Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#6 Ni Luh
Matahari mulai menampakkan sinarnya, suara burung berkicau menandakan pagi yang cerah dan damai, bau dupa dan bunga membuat suasana semakin terasa sakral di setiap sudut desa. Suasana pagi masih terasa sangat tenang dan damai, udara pagi pun lebih segar dan bersih karena dari semalam tak ada aktivitas apapun, sehingga masih terasa sisa-sisa energi positif dari perayaan Nyepi semalam hingga terciptanya harmoni dan persatuan yang kuat diantara masyarakat Bali.
Komang membuka matanya, ia sangat bersyukur dan penuh suka cita karena diberikan kekhusyukan dalam beribadah, walaupun semalam meditasinya terganggu oleh datangnya tamu tak terduga namun pikirannya kini mulai bisa jernih dan tenang, seakan ada beban yang sedikit demi sedikit luruh dari pundaknya dan ia berharap apapun yang nanti akan terjadi ia bisa kuat menjalaninya.
Komang segera beranjak dari tempat meditasinya, karena ia harus segera memasak untuk tamu-tamunya itu. Sweta baru saja memberi pesan melalui handphone nya bahwa ia masih ada urusan dan belum bisa pulang, sedikit melegakan karena jika Sweta pulang pagi ini ia tak bisa menjelaskan tentang keberadaan ketiga tamu bulenya itu.
Komang beranjak dan membuka kulkasnya, hanya tersisa dua daging ayam utuh, dengan segera Komang mencuci bersih di wastafel lalu merebusnya dengan beberapa bumbu untuk membuat ayam betutu.
"Om swastiastu. Rahajeng semeng, Mbok!" (selamat pagi, kakak sepupu) terdengar ada seseorang yang berkunjung, membuat Komang meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk melihat siapa yang datang.
Ni Luh Jayanti adalah adik sepupu Komang dari ayahnya, semenjak kematian orang tua Komang, hubungannya dengan keluarga Ni Luh sangat buruk, lebih tepatnya keluarga Ni Luh selalu abai tak pernah mengunjungi Komang, bahkan ketika Komang mengunjungi mereka, mereka justru mengusir Komang dan Sweta. Sejak saat itulah Komang tak pernah bertutur sapa dengan mereka.
"Ni Luh? Apa yang membuatmu datang kesini?" tanya Komang tanpa mempersilahkan Ni Luh untuk masuk kerumahnya.
"CK.. Mbok, kita ini saudara, apa harus ada alasan jika aku ingin mengunjungi dirimu?" ucap Ni Luh dengan sedikit sinis. "sebagai saudara, aku mengucapkan Ngembak Geni, Rahayu, semoga kita selalu bahagia." ucap Ni Luh, dengan penuh pencitraan.
"Oh-ya.. Aku bahkan lupa jika kita adalah saudara." kata Komang tak kalah ketus.
"Sombong sekali kau Mbok! Jika bukan karena garis keturunan kita, aku sudah tidak Sudi datang kemari." sahut Ni Luh sedikit tersinggung.
Keluarga Ni Luh memang golongan orang berada, maka dari itu, keluarga Ni Luh selalu memandang sebelah mata pada Komang, bahkan tak menganggap Komang maupun Sweta adalah keluarga mereka.
"Lalu apa tujuanmu datang kesini?"
"Aku hanya memberi kabar pada mu, bahwa aku akan menikah dengan Wisnu, kau harus datang." ucap Ni Luh dengan semangat.
Komang hanya bisa menahan gemuruh di hatinya, rasa sakit itu masih terasa mengingat saat Wisnu yang dulu pernah berjanji untuk menikahinya namun kini mengkhianati dirinya hanya karena ia tak mau saat Wisnu mengajak berhubungan intim diluar nikah hingga akhirnya Wisnu berselingkuh dan menghamili Ni Luh.
Sebenarnya Wisnu memilih Ni Luh juga karena Ni Luh adalah anak orang berada di banding Komang, namun dalam hatinya ia mengakui bahwa Komang lebih cantik dari Ni Luh.
"Baguslah." ucap Komang mencoba menguatkan hatinya.
"Baguslah? Kau bilang? Kau tak ingin memberiku selamat?" ucap Ni Luh yang seakan tak puas dengan jawaban Komang. "Saudara macam apa kau ini?" ejek Ni Luh.
"Kau fikir dengan kau menikah dengan Wisnu kau bisa menjadi wanita terhormat? Kau tak lebih dari wanita penggoda, kau hanyalah jal*aang..!" teriak Komang penuh amarah.
"Jaga ucapanmu, kau yang jal*aang." ucap Ni Luh lalu dengan cepat tangannya menjambak rambut Komang.
Komang yang tidak terima dengan perlakuan Ni Luh langsung melepaskan tangan Ni Luh dari rambutnya dan menampar keras pipi Ni Luh hingga Ni Luh berteriak kesakitan.
Tiba-tiba tanpa diduga Wisnu datang membantu Ni Luh yang sekarang sudah menangis kesakitan, "Kau tidak apa-apa sayang?" ucapnya sambil memeluk Ni Luh. Melihat itu Komang semakin terbakar hatinya.
"Dia menamparku, sakit sekali sayang, hikk...., padahal aku hanya memberi kabar pernikahan kita." ucap Ni Luh sambil menangis.
"Kau..! Mengapa kau menyakiti Ni Luh? Dia sedang mengandung anakku!" bentak Wisnu pada Komang.
"Kau pun sama! Kau pria dangkal, baji*gan!!" teriak Komang pada Wisnu.
"Apa kau bilang!" Wisnu begitu panas hatinya ketika kata-kata kasar itu keluar dari mulut Komang, hingga membuat ia mengangkat tangannya hendak menampar Komang.
Tanpa disadari tangan Wisnu yang sudah siap mendarat pada pipi Komang itu tertahan oleh cengkraman seseorang. Rupanya Edgar sedari tadi memperhatikan Komang saat berseteru dengan Ni Luh, namun ketika ia melihat Komang yang hendak disakiti ia pun bertindak.
"Hey bung, apa yang kau lakukan ini sungguh memalukan, pengecut!" gertak Edgar, cengkraman yang sangat kuat membuat Wisnu sedikit meringis, terlebih tubuh Edgar yang memang tinggi besar sangat kontras dengan tubuh Wisnu yang sedikit kurus itu.
Edgar menghempaskan tangan Wisnu hingga membuat Wisnu hampir terjerembab. "Siapa kau berani ikut campur?" tanya Wisnu sambil meringis menahan sakit ditangannya.
"Hey mbok, siapa dia? Atau jangan-jangan, karena kehabisan uang kau menjual diri pada bule itu? Cihh..." ucap Ni Luh begitu merendahkan Komang.
"Jaga ucapanmu, dia adalah...."
"Aku kekasihnya, dan kami kan menikah." ucap Edgar yang langsung memotong ucapan Komang, bahkan dia langsung memeluk Komang dari belakang.
Sungguh Komang terkejut dengan ucapan Edgar, ia tak bisa berbuat apa-apa, pikirannya bingung, yang bisa ia lakukan hanya pasrah saat Edgar memeluknya.
"Wah, serius? Aku terkejut ada orang yang mau menikahi wanita miskin seperti dia." sekali lagi Ni Luh melontarkan kata-kata yang merendahkan Komang.
"Komang, kau tak bisa menikah dengannya, aku tahu cintamu hanya untukku." ucap Wisnu.
"Apa maksudmu?" sahut Ni Luh yang tiba-tiba kesal dengan ucapan Wisnu.
"Maksudku, Komang tak akan bahagia karena melihat kita bahagia, sayang." Wisnu mencoba meralat ucapannya, dan memeluk Ni Luh.
"Kenapa tidak? Apa kau pikir hanya kalian yang akan bahagia?" ucap Komang lalu tanpa di duga Komang mencium pipi Edgar hingga membuat Edgar terkejut, namun ia hanya diam saja.
"Menjijikkan!" ucap Ni Luh.
Mendengar itu Komang tertawa mengejek. "Tidak salahkah? Kau mengucapkan itu kepadaku? Seharusnya kata-kata itu lebih pantas untuk dirimu, wanita yang telah hamil dengan kekasih orang, cih.. Menjijikan!" ucap Komang dengan penuh kemenangan.
"Kau....!!!" Ni Luh benar-benar kehabisan kata-kata. Wajahnya memerah mendengar ucapan Komang.
"Sudahlah, lebih baik kita pergi dari sini, kau harus jaga kesehatanmu, sayang." ucap Wisnu kemudian lalu membawa Ni Luh pergi dari hadapan Komang dan Edgar.
Sungguh Komang merasa sakit hati dengan perlakuan Wisnu dan Ni Luh, hatinya benar-benar marah dan sakit, hingga ia tak bisa menahan air mata yang kemudian jebol tak terbendung mengalir deras di pipinya.
"Komang?" panggil Edgar, ia menyadari tubuh Komang bergetar terguncang.
Tanpa sepatah kata Komang pergi dan masuk kedalam rumahnya meninggalkan Edgar yang masih berada di beranda rumahnya itu.
Bersambung.....