"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh Belas
Setelah bicara dengan Mira, Karina langsung menuju kantor. Saat di tawari pergi bareng, Mira menolak, takut ada yang melihat mereka bersama. Dia takut ada yang mengadu pada Pak Mario dan dia akhirnya di pecat. Karina juga tak mau memaksa.
Sampai di kantor suaminya. Karina langsung menuju ke ruang kerja sang suami. Tak ada lagi yang bertanya mengenai keberadaannya. Tanpa mengetuk, dia masuk. Mario yang sedang melamun terkejut melihat kedatangan istrinya. Sedangkan Aluna yang sedang bermain langsung bersorak melihat kehadiran bundanya.
Aluna berlari mendekati Karina dan memeluknya. Karina hanya membalas dengan senyuman.
"Bisa kamu minta karyawan'mu menjaga Aluna. Seperti yang aku katakan, aku ingin bicara!" seru Karina. Mario tampak menatap istrinya dengan tatapan heran karena cara bicara sang istri yang terlihat sangat berbeda. Tak ada kata Mas lagi yang dia sebut.
"Baik, Sayang."
Mario lalu mendekati Aluna. Bukan mudah meyakini bocah itu untuk mau keluar. Dia tetap ingin dekat Karina.
"Bunda, nanti kalau pulang sama Nuna, ya?" tanya Aluna dengan wajah polosnya.
Karina tak mau memandangi wajah Aluna. Takut hatinya luluh melihat wajah tak berdosa bocah itu. Dia tak mengindahkan pertanyaan Nuna. Hanya Mario yang menjawab.
"Ya, Sayang. Sekarang Nuna main dengan Tante Ani. Bunda dan Papi ada yang harus diomongkan. Hanya sebentar."
"Papi janji ...?" tanya bocah itu lagi. Mario mengangguk tanda setuju.
"Bunda, Nuna main dulu dengan Tante Ani. Bunda janji ya, jangan tinggalin Nuna," ucap Aluna lagi.
Pertahanan Karina bobol. Air mata jatuh dari kedua matanya membasahi pipi. Namun, dia cepat menghapusnya. Tetap tak menjawab pertanyaan Aluna. Mario lalu mengajak putrinya keluar ruangan dan memanggil Ani untuk menemani putrinya bermain.
Setelah itu Mario kembali masuk. Dia mendekati istrinya dan ingin memeluknya. Namun, Karina menepis dan menghindar. Wanita itu tampak sudah sangat lelah dengan semuanya.
"Aku ingin bicara jadi duduklah," ucap Karina. Tanpa bantahan, Mario duduk. Dia tampak gugup menghadapi istrinya seperti saat ini.
"Sayang, aku akan jelaskan semuanya. Kamu mau tau tentang apa? Ibunya Aluna? Aku akan mengatakan semuanya," ucap Mario.
Tak pernah dia menyangka jika hari ini akan tiba juga. Dia terlalu terlena dengan kebohongannya. Terbuai dengan semuanya hingga lupa jika suatu saat semua pasti akan terbongkar juga.
"Aku tak butuh pengakuanmu lagi. Aku sudah tau semuanya walau kau menutupinya!" ucap Karina dengan penuh penekanan.
Hati Karina terasa tertusuk belati, sakit yang tak terhingga menghantui setiap detiknya. Lima tahun cinta, lima tahun kepercayaan, kini terkuak sebagai kebohongan yang mengerikan.
Setiap kenangan bersama Mario kini terasa pahit. Senyumnya, kata-katanya, dan pelukannya, semuanya hanya sandiwara.
Karina merasa terjebak dalam kegelapan, tidak tahu arah, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hati yang pernah penuh cinta kini kosong dan rusak.
"Karin, apa pun yang kamu dengar itu tak benar. Aku sangat mencintaimu, dan hanya ada kamu di hati ini," ucap Mario.
"Jangan pernah katakan cinta lagi. Aku muak mendengarnya. Jika kamu mencintaiku tak akan ada pengkhianat!"
"Aku khilaf, aku minta maaf Karin."
"Khilaf ...? Sekali melakukan kesalahan bisa dikatakan khilaf. Tapi jika telah berulang kali itu bukan khilaf, tapi doyan!" seru Karina. Rasanya muak mendengar ucapan suaminya. Ingin rasanya menampar wajah pria itu, tapi dia tak mau mengotori tangannya.
Karina merasakan dadanya kembali sesak. Air mata kembali ingin turun membasahi pipinya. Dia berusaha agar tak menangis di depan suaminya. Mario yang memandangi istrinya dengan mata yang berkaca. Dia tak bisa bayangkan betapa hancur dan sakitnya hati wanita yang dia cintai itu.
Mario merasa terhimpit oleh penyesalan yang mendalam. Melihat Karina terluka oleh kebohongannya, membuat hatinya terasa terbelah.
Dia tidak pernah bermaksud menyakiti cinta sejatinya. Kini, dia menyadari bahwa kebohongannya telah menghancurkan kepercayaan dan cinta Karina.
Mario merasa ingin kembali ke masa lalu, mengoreksi kesalahannya, dan memperbaiki hubungan yang kini terlanjur retak.
"Aku masih bertahan karena ada Aluna. Jika di antara kami tak ada pengikat, aku mungkin telah lama mengakhirnya, Karin. Kamu pasti tau, jika aku tak pernah sekalipun mengabaikan kamu. Karena bagiku hanya kamu satu-satunya wanita dalam hidupku," ucap Mario.
"Dulu mungkin aku percaya dengan ucapanmu kalau aku adalah satu-satunya wanita dalam hidupmu, tapi sekarang bagiku itu hanyalah omong kosong. Aku bukan satu-satunya tapi salah satunya!" kata Karina dengan penuh penekanan di setiap kata yang terucap.
"Karina, aku tak bohong. Sekarang saja Zoya sudah pergi karena aku tak mau menikahinya secara resmi. Dia ingin aku meminta izin padamu, tapi aku tak mau karena bagiku hanya kamu satu-satunya istri sah ku," ucap Mario berusaha membujuk Karina.
"Jika memang kamu ingin aku jadi satu-satunya, kenapa kamu hadirkan wanita lain dalam hidup kita hingga ada buah hati. Padahal kamu tau kalau aku juga menginginkan itu tapi Tuhan yang belum berikan. Kamu juga tau kalau aku tak mandul. Aku tak ada masalah dengan kandunganku."
Karina berucap dengan nada cukup tinggi. Hatinya sakit mengingat perselingkuhan suaminya yang telah berjalan lima tahun.
"Aku akui terbuai sesaat dengan perselingkuhan itu. Saat aku ingin mengakhiri Zoya mengatakan jika dia sedang hamil. Aku tak bisa mengabaikan darah dagingku. Dia tak bersalah," balas Mario dengan suara pelan.
"Kalau ada penghargaan untuk orang paling jahat dan bajingan itu akan aku berikan padamu. Jika saja kau jujur dari awal, mungkin rasa sakitnya tak separah saat ini. Aku tak akan menghalangi kamu. Aku akan memberikan restuku."
Karina menghentikan ucapannya. Menarik napas dalam. Dia ingin meredakan emosi yang mulai memuncak. Mario hanya menunduk, tak berani menatap wajah istrinya itu.
"Kau bukan saja membuat aku merasa bodoh karena telah kamu bohongi selama lima tahun ini, tapi kamu juga telah membuat aku malu di depan seluruh karyawan. Pasti mereka saat ini sedang mengasihani aku karena telah kamu bohongi. Di mana aku ini hanyalah istri yang tak pernah kamu akui. Yang mereka tau, Zoya lah istri kamu. Aku ini hanyalah mantan istrimu ...."
Kembali Karina menghentikan ucapannya. Hatinya hancur berkeping membayangkan semuanya.
"Sekarang aku kabulkan keinginan kamu dan Zoya. Kita berpisah dan jatuhkan talak untukku saat ini juga!" seru Karina dengan penuh penekanan.
Dan semoga dgn kabar ini kan mempererat hubungan Karina dan Mario.
laaah lalu anak siapa ayah biologis dari Aluna. Berarti Mario korban dari Zoya