S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. MB 12
...~•Happy Reading•~...
Pak Bernad yang sudah mengerti maksud istrinya, langsung mengalihkan topik pembicaraan. "Makan makanan lezat begini, gak terasa sudah terlalu banyak yang dimakan. Bikin ngantuk dan jadi malas balik ke hotel." Pak Bernad menyandarkan punggungnya, setelah makan.
"Nanti Andre antar, Pak. Gak usah tunggu restoran dan cafe tutup. Biarkan pegawai yang tutup." Pak Bernad mengangguk. Kemudian Andreas berdiri untuk ambil kunci mobil di ruang kerjanya.
"Ophel, apa setiap hari seperti ini?" Tanya Bu Marnise kepada Ophelia, saat mereka sendiri dan melihat pengunjung sudah mulai meninggalkan cafe.
"Tidak setiap hari, Bu. Hanya kalau cuaca baik, tidak hujan atau angin kencang. Banyak wisatawan datang menikmati sunset atau bersantai dan makan di sini." Ophelia menjelaskan.
"Oh, iya... Ophel tinggal jauh dari sini?" Pertanyaan Pak Bernad membuat Ophelia terkejut.
"Gak terlalu jauh, Pak..." Ophelia belum selesai jelaskan, Andreas sudah kembali menemui mereka dengan wajah serius.
"Pah, Mah, Ophel harus kembali ke Jakarta. Tadi pengacara Danny telpon, bilang penyidik mau datang ke TKP untuk menyelidiki. Kasusnya sudah ditindak lanjuti." Andreas kembali duduk lalu berbicara serius dengan orang tuanya dan Ophelia.
"Mas Andre bilang bisa diwakili Pak Danny, kan?" Ophelia agak berat meninggalkan Jimbaran, sebab cafe dan restoran sedang ramai dikunjungi wisatawan.
"Kalau yang ini, tidak bisa diwakilkan ke Pak Danny. TKP nya di rumahmu, jadi mereka mungkin akan masuk ke tempat private." Andreas menjelaskan, yang dikatakan pengacara Danny.
"Ada tempat-tempat dalam rumah yang tidak bisa ditunjukan oleh Bibi. Jadi lebih baik kau sendiri yang ikut dampingi Pak Danny dan penyidik polisi." Andreas berbicara, tapi memberikan isyarat kepada Papahnya, minta dukungan, sebab dia belum berencana untuk kembali ke Jakarta.
"Kejadiannya sudah lama berlalu, mungkin polisi mau memastikan saja. Tidak apa-apa Ophel. Kami ada di sini, jadi nanti Andre bicara dengan pengacara Danny, biar diatur waktunya. Supaya Ophel bisa cepat kembali ke sini." Pak Bernad berpikir cepat untuk memberikan solusi yang baik.
"Maksudnya, Papah, Mamah dan Yulia tinggal di sini selama kami ke Jakarta?" Andreas bertanya dengan hati bersyukur untuk memastikan. Sebab dia berpikir, akan meminta kedua orang tuanya atau Yuliane yang akan kembali ke Jakarta untuk menemani Ophelia.
"Bagaimana, Mah. Masih bisa tinggal di sini?" Pak Bernad meminta persetujuan Bu Marhise atas usulannya.
"Iya. Mamah setuju. Toh, kita rencana berlibur 2 atau 3 hari di sini. Gak ada salahnya, sekalian mengawasi restoran dan cafe selama mereka gak ada." Bu Marnise setuju.
"Yulia setuju. Tadi datang belum sempat jalan-jalan." Yuliane ikut mendukung, sebab dia tidak mengerti hukum, jadi tidak bisa dampingi Ophelia.
Mendengar usulan Pak Bernad dan disetujui oleh Bu Marnise dan Yuliane, Ophelia memegang lengan Andreas. "Maaf, Bu, Pak. Kami permisi sebentar." Ophelia segera menarik tangan Andreas untuk berdiri dan menjauh dari keluarganya.
"Mas, kalau keluarga Mas Andre masih tinggal di sini, gimana kalau mereka tinggal di villa saja?" Usul Ophelia pelan, berharap disetujui.
"Kau yakin?" Andreas terkejut dengan usulan Ophelia, karena Ophelia tidak akan bersama-sama dengan keluarganya.
"Itu kalau orang tua Mas Andre bisa tinggal di villa seperti itu. Aku belum sempat rapiin." Bisik Ophelia lagi.
"Baik. Mari kita bicarakan. Mungkin orang tuaku mau tinggal." Andreas menyetujui usulan Ophelia, lalu mengajaknya kembali menemui orang tua dan adiknya.
"Maaf, Mah, Pah. Tadi ada sedikit yang perlu dibicarakan, karena usulan Papah itu. Ophel juga ada usul, bagaimana kalau Mamah, Papah dan Yulia tinggal di tempatnya. Kalau dia ke Jakarta, rumahnya, kosong." Andreas menyampaikan usulan Ophelia.
Bu Marnise dan Pak Bernad saling pandang dengan hati lega, sebab mereka terkejut melihat Ophelia tiba-tiba mengajak Andreas berdiri menjauh. Mereka berpikir, ada sesuatu yang mau dibicarakan Ophelia dan tidak mau didengar oleh mereka.
"Oh, Ophel punya rumah di sini? Baik. Makasih. Dari sini, kita ke hotel, lalu ke tempat Ophel. Supaya kalian bisa atur penerbangan." Bu Marnise menyambut baik dan bersemangat mengetahui Ophelia sudah punya rumah di Jimbaran.
"Kalau begitu, tunggu sebentar. Andre mau ambil tas. Biar sekalian jalan." Andreas segera berdiri menuju ruang kerja, yang juga tempat tinggalnya.
...~°°°~...
Beberapa waktu kemudian, mereka tiba di depan villa Ophelia. Kedua orang tua dan adik Andreas terkejut mengetahui Ophelia tinggal di villa tersembunyi dan sepi. Sebab jarak villa yang satu dan lainnya berjauhan.
Ophelia segera turun untuk membuka pagar, agar Andreas bisa memasukan mobilnya. Pak Bernad, Bu Marnise dan Yuliane juga ikut turun untuk melihat sekitar villa Ophelia yang gelap dan sunyi. Hanya ada cahaya lampu jalanan dan villa di kejauhan.
"Ophel tinggal di sini sendiri?" Tanya Bu Marnise setelah masuk ke dalam villa lalu melihat Andreas dengan wajah serius, menyelidiki.
Sontak Andreas mendekati Mamahnya sebelum Ophelia menjawab. "Mah, kami masih takut Tuhan. Gak usah khawatir." Andreas memeluk Mamahnya, sambil berbisik. Sebab mengerti arti pertanyaan dan tatapan Mamahnya.
"Iya, Ndre. Namanya anak muda yang sedang jatuh cinta. Maafin, Mamah. Mamah percaya padamu." Bu Marnise memeluk Andreas dengan erat dan sayang sambil mengusap punggungnya.
"Iya, Bu. Ini tempat persembunyian, saat pergi dari rumah. Yang punya villa ini, orang luar dan mau kembali ke negaranya. Saya langsung beli karna putuskan tinggal dan usaha di Jimbaran." Ophelia menjelaskan, agar tidak salah paham.
"Tapi sebelum perbaiki belakang untuk tempat kerja, bertemu dengan Mas Andre...." Ophelia menceritakan pertemuannya dengan Andreas dengan wajah memerah.
"Ya, ini bisa jadi investasi juga. Good." Pak Bernad setuju dengan keputusan Ophelia. Namun Andreas melihat Ophelia dengan serius, sebab dia baru tahu kalau villa itu milik Ophelia, bukan disewa.
"Sebenarnya, ada kamar di atas, tapi belum dirapikan dan belum tahu kondisi AC nya. Jadi sekarang hanya bisa pakai kamar yang di bawa ini." Ophelia menjelaskan sambil melihat Andreas dan meminta maaf. Dia mengira, Andreas menatap dia dengan wajah terkejut, karena menyadari kondisi kamar yang kurang untuk keluarganya.
"Tenang saja. Aku bisa tidur di sofa." Andreas mengerti tatapan Ophelia. "Dek, bantu Kak Ophel, ya. Aku mau telpon Pak Danny." Andreas meminta adiknya membantu, sebab tahu kamar yang akan ditempati belum siap ditempati.
"Kami lihat-lihat, ya, Ophel." Pak Bernad sangat suka dengan villa Ophelia, jadi langsung minta ijin dan mau mengajak istrinya untuk melihat-lihat.
"Iya, Pak. Silahkan." Ophelia bersyukur melihat sikap orang tua Andreas yang bisa terima dan mau tinggal di villanya yang sederhana dibandingkan dengan hotel atau rumah mereka.
"Mah, jangan pernah meragukan putramu. Dia tahu batas kebebasannya bersama seorang wanita. Kadang dia menunjukan rasa hatinya di tempat umum, tapi bukan berarti dia bisa lakukan sesuatu yang tidak bermoral di tempat tersembunyi." Pak Bernad sengaja mengajak Bu Marniae menjauh dari anak-anaknya, untuk mengingatkan istrinya. Sebab tadi sempat mendengar ucapan Andreas meyakinkan Mamahnya yang mengetahui Ophelia tinggal sendiri.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...