arfan datang?"

Rey mengangguk. "Ya, dia membawa beberapa orang untuk membantu kita. Dengan mereka di sini, kita akan punya peluang lebih besar untuk bertahan."

Tidak lama kemudian, suara deru mesin kendaraan mendekat ke vila. Sebuah konvoi mobil hitam berhenti di depan gerbang, dan dari dalamnya keluar Kakek Arfan bersama beberapa pria yang terlihat berpengalaman. Mereka membawa senjata dan perlengkapan yang menunjukkan bahwa mereka siap untuk menghadapi apapun.

Kakek Arfan, meskipun usianya sudah lanjut, masih memancarkan aura yang kuat dan berwibawa. Dia melangkah masuk ke vila dengan penuh percaya diri. "Rey, Nisa, kita akan melindungi rumah ini. Musuh tidak akan punya kesempatan."

Rey menyambut kakeknya dengan hormat. "Terima kasih, Kek. Dengan kau di sini, aku yakin kita bisa mengatasi ini."

Kakek Arfan menatap cucunya dengan bangga. "Kita adalah keluarga, Rey. Tidak ada yang bisa mengalahkan kita jika kita bersatu."

Sementara itu, para pria yang datang bersama Kakek Arfan segera mengambil posisi, memperkuat pertahanan di sekitar vila. Mereka siap menghadapi setiap serangan yang mungkin datang dari Sindy dan kelompoknya.

Nisa, melihat persiapan yang semakin matang, merasa lebih kuat. Dia tahu bahwa dengan bantuan dari Kakek Arfan dan dukungan Rey, mereka punya peluang besar untuk keluar dari situasi ini dengan selamat.

Malam itu, mereka semua bersiap menghadapi musuh lama yang berniat jahat. Namun, dengan kekuatan dan strategi yang mereka miliki, mereka tahu bahwa mereka tidak akan mudah dikalahkan.

°°°

Kakek Arfan melangkah ke ruang utama, menatap sekeliling dengan tatapan tajam. Rey dan Nisa berdiri di dekatnya, merasa lega dengan kehadirannya.

"Kakek," Rey memulai, "bagaimana kita akan menangani ini?"

Kakek Arfan menyilangkan tangannya di dada, menatap cucunya dengan penuh keyakinan. "Kita akan bertindak cepat dan tegas. Tapi pertama-tama, kita perlu tahu seberapa besar ancaman mereka."

Nisa menyela, suaranya bergetar dengan kekhawatiran. "Sindy tidak sendirian, Kek. Dia punya orang-orang yang mungkin lebih banyak dari kita."

Kakek Arfan mengangguk pelan. "Itu yang kita harus cari tahu. Aku akan kirim beberapa orang untuk menyelidiki. Kita tidak akan membiarkan mereka mendekat tanpa persiapan."

Rey menatap Nisa, mencoba menenangkannya. "Aku akan memastikan kita aman, Nisa. Kakek Arfan punya banyak pengalaman menghadapi situasi seperti ini."

"Rey benar," tambah Kakek Arfan. "Aku sudah menghadapi banyak musuh yang lebih besar dari ini. Kita hanya perlu tetap tenang dan fokus."

Seorang pria dari tim Kakek Arfan melangkah mendekat, berbicara dengan suara rendah. "Tuan Arfan, kami sudah menempatkan penjaga di sekitar vila. Tidak ada yang bisa masuk tanpa sepengetahuan kita."

"Bagus," Kakek Arfan menjawab. "Tetap waspada. Kita tidak tahu kapan mereka akan bergerak."

Nisa memandang Rey, lalu beralih ke Kakek Arfan. "Apa yang bisa kami lakukan untuk membantu?"

Kakek Arfan tersenyum tipis. "Tetaplah di dalam rumah. Jaga komunikasi terbuka dengan kami. Jika ada yang mencurigakan, segera laporkan."

Rey meremas tangan Nisa dengan lembut. "Kita akan melewati ini bersama."

Nisa mengangguk, berusaha menyembunyikan rasa takutnya. "Aku percaya pada kalian. Kita akan melindungi keluarga ini."

Kakek Arfan menatap mereka berdua, matanya penuh kebanggaan. "Dengan keberanian kalian, kita pasti bisa menghadapi apa pun yang datang."

Di luar, malam semakin larut, tetapi di dalam vila, semangat untuk bertahan tetap membara.

Nisa dan Rey duduk di ruang tamu bersama Kakek Arfan, suasana hening hanya diisi oleh suara langkah-langkah pelan para penjaga yang berjaga di sekitar vila.

Rey memecah kesunyian. "Kek, bagaimana kalau kita berusaha mencari tahu lebih banyak tentang Sindy dan siapa saja yang membantunya?"

Kakek Arfan menatap Rey, mempertimbangkan usulnya. "Kita bisa lakukan itu, tapi kita harus berhati-hati. Menghadapi Sindy bukan hanya tentang membalas dendam, tetapi juga melindungi orang-orang yang kita cintai."

Nisa menambahkan, "Aku bisa membantu dengan mencari informasi lewat teman-teman kampusku. Mungkin ada yang tahu lebih banyak tentang gerak-gerik Sindy."

Kakek Arfan mengangguk pelan. "Itu ide bagus. Tapi kita juga perlu seseorang yang bisa bergerak lebih bebas di luar."

Rey menatap Kakek Arfan dengan tekad. "Aku bisa pergi, Kek. Aku tahu beberapa orang yang bisa membantu kita di kota."

Kakek Arfan memandang Rey dengan penuh keyakinan. "Baiklah, tapi kamu harus tetap waspada. Jangan bergerak sendirian, bawa seseorang dari tim kita untuk menjaga."

Rey tersenyum tipis. "Aku akan berhati-hati."

Nisa meremas tangan Rey, merasa khawatir. "Pastikan kamu kembali dengan selamat, Rey. Aku tidak bisa kehilangan kamu."

Rey menatap Nisa dengan lembut. "Aku janji, aku akan kembali."

Kakek Arfan berdiri, menepuk bahu Rey. "Kita semua di sini mendukungmu, Rey. Pastikan kita tahu setiap langkah yang kamu ambil."

Rey mengangguk, lalu berbalik menuju pintu. Nisa mengikuti langkahnya sampai ke pintu, menatapnya dengan cemas.

"Rey, hati-hati di luar sana," bisik Nisa.

Rey mengangguk sekali lagi sebelum melangkah keluar, meninggalkan Nisa dan Kakek Arfan di vila, bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

1
Garl4doR
Salah sasaran kalian, militer turun tangan/Silent/
Garl4doR
Yaampun akuntansi? Pastikan neraca saldo mu balance baru healing2. Soalnya patah hati gada apa2nya dibanding bikin neraca gak balance/Sob/
Garl4doR
Sebenernya yang cupu itu kalian tau/Hammer/
Garl4doR
Red Flag itu kak Nisa, mending jauh2/Scream/
Evilgirl
Cepat banget tamatnya..
Syari Andrian: Iya sepi pembaca wkwkw
total 1 replies
itssyafa
seru bgtt cerita nya, semangat thor!
Syari Andrian: makasih.
total 1 replies
Ellsya
Perasaan udah nikah. Kok gada romantis nya, malah selalu banyak permasalahan. Musuh gada habisnya🫣🫣 kapan romantisnya
Syari Andrian: Masih kehalang sama musuh.. tapi dijamin happy ending/Shy//Shy/
total 1 replies
Ellsya
Nico ini mudah sekali di perdaya. Pantas aja dia di jadikan pion Sindy sejak awal... 😒😒😒
Ellsya
Ah. Nico ini memang gak tau diri. Padahal awalnya dia yg main" sama Sindy. Skrg berasa paling tersakiti😑😑😑😑

Jadi kesal banget ini
Ellsya: Memang banyak tokoh antagonis yang gtu.. Rata" gtw diri😂😂😂😂
Syari Andrian: Perlu rehabilitasi sepertinya /Grin/
total 2 replies
Ellsya
Lumayan
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
thalexy
Thor, masih ingat sama penggemar yang gak sabar nungguin kelanjutan ceritanya?
Syari Andrian: Aman up terus kok
total 1 replies
Regrater
Kepayang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!