Rey Clifford, tuan muda yang terusir dari keluarganya terpaksa menjadi gelandangan hingga dipungut dan direkrut kedalam pasukan tentara. Siapa sangka bahwa di ketentaraan, nasibnya berubah drastis. dari yang tidak pandai menggunakan senjata, sampai menjadi dewa perang bintang lima termuda di negaranya. setelah peperangan usai, dia kembali dari perbatasan dan di sinilah kisahnya bermula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu lagi dengan Pangeran
...Bab 19...
Bandara internasional Kekaisaran
Suara pemberitahuan telah berkumandang di seluruh kabin pesawat memberitahukan kepada seluruh penumpang bahwa pesawat akan segera mendarat di bandara internasional kota Kekaisaran.
Rey, yang sejak keberangkatan memang mengistirahatkan dirinya di dalam pesawat pun membuka matanya.
Ketika pesawat sudah berhenti sepenuhnya, Palka pesawat pun terbuka. Tampak beberapa penumpang satu-persatu berdiri dan keluar secara teratur.
Sebelum turun dari pesawat, Rey memperhatikan keadaan di bandara. Melihat ada puluhan mobil mewah dengan para banyaknya pengawal berjejer membuat barisan, Rey pun merasakan marah didalam hatinya.
"Pangeran, apakah kau mau mencelakai aku dengan mengirimkan pengawal sialan ini?" Pikir Rey dalam hati. Dia jelas mengenali pengawal tersebut dikarenakan dia melihat bahwa pakaian yang dikenakan oleh para pengawal tersebut berlambangkan pengawal khusus kekaisaran. Biasanya, para pengawal ini akan dikerahkan ketika kekaisaran akan menyambut tamu penting kekaisaran, ataupun ketika para pemimpin negara lain melakukan kunjungan diplomatik.
"Tuan, silahkan!" Tegur pramugari cantik mempersilahkan membuat Rey kembali ke alam sadarnya.
Rey pun mengangguk, kemudian menuruni tangga pesawat. Namun, setelah menyelesaikan pemeriksaan, dia segera menyelinap dan memasuki taksi secara acak kemudian memberitahukan arah tujuannya kepada pak sopir.
Beberapa jam kemudian, di istana, pangeran baru saja menyelesaikan pertemuannya dengan kaisar melaporkan bahwa kerja-kerja menghias istana telah diselesaikan. Setelah kaisar puas pengaturan yang dilakukan oleh pangeran, barulah dia undur diri dan kembali ke istana miliknya.
Tanpa sepengetahuan pangeran, saat ini Rey telah berada di istana miliknya. Jangankan pangeran, bahkan para penjaga yang menjaga istananya pun tidak ada yang mengetahui bahwa seseorang telah menerobos masuk ke dalam istana.
Begitu pangeran memasuki ruangan, alangkah terkejutnya dia ketika melihat seorang pemuda sedang duduk sambil mengelus kucing kesayangannya.
Pemuda yang tidak lain adalah Rey itu menatap tajam ke arah pangeran tanpa memperdulikan raut wajah kaget dari pangeran tersebut.
"Rey..," kaget sang pangeran. Namun, Rey tidak membalasnya. Dia menaruh kucing tadi di atas lantai, kemudian berdiri dari duduknya lalu menghampiri pangeran.
"Pengawal yang menunggu ku di bandara. Apakah itu atas perintah Yang Mulia?" Tanya Rey. Matanya benar-benar menatap lurus ke arah mata pangeran.
Pangeran yang tidak tau menahu soal pengawal segera mengernyitkan dahinya. "Apa maksudmu dengan pengawal?"
"Aku hanya bertanya. Ingat pangeran. Identitas ku sangat rahasia. Jika bukan anda yang mengirim pengawal tersebut, berarti ada orang lain yang menginginkan agar identitas ku terbongkar,"
"Sebentar!" Kata pangeran sambil mengeluarkan ponselnya. Kemudian dia pun melakukan panggilan.
"Yang mulia!" Sapa orang di seberang sana.
"Perintahkan kepada dua Dewi kematian untuk menyelidiki siapa yang mengirim pengawal ke bandara!"
"Segera saya laksanakan Tuanku!" Jawab seseorang di seberang sana dengan sangat hormat.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, pangeran segera mengakhiri panggilan. Kemudian dia menjatuhkan pantatnya di atas sofa. Tampak bahwa dia seperti kelelahan.
"Kapan kau sampai?" Tanya pangeran sambil memijit alisnya.
"Baru saja sampai," jawab Rey.
"Bagaimana caramu memasuki istana sedangkan diluar ada ramai penjaga?"
"Pangeran lupa siapa saya?" Tanya Rey menahan senyumnya.
Untuk urusan sepele seperti menghindari perhatian pengawal, itu bukanlah masalah sulit bagi Rey. Jangankan hanya seratusan pengawal, ribuan orang yang menjaga camp tentara musuh dengan mudah dapat dia masuki tanpa menimbulkan keributan. Dia masuk secara senyap-senyap, kemudian keluar setelah membunuh pemimpin musuh, kemudian membakar gudang pangan dan gudang persenjataan pihak lawan. Itu dia lakukan sendirian dan pergi meninggalkan camp musuh tanpa tergores sedikitpun. Apalah artinya pengawal istana pangeran yang hanya tau makan tidur dan jaga. Makan lagi, tidur lagi, lalu berjaga.
"Aku lupa kalau sedang berbicara dengan tukang jagal dari Utara," balas pangeran sambil tersenyum. "Keluarkan rokok tentara mu. Aku pingin sebatang!" Pinta pangeran. Kemudian dia memetik pemantik api, menghidupkan kompor kecil dimana diatasnya terdapat teko tembaga.
Rey mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya, kemudian menyerahkannya kepada Pangeran.
"Hufff..," pangeran menghembuskan asap tebal dari mulut dan lubang hidungnya. Tampak dia sangat menikmati hisapan pertama dari rokok tentara yang terkenal keras tersebut. Dikatakan keras karena tidak ada yang mengetahui berapa jumlah kadar nikotin pada rokok tersebut.
Dari luar terdengar ketukan berirama.
Pangeran tau nada ketukan pada pintu tersebut. Kemudian diapun memerintahkan orang yang berada di luar untuk masuk.
Dua orang gadis ditemani oleh seorang lelaki berotot segera memasuki ruangan. Tiba di depan pangeran, ketiga orang tersebut langsung berlutut. "Salam kepada Pangeran!" Kata ketiga orang tersebut serentak.
"Bangunlah!"
"Terimakasih Yang Mulia!" Jawab mereka. Kemudian ketiga orang tersebut bangkit berdiri. Namun, mendadak bibir mereka pucat ketika melihat seorang pemuda sedang duduk dengan kaki menyilang memperhatikan ke arah mereka sambil mengulum senyum.
"Hormat kami kepada Panglima!" Kata mereka lagi sambil sekali lagi berlutut.
"Heh.., tidak perlu terlalu sungkan!" Ujar Rey.
Bagaimana tidak sungkan? Lelaki berbadan tegap penuh otot tersebut pernah dihajar oleh Falcon sampai babak belur atas perintah dari Rey. Sedangkan salah satu gadis tersebut nyaris saja meregang nyawa karena dicekik oleh Rey karena berani membuntutinya. Tidak sungkan bagaimana, ketika berhadapan dengan orang yang terkadang tidak memiliki perasaan kasihan dan berdarah dingin tersebut? Karenanya, lelaki penuh otot yang dipanggil dengan sebutan Bison tersebut tidak berani berkhianat kepada pangeran. Karena, kalau sampai Rey mengetahuinya, mungkin dirinya akan mati tanpa kubur.
"Bagaimana? Apakah kalian sudah mengerjakan apa yang aku perintahkan?"
"Menjawab, Pangeran. Kami sudah menyelidikinya,"
"Siapa?" Tanya pangeran sembari menyeduh teh.
"Ini..," mereka tampak ragu untuk memberitahukan apa yang mereka ketahui kepada Pangeran.
"Jangan sampai aku tidak mempercayai kalian dan menganggap kalian mengkhianati ku,"
"Tidak demikian, pangeran. Hanya saja, kami ragu seandainya kami katakan, pangeran tidak akan percaya kepada kami," jawab Riska, salah satu dari dua dewi kematian.
"Katakan saja!"
"Ini.., ini adalah atas perintah dari Pangeran Mahkota," jawab nya dengan kepala tertunduk.
Mendengar jawaban itu, Pangeran segera menatap ke arah Rey. Hanya saja, yang ditatap sama sekali tidak menunjukkan reaksi sedikitpun. Seolah-olah itu tidak ada hubungannya dengan dirinya. Sebaliknya, dia menyesap teh didalam cawan giok dan tampak sangat menikmatinya.
"Memang sangat sulit membesarkan dua harimau dalam satu kandang," kata pangeran seolah-olah dia berbicara kepada dirinya sendiri.
"Memang sangat sulit. Terlebih lagi, berbeda tujuan. Yang satu ingin menguasai tahta demi memuaskan ambisinya. Yang satu ingin menguasai tahta demi kemakmuran rakyat,"
"Kekaisaran sedang tidak baik-baik saja. Kaisar tampak baik di luar. Tapi tidak ada yang tau seberapa lama lagi beliau bisa bertahan. Jika bukan karena tabib istana yang sangat hebat, kemungkinan Yang Mulia kaisar telah lama wafat. Sangat disayangkan jika tahta akan dikuasai oleh kakak ku dan antek-anteknya," pangeran mendesah sebelum menenggak habis teh yang ada di dalam cawan miliknya. "Menurut mu, seberapa lama lagi kah kekaisaran ini dapat bertahan?" Tanya Pangeran tiba-tiba kepada Rey.
"Sulit untuk menebak walaupun aku sangat meyakini bahwa tidak ada satupun yang abadi di dunia ini. Hanya saja, ketika dua kekuatan saling berperang memperebutkan kekuasaan, yang lemah lah yang akan menderita. Rakyat akan berada di pihak yang paling dirugikan. Padahal, mereka tidak menginginkan banyak dari negaranya. Mereka hanya ingin hidup aman bersama keluarganya di negara yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Karena itu, mengapa kami para prajurit rela mengorbankan nyawa demi mewujudkan negara yang berdaulat, negara yang mampu memberi rasa aman bagi rakyatnya. Alangkah sia-sia nya pengorbanan para prajurit ketika nyawa yang mereka gadaikan gagal membuat negara ini tetap aman. Kedua putra kaisar memiliki kekuatan masing-masing. Jika perebutan kekuasaan berlaku, perang saudara tidak dapat dihindarkan. Inikah yang kalian inginkan?" Tanya Rey. Matanya mulai memerah menandakan sifat bengisnya mulai keluar.
Pangeran menghela nafasnya. Berulang kali dia mengurut dahinya sekedar membuang rasa pusing akibat permasalahan yang ada. "Kau tau bahwa ada sesuatu yang perlu dikorbankan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar? Terkadang, kita harus membuat pengorbanan untuk sampai pada satu titik dimana semuanya akan menjadi lebih baik. Ketika memancing, kau harus menggunakan ikan kecil untuk mendapatkan ikan yang lebih besar. Aku bisa saja mengalah demi tahta yang sejak awal sudah ditetapkan untuk diwariskan kepada kakak ku. Tapi apa? Apa kau ingin melihat tahta itu diduduki oleh kaisar boneka? Boneka yang bisa digerakkan oleh dalangnya sesuai skenario yang mereka buat? Aku bisa saja menyerah dan mempertahankan kemanan bagi negara tanpa peperangan dengan saudaraku. Tapi kau perlu ingat! Rakyat akan lebih menderita lagi ketika ekonomi negara akan anjok karena salah dalam penanganannya. Pajak naik, harga barang pokok naik. Harga beli meningkat sedangkan harga jual menurun. Orang-orang terkadang tidak sanggup hidup bersakit-sakit walau sesaat. Tapi rela sengsara untuk selamanya. Membeli kemakmuran dengan penderitaan sesaat aku rasa itu sepadan dengan harga yang harus mereka bayar. Itulah pengorbanan!"