Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.
Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.
Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar yang Menggemparkan
Hari itu di Noctis Hall, suasana istana terasa lebih cerah dari biasanya. Arlina duduk di taman kecil di sisi timur istana, menikmati udara pagi yang segar. Namun, senyuman lembut di wajahnya menyiratkan sesuatu yang lebih dari sekadar kebahagiaan biasa. Tangan kanannya perlahan menyentuh perutnya yang masih datar.
Kael datang dengan langkah mantap, mengenakan jubah hitam kebesarannya. Wajahnya yang biasanya tegas tampak melembut saat melihat Arlina.
“Arlina,” panggil Kael, duduk di sampingnya. “Kau terlihat sangat damai pagi ini. Ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?”
Arlina menatap Kael, senyumannya semakin lebar. Ia menggenggam tangan suaminya dengan erat, mencari kekuatan untuk mengucapkan kabar penting itu. “Kael... aku hamil.”
Mata Kael membelalak seketika, wajahnya berubah dari bingung menjadi tak percaya. “Apa?”
“Aku hamil,” ulang Arlina dengan nada lebih lembut. “Kita akan punya anak, Kael.”
Untuk pertama kalinya, Kael kehilangan kata-kata. Ia hanya menatap Arlina, lalu tiba-tiba menariknya ke dalam pelukan erat. “Arlina... ini luar biasa. Kau yakin?”
Arlina mengangguk sambil tertawa kecil. “Ya, aku sudah memeriksanya dengan Lyra. Kau akan menjadi seorang ayah.”
Kael melepaskan pelukannya, kedua tangannya memegang wajah Arlina. “Aku akan melindungi kalian berdua, apa pun yang terjadi.”
Namun, kebahagiaan mereka segera terganggu. Berita tentang kehamilan Arlina ternyata menyebar dengan cepat, bahkan sampai ke Negeri Cahaya, Solaria. Seorang pelayan setia istana Noctis, yang diam-diam bekerja untuk Solaria, membawa kabar itu ke raja mereka.
Di istana Solaria, Raja Alden memandang surat yang baru diterimanya dengan tatapan serius. Di depannya, salah satu penasihat kerajaan, Lord Veyron, tampak gelisah.
“Raja Alden, ini adalah kabar besar,” ujar Lord Veyron. “Arlina, putri negeri kita, kini mengandung anak dari Raja Umbrahlis. Ini bisa menjadi ancaman bagi keamanan kita.”
Raja Alden mengangguk perlahan. “Aku tahu. Jika anak itu lahir, akan ada garis keturunan yang menghubungkan dua kerajaan kita. Tapi bagaimana kita tahu itu bukan bagian dari rencana Kael untuk menyusup lebih jauh ke dalam negeri kita?”
“Apakah kita harus memanggil Arlina kembali?” tanya Lord Veyron.
“Tidak sekarang,” jawab Raja Alden, matanya menyipit. “Kita harus mengawasi dengan lebih hati-hati. Jika anak itu lahir, mungkin kita bisa menggunakannya sebagai alat tawar untuk menjaga perdamaian... atau kekuasaan.”
Sementara itu, di suatu tempat terpencil di Umbrahlis, Seraphine duduk di singgasana gelapnya. Seorang mata-mata membungkuk rendah di depannya, melaporkan berita yang sama.
“Arlina hamil, Lady Seraphine,” ujar mata-mata itu. “Anak itu akan menjadi pewaris gabungan dari dua kerajaan.”
Seraphine tertawa kecil, tetapi tawanya penuh dengan nada sinis. “Jadi Arlina telah berhasil memikat Kael lebih jauh, dan sekarang dia membawa pewaris mereka?”
Mata-mata itu mengangguk. “Benar, Yang Mulia. Apa rencana Anda?”
Seraphine bangkit, mantel hitamnya menyapu lantai. “Anak itu tidak boleh lahir. Jika darah dari Solaria dan Umbrahlis bersatu, itu akan menciptakan ancaman yang tidak bisa kita kendalikan. Kael mungkin tidak sadar, tetapi cinta dan kelembutannya adalah kelemahannya.”
Seraphine berjalan menuju jendela besar yang menghadap ke hutan gelap. Matanya bersinar penuh ambisi. “Siapkan rencana. Kita akan memastikan bayi itu tidak pernah melihat dunia.”
Di Noctis Hall, Kael sudah memerintahkan penjagaan ketat di sekitar Arlina. Ia tahu berita tentang kehamilan istrinya akan menarik perhatian dari semua pihak, baik yang ingin mendukung maupun menghancurkan.
“Eryx,” panggil Kael kepada pengawal setianya.
“Ya, Yang Mulia?” Eryx maju dengan hormat.
“Pastikan tidak ada seorang pun yang mencurigakan mendekati Arlina. Gandakan penjagaan di sekitar kamar dan taman pribadinya. Aku tidak akan mengambil risiko.”
Eryx mengangguk dengan serius. “Saya akan memastikan keamanan Ratu Arlina, Baginda.”
Saat malam tiba, Kael masuk ke kamar Arlina. Ia menemukan istrinya duduk di dekat jendela, menatap bulan yang bersinar lembut di langit malam.
“Kael,” panggil Arlina, menyadari kehadiran suaminya.
Kael mendekat dan duduk di sampingnya. “Apa yang kau pikirkan?”
Arlina menghela napas pelan. “Aku hanya khawatir. Jika kabar ini sampai ke Seraphine atau bahkan Solaria, aku tidak tahu apa yang akan terjadi.”
Kael menggenggam tangan Arlina, memberikan kehangatan dan rasa aman. “Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu atau anak kita. Kau adalah segalanya bagiku.”
Arlina tersenyum tipis, tetapi matanya masih menyiratkan kecemasan. “Kael, janji padaku. Apa pun yang terjadi, lindungi anak kita. Jangan biarkan siapa pun mengambilnya dariku.”
Kael memandang Arlina dengan penuh kesungguhan. “Aku berjanji, Arlina. Aku akan melindungi kalian dengan seluruh kekuatanku.”
Malam itu, meski ancaman terasa semakin nyata, Kael dan Arlina berpegangan erat pada harapan mereka. Bayi yang dikandung Arlina adalah lambang cinta mereka, sebuah keajaiban yang akan mengubah masa depan dua kerajaan. Dan mereka bersumpah untuk mempertahankannya, apa pun risikonya.
Kael berdiri di balkon istananya, menatap hamparan gelap Umbrahlis yang diterangi oleh cahaya bulan. Pikirannya penuh dengan strategi dan antisipasi. Kehamilan Arlina bukan hanya kabar baik bagi mereka, tetapi juga potensi ancaman dari pihak yang ingin memanfaatkan situasi.
Langkah kaki ringan terdengar dari belakang. Arlina mendekat, mengenakan jubah tipis berwarna putih yang kontras dengan kegelapan di sekitarnya. "Apa yang kau pikirkan, Kael?" tanyanya lembut, menyentuh lengan suaminya.
Kael menoleh, memandangi wajahnya yang bersinar dalam cahaya rembulan. "Aku sedang memikirkan bagaimana menjaga kalian berdua. Anak kita adalah hadiah, tetapi juga tanggung jawab besar. Dunia di luar sana tidak akan diam."
Arlina tersenyum tipis, meski matanya menunjukkan kekhawatiran. "Aku tahu, Kael. Tapi aku percaya padamu. Kau adalah pelindung terbaik yang bisa dimiliki olehku dan anak ini."
Kael menghela napas panjang. "Aku hanya berharap keputusan yang kuambil selalu tepat. Kita harus bersiap menghadapi apa pun, termasuk dari orang-orang terdekat."
Saat mereka berbicara, seekor burung gagak besar hinggap di pagar balkon, membawa secarik kertas kecil yang terikat di kakinya. Kael mengambilnya dengan hati-hati, membaca tulisan singkat yang tertera di sana.
"Mereka sudah tahu. Bersiaplah."
Wajah Kael berubah tegang. Ia menggenggam surat itu dengan kuat, lalu menoleh ke Arlina. "Seraphine sudah mulai bergerak. Kita harus meningkatkan keamanan, bahkan lebih dari sebelumnya."
Arlina menggigit bibirnya, mencoba menyembunyikan ketakutannya. "Apa yang bisa kulakukan untuk membantu, Kael? Aku tidak ingin hanya duduk diam sementara ancaman mengintai."
Kael menggeleng lembut. "Tugaskan dirimu untuk beristirahat dan menjaga kesehatan. Itu cukup. Percayalah, aku akan menangani semua ini."
Arlina mengangguk perlahan, meskipun di dalam hatinya, ia merasa bahwa badai besar sedang menanti mereka.
Kael menarik Arlina ke dalam pelukannya, memegangnya erat seolah ingin melindunginya dari segala mara bahaya. "Kau adalah pusat dari segalanya sekarang, Arlina. Dirimu dan anak kita adalah alasan aku akan berjuang tanpa batas," bisiknya.
Arlina membalas pelukannya, mencoba menenangkan dirinya meski bayang-bayang ancaman Seraphine semakin nyata. "Aku percaya padamu, Kael. Bersama, kita akan melewati ini."