WARNING *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA⚠️ ⚠️
Emile adalah seorang mahasiswi yang terpaksa harus menyudahi kuliahnya karena alasan ekonomi dan juga adik kesayangannya yang tengah sakit. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan membiayai pengobatan adiknya yang tak ramah di kantong. Dalam pertemuan yang tak di sengaja dengan bosnya di sebuah bar membuat hidupnya berubah drastis. Ia terjebak dalam sebuah perjanjian kontrak dengan Harry Andreson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mabuk
Setelah selesai, Emile memakai bajunya lagi dan langsung berlari keluar tapi sebelum itu Harry menahannya lagi yang membuat Emile menoleh. Harry menyerahkan sebuah kunci pada emile sementara wanita itu hanya terdiam saja.
"Kau bisa tinggal di apartemen sekarang." Kata Harry
"Maaf saya tidak membutuhkan itu. Permisi." Kata Emile dengan berlalu pergi.
Emile benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi antara marah dan sedih bercampur menjadi satu. Dia masih tidak percaya jika dia yang menandatangani kontrak perjanjian menjadi teman ranjang Harry.
Brukkkkk....
"Ahhh maafkan saya nyonya saya tidak sengaja." Kata Emile dengan membungkuk.
"Tidak masalah lain kali hati-hati." Ucap Elizabeth dengan menatap Emile dengan seksama.
Elizabeth cukup heran kenapa seorang cleaning servis bisa masuk kedalam ruangan anaknya apalagi ketika melihat kancing baju yang terlepas dan tanda merah di dalamnya.
"Mami!!" Seru Harry dengan terkejut ketika melihat siapa yang datang.
"Kau bermain dengan cleaning servis?" Kata Elizabeth dengan tatapan tajamnya.
"Bermain apa? Dia hanya membuatkan aku kopi saja tidak lebih." Kata Harry tanpa menatap ibunya.
"Sekarang mana kopinya?" Tanya Elizabeth yang membuat Harry bingung.
"Tentu saja sudah Habis. Kenapa mami berbicara seperti itu. Harry sedang sibuk tidak bisa di ganggu." Kata Harry yang mendapatkan pukulan tas dari ibunya.
"Dasar bedebah gila!!! Kau pikir mami anak kecil yang mudah kau bohongi begitu." Seru Elizabeth dengan geramnya.
"Akhhhhh mami apa-apaan sih. Hanya bermain sebentar saja." Kata Harry yang membuat Elizabeth melotot tidak percaya.
"Kau!!!! Jika terjadi sesuatu dengan wanita itu mami tidak mau ikut campur lagi. Dan jika benar terjadi mami tidak akan menganggap mu sebagai anak lagi. Warisan yang papi berikan padamu akan mami sumbangkan ke panti asuhan!!" Kata Elizabeth dengan mengancam.
"Yayaya terserah mami saja. Lebih baik mami pulang dan beristirahat. Di usia mami yang sudah tua seperti ini sangat mungkin jika akan mengalami stroke." Kata Harry dengan santainya.
"Kau menyumpahi mamimu terkena stroke??? Dasar pria brengsek gilaaa!!!!" Teriak Elizabeth dengan memukuli Harry yang membuat Harry memohon ampun pada ibunya.
"Kau cepat urus masalahmu dengan Alysha mami tidak mau kau berhubungan lagi dengannya." Kata Elizabeth.
Elizabeth keluar dan berjalan-jalan sebentar melihat suasana kantor. Semua karyawan tentu sudah tahu siapa wanita paruh baya itu, mereka membungkuk setiap kali bertemu dengan Elizabeth.
Tatapan Elizabeth pun terpaku pada Emile yang tengah mengepel lantai. Entah kenapa walaupun baru pertama kali dia bertemu dia merasa ada yang berbeda dari sosok Emile.
"Brian coba kau cari tau identitas wanita itu sedetail detailnya." Kata Elizabeth pada sekretarisnya.
"Yang berdiri di atas tangga itu nyonya?" Tanya Brian yang mendapat pukulan telak dari Elizabeth.
"Bodoh!!! Cleaning servis wanita itu yang berada di samping tangga." Decak Elizabeth dengan kesalnya.
"Ahh itu baiklah nyonya nanti malam semuanya akan beres. Oh iya apakah nyonya jadi melakukan kunjungan ke butik nyonya Riana?" Kata Brian yang di angguki oleh Elizabeth.
"Tentu saja, tapi sebentar Brian ku rasa aku harus turun lagi." Kata Elizabeth ketika melihat seorang wanita cantik dan sexy tengah berdebat dengan security untuk memaksa masuk.
"Apa kau tidak tahu siapa aku hah?" Kata Alysha dengan kesalnya.
"Maaf nona tapi siapapun yang ingin bertemu dengan tuan Harry harus sudah membuat janji lebih dulu. Sekarang saya tanya apakah nona sudah membuat janji dengan tuan Harry?" Tanya security yang tetap pada tugasnya.
"Memangnya siapa kau? Aku tidak perlu membuat janji dulu karena aku adalah calon istrinya jadi minggir sebelum aku laporkan kau pada Harry jika kau tidak becus saat bekerja." Kata Alysha dengan mengancam namun security tetap kekeh tidak membiarkan Alysha masuk.
Karena kesal Alysha pun bermaksud melayangkan tamparan kepada security itu namun sebelum itu terjadi Elizabeth langsung menghentikannya. Melihat kedatangan Elizabeth membuat Alysha gugup bukan main, dia lantas memperbaiki penampilannya dan nada bicarakannya berubah menjadi lebih lembut dari sebelumnya, dia bahkan meminta maaf pada security.
"Ada apa ini?" Tanya Elizabeth
"Ahh Tante disini...apa kabar Tante? Maaf ya Alysha jarang mengunjungi Tante karena Alysha sibuk sekali dengan pemotretan, besok saja Alysha harus terbang ke Amerika." Kata Alysha yang memang ingin mencari muka di depan Elizabeth.
"Benarkah?? Rupanya kau orang yang sangat sibuk ya? Tapi kenapa kau yang sibuk ini berada disini? Ahhh hahaha Tante hanya bercanda saja jangan terlalu tegang." Kata Elizabeth yang di balas dengan tawa kecil Alysha.
"Kau mau menemui Harry bukan? Tapi sayang sekali Harry sedang berada di luar negeri. Dia mengerus perusahaan cabangnya disana." Kata Elizabeth dengan tersenyum.
"Apakah benar Tante? Pantas saja dia tidak mengangkat telepon Ku. Sebenarnya aku kesini ingin memberikan kejutan pada Harry tapi ya sudahlah. Maaf ya Tante Alysha pergi dulu karena masih banyak pekerjaan yang belum Alysha selesaikan." Kata Alysha dengan tersenyum ramah.
"Silahkan." Kata Elizabeth dengan tersenyum manis namun setelah Alysha naik ke mobil senyuman manis itu berubah menjadi senyum sinis.
Sepulang dari kerja Emile langsung menuju ke club. Dia menghabiskan waktunya disana dan tidak ingin memikirkan kesedihannya. Dia menari bersama yang lainnya dengan indahnya. Banyak para pria yang merayunya namun saat ini emile tidak tertarik sama sekali, dia lebih memilih untuk meluapkan segala emosinya lewat menari.
Emile juga sudah meminum cukup banyak bir dan tetap menari dengan senangnya. Dia merasa tidak ada beban hidup sama sekali. Dia jadi berfikir tempat meluapkan emosi terbaik adalah dengan minum seperti ini.
Semakin malam suasananya benar-benar semakin menyenangkan bagi Emile. Para pengunjung pun juga sangat ramai. Dentuman musik dan sorot lampu disko mengiringi mereka. Emile terus menerus meliuk-liuk badannya tanpa menghiraukan sekitarnya.
"Cantik maukah kau menemaniku malam ini?" Kata seorang pria dengan perut buncit pada Emile.
"Tidak aku hanya ingin bermain sendiri jangan ganggu aku." Kata Emile dengan mendorong pelan pria tersebut.
Pukul setengah 2 malam, Emile pulang dengan langkah lunglainya. Ya dia mabuk. Dia berjalan sendirian di tengah malam tanpa ada rasa takut sama sekali.
"Ahhh kenapa sepatu sialan ini sangat tidak enak." Kata Emile dengan melepaskan sepatu hak tingginya dan melemparkannya.
Dia lanjut berjalan dengan setengah kesadarannya. Mungkin ini pencapaian luar biasa seorang Emile karena dia belum pernah minum sama sekali dan sekalinya minum Sampai membuat dia benar-benar mabuk tapi masih tetap berusaha pada kesadarannya untuk kembali pulang.
"Hoekkkk....hoekkkk..." Emile muntah di tengah jalan beberapa kali namun wanita itu masih tetap berjalan dengan langkah sempoyongan khas orang mabuk.
Sebuah mobil berhenti di sampingnya yang membuat Emile langsung menoleh dengan mata menyipit kemudian kembali memuntahkan isi perutnya lagi.
Seorang pria keluar dari mobilnya dan dengan sigap memegangi tubuh Emile yang terhuyung menabrak tubuhnya.
"Dasar wanita bodoh!!!! Sekali tidak kompeten tetap saja tidak kompeten. " Kata sosok tersebut yang ternyata adalah Harry.