Wanita Pendamping Tuan Edgar
🍃🍃🍃🍃
Elingang nenten wenten sane langgeng ring jagate, taler pikewuh sane wenten ring sajeroning kahuripan iraga. (Ingatlah bahwa tak ada yang abadi di dunia ini, termasuk masalah yang ada dalam hidup kita).
Kata-kata nasihat itu selalu terngiang oleh Ni Komang Ratri, wanita cantik dan periang yang akrab disapa Komang, kata-kata motivasi yang selalu sang biang(ibu) katakan saat dulu ia merasa putus asa menghadapi segala masalah.
Dulu kata-kata itu selalu membuat Komang kembali bersemangat karena sang biang mengatakan sambil memeluknya penuh kasih sayang, namun semua itu kini hanya tinggal kenangan, karena sang biang telah tiada.
Semua orang yang ia sayangi telah tiada, kedua orang tuanya dan kedua kakak laki-laki nya telah meninggal dalam kecelakaan mobil sepuluh tahun yang Lalu, hanya Komang dan adiknya yang paling kecil yaitu Ni Ketut Sweta yang selamat.
Sejak saat itulah Komang membiasakan diri menghadapi segala persoalan hidup sendiri, ia harus bisa menjadi kuat, ia harus bisa mengayomi Sweta, karena hanya ia satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Sweta.
Memang tidak mudah bagi Komang menjalani semuanya selama sepuluh tahun ini, semenjak ia berusia lima belas tahun, hingga kini ia berusia dua puluh lima tahun.
Kata-kata nasihat biang memang seakan menjadi sihir dalam pikiran Komang, kata-kata nasihat itu yang selama ini membuat Komang berani melewati segala persoalan, dan membuat Komang berani mengambil sebuah keputusan.
Dengan tekad yang kuat Komang menyulap tempat tinggal peninggalan orang tuanya menjadi sebuah Home-stay Canggu Asri, sebuah penginapan agar ia dan Sweta bisa bertahan hidup.
Letak tempat tinggal Komang yang begitu tenang dengan pemandangan indah dan dekat dengan pantai Canggu yang terkenal dengan pecahan ombaknya yang menantang, surga bagi para peselancar itu memiliki cakrawala yang indah dengan pemandangan laut serta matahari terbenam.
Sungguh itu sebuah peluang bagi Komang untuk membuat sebuah Home-stay dan itu memang benar-benar menjadi peluang bisnis yang sangat menguntungkan bagi Komang pada awalnya.
Namun setahun belakangan ini bisnis yang Komang jalani itu selalu menurun, banyaknya persaingan, seperti hotel-hotel, dan penginapan lain yang jauh lebih ber inovatif mampu membuat Homestay yang Komang dirikan bertahun-tahun nyaris tenggelam dan bangkrut.
Hanya di hari-hari libur Komang kedatangan tamu, itupun karena penginapan dan hotel-hotel disekitarnya telah penuh oleh pengunjung hingga tak memungkinkan untuk menerima tamu lagi.
Namun tiga bulan belakangan ini, homestay Komang benar-benar sepi oleh pengunjung, padahal homestay itu adalah satu-satunya penghasilan Komang, hingga Komang terpaksa harus berhutang demi bertahan hidup.
Komang masih termenung sambil menatap amplop coklat yang diantar oleh para penagih hutang dua hari yang lalu, ia sungguh tak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini, pikirannya sudah buntu, sudah tiga bulan ini ia mendapatkan amplop yang sama, namun kali ini isinya sungguh berbeda.
Jika bulan-bulan sebelumnya ia hanya mendapat surat peringatan, namun kali ini isinya lebih mengerikan, jika dalam dua Minggu ini ia tak bisa membayar cicilan hutangnya, maka dengan terpaksa homestay yang juga tempat tinggal Komang itu akan di sita oleh lembaga pengawas bangunan.
Entahlah kali ini kata-kata bijak biang seakan tak mampu membuat pikirannya menjadi tenang, bagaimana caranya ia bisa mendapatkan cukup uang untuk membayar hutang-hutangnya, sedangkan untuk makan sehari-hari saja ia harus berhemat.
"Ate(panggilan untuk kakak perempuan dalam bahasa Bali)" Komang terkejut dan tersadar dalam lamunannya. "Kau sedang melamun?" Sweta tiba-tiba sudah berada di ruang tamu.
Komang nampak kikuk, amplop coklat langsung Komang sembunyikan dibalik bantal kursi, ia tak ingin Sweta mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, apa yang menjadi pikirannya saat ini adalah masalahnya, dia tak ingin membawa Sweta dalam persoalan yang cukup pelik ini.
"Apa ada masalah?" sekali lagi Sweta bertanya sambil menghampiri Komang. "Semenjak upacara Malesti(Upacara penyucian yang dilakukan menjelang hari raya Nyepi)tadi kau terlihat murung dan tak bersemangat, jika Ate ada masalah ceritakan padaku," ucap Sweta dengan sungguh-sungguh.
"Tidak ada masalah, Ate hanya rindu pada mereka," ucap Komang sambil menunjuk ke foto keluarga yang tertempel di dinding, Sweta hanya mengedikkan bahu, tak mengerti apa yang kakaknya itu rasakan.
Setiap tahun saat perayaan Nyepi Komang tak pernah semurung ini meski rasa rindu selalu hadir, mungkinkah ada hal yang sengaja Komang sembunyikan dari dirinya, batin Sweta.
Semenjak tragedi kecelakaan yang menewaskan orang tua dan kedua kakaknya sepuluh tahun yang lalu, saat itu Sweta baru berumur tujuh tahun, Sweta begitu trauma dan merasakan kesedihan yang mendalam, hanya Komang yang selalu menjadi penyemangat hidupnya.
Bahkan ia juga merasakan bagaimana dulu mereka berjuang bersama demi bertahan hidup, Komang rela putus sekolah agar ia bisa bekerja di sebuah hotel sebagai tukang cuci piring, agar Sweta tetap bisa bersekolah.
Bagaimana tidak setelah kematian orangtuanya, semua sanak saudara tak ada yang memperdulikan mereka, hingga kakak beradik itu hidupnya terlunta-lunta.
Selama tiga tahun Komang bekerja jadi buruh cuci di hotel, akhirnya ia memiliki tekad untuk mendirikan sebuah homestay, dengan mengambil sebagian tabungannya ia merenovasi tempat tinggalnya itu.
Dengan menambahkan beberapa kamar dan kamar mandi, memperluas dapur serta ruang makan, mempercantik taman depan dengan menambahkan banyak tanaman serta menambahkan beberapa ornamen untuk mempercantik taman itu.
Aliran tamu yang stabil pada beberapa tahun yang lalu melambungkan harapan Komang waktu itu, namun perlahan-lahan, aliran tamu mulai surut setahun belakangan ini dan Komang terlambat menyadari selera masyarakat dan tourist-tourist itu kini telah berubah.
Kebanyakan dari mereka memilih hotel murah yang mereka dapat dari pemesanan online sebelumnya, dan juga pub yang menyediakan ber botol-botol minuman alkohol dan itu sungguh jauh dari pemikiran Komang, ia tak mungkin menyediakan hal itu di Homestay nya, karena ia ingin menciptakan lingkungan yang sehat di penginapan nya.
Bisnis penginapan Komang memang jauh dari peradaban sehingga tak menarik para pengunjung namun Komang masih berharap mendapatkan tamu dari para pelancong yang kebetulan melintas ataupun para tourist yang kebetulan berjalan kaki.
Tapi sebagian besar dari mereka memilih pulang di penghujung hari ataupun tidur di tenda, resesi yang terjadi baru-baru ini menyebabkan pemesanan kamar sangat langka.
Sekali lagi Komang menahan gemuruh di dadanya yang tiba-tiba sesak, ia ingin sekali mencurahkan segala keluh kesahnya pada Sweta, karena bagaimanapun, mau dia sembunyikan sampai kapanpun, semua persoalan ini pasti akan diketahui oleh Sweta.
Namun Komang tak tahu harus bagaimana cara menyampaikannya pada sang adik dan harus ia mulai dari mana, hingga setitik air itu akhirnya jatuh ke pipi mulus Komang, tak ingin Sweta mengetahuinya akhirnya Komang pun dengan cepat mengusapnya.
Sesungguhnya ia hanya belum siap mengatakan apapun pada sang adik, ia hanya menunggu waktu dan kesiapan hatinya untuk menyampaikannya pada Sweta, Komang berharap saat Nyepi nanti ia mendapatkan petunjuk jalan dari sang hyang.
❤️❤️❤️
Boleh kasih cinta kalian dengan cara likom yuukkkk🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
🧡🥑⃟🦆͜͡мυмυ𝓐𝔂⃝❥
aku datang lagi kak
dengan akun lain
akun satunya udah nongkrong itu hehe
amanah pasti baca dan likom
cuma per bab selang seling jam iya kaka
semangat🤗
2025-01-04
3
🧡𝐀⃝🥀уαͫηᷰυͫαᷰя⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟
hidup terus berjalan komang
tetap semangat pasti ada jalan untuk semua masalahnya
ga mudah menjalani hidup tanpa orang tua dan saudara
semangat demi hidupmu dan adikmu
semangat ayo💪
2024-12-16
4
𝓐𝔂⃝❥EᷤIᷴNᷫAͥ●⑅⃝ᷟ◌ͩ🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ
sungguh komang kaka yg luar biasa tp alangkah baiknya kalau komang berbagi sama adiknya agar ngak terasa terbebani mana tahu adiknya punya idea yg bisa diguna pakai untuk menyelamatkan penginapannya.
2024-12-19
3