Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Scar
Hari berlalu dengan cepat, langit sudah terlihat gelap kembali, disebuah bar minuman, Leon berjalan melihat sekeliling ada satu pria dengan wajah imut tapi dalam balutan kaosnya terdapat otot yang besar itu Jey yang sedang minum. Leon berjalan menghampirinya dan duduk di kursi sampingnya.
"Martini 1" pesan Leon pada pelayan bar.
Mereka masih terdiam sampai minuman pesanan Leon datang didepan nya.
"Katakan" to the point Leon tidak bertele-tele pada Jey.
"Aku izinkan kau bawa Hana" berat Jey yang mengatakan itu.
"Sepertinya aku tidak perlu izin siapapun untuk membawa nya" geleng pelan Leon.
"Dia wanita yang penuh banyak luka, pastikan kau melindungi nya, dan aku sudah mengatakan padanya..kalau kau Mafia" terang Jey yang memperjelas kata Mafia sambil menoleh ke arah Leon.
"Apa reaksi nya?" Tanya Leon juga penasaran dengan reaksi Hana.
"Dia tidak percaya, dia bilang kau satu-satunya yang bisa menarik nya keluar. Dan dia juga meminta padaku jika terjadi sesuatu pada nya, aku yang akan datang ke hadapan mu dan mémbûnûhmu" terang Jey perkataan seperti memberi peringatan pada Leon.
"Baiklah, itu urusanku" Leon mengeluarkan beberapa lembar uang dollar dan menaruh di samping martini nya lalu bangkit tanpa menyicip martini yang dipesan.
...
Hanya satu tas dibawa oleh Hana, ia membawanya masuk, melihat sekeliling rumah yang kosong, Leon belum pulang jadi Hana hanya bengong duduk disofa menunggu Leon pulang.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka, terlihatlah Leon yang datang, mata Hana melihat ke arahnya perkataan Jey terus terulang di telinganya apalagi kata Mafia. Sampai langkah Leon sudah tepat berada didepan nya.
"Kau sudah makan?" Tanya Leon sesampainya.
"Kau ingin makan apa?" Tanya balik Hana.
"Apa saja, aku orang yang tidak memilih makanan" terang Leon.
"Baiklah, aku buatkan makanan untukmu" ujar Hana yang langsung menuju dapur.
Pembicara yang canggung, Leon menyadari itu, namun ia tidak ingin ambil pusing pun pergi ke lantai dua untuk membersihkan dirinya.
...
Mereka makan dengan tenang, karena Leon tidak memilih tentang makanan itu adalah salah satu keuntungan, jadi Hana memasak makanan rumah yang biasa ia santap.
"Ada yang ingin ku tanyakan" celetuk Hana tiba-tiba namun reaksi Leon tetap tenang sambil makan.
"Kita akan pergi ke negara mana? Aku belum punya paspor untuk negara jauh" ujar Hana yang sambil mengunyah menatap Leon yang sambil makan.
"Jangan khawatir kan itu, aku sudah punya rencana untuk itu" singkat Leon yang tidak memberikan secara detail.
"Iya, jadi mau kemana?" Penasaran Hana yang belum mendapat jawaban yang ia mau.
"Italia" singkat Leon yang masih mengunyah. Hana tidak protes tentang tujuan kemana.
"Kau pasti sudah dengar dari Jey" pungkas Leon menatap Hana didepannya dengan mata sipitnya.
"Iya, tapi..wajahmu sangat tidak cocok bagi mafia" terang Hana.
"Memangnya bagaimana wajah mafia? Kau hanya melihat dari film" sahut Leon yang masih dengan makanan nya.
"Tentu saja tampan, anda juga termasuk, dan arogan, terutama kejam. Tapi.. anda tidak masuk yang terakhir" terang Hana lanjut makan.
Leon menatap Hana dengan mata sipitnya, setelah mendengar kata kejam. Leon menunjukkan smirk tipisnya sambil mengambil beberapa lauk.
"Entahlah, tapi terkadang aku sangat ambisius dalam menginginkan sesuatu,apapun aku lakukan" jawab Leon sambil menyuap makanan dengan sumpitnya.
Hana menelan susah payah lauk dalam mulutnya.
"Pagi besok kita berangkat?" Tanya Hana yang mengesampingkan pemikiran negatifnya.
Ponsel Leon bergetar tanda pesan masuk terlihat orang kepercayaannya mengirimkan alamat dimana tempat bos geng Harimau Putih.
"Tidak, pagi besok aku akan mengurus sesuatu dulu, keatas dan tidur lah lebih dulu" perintah Leon.
"Baiklah, aku selesaikan ini" balas Hana yang menyuap satu sendok terakhir dengan penuh dimulutnya.
Leon mengkerutkan keningnya melihat Hana kenapa dia makan seperti itu.
...
Terakhir Leon yang merapihkan alat makan hingga sampai mencucinya degan bersih, bahkan dapur terlihat rapih kembali.
Dengan berjalan ke lantai dua rumahnya Leon membuka kamar nya terdengar gemericik air shower dari kamar mandinya.
Leon langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memainkan ponselnya.
Tak lama Hana keluar dengan pakaian tidur yang punggung polosnya terlihat sangat provokatif pakaian nya, sampai mata sipit Leon meliriknya disaat Hana berjalan menuju jendela melewati tempat tidur yang ditiduri Leon.
"Pakaian apa yang kau pakai??" Protes Leon melihatnya.
"Waahh .. lihat hujan nya" Hana membuka jendela melihat hujan turun terlihat awan yang mendung.
"Bukannya kau bawa pakaian? Kau menggodaku dengan pakaian itu?" Tutur Leon yang masih rebahan matanya terus tertuju pada lekuk tubuh Hana.
"Aku tidak bawa pakaian, ke rumah aku hanya mengambil uangku, dan beberapa surat, pakaian ini bodyguard mu yang membelikannya, lupa?" Terang Hana yang berbicara sambil melihat keluar.
"Apa?" Bangkit Leon ternyata bodyguard suruhan nya yang membelinya.
"Itu, orang kepercayaan mu, kenapa tidak tahu" jawab Hana yang masih melihat hujan rintik, lalu tangan putih melingkar di pinggang ramping Hana.
"Sekarang kau tidak takut dengan hujan rupanya, coba saja kalau tidak nurut padaku" bisik Leon ditelinga Hana yang mendengarnya saja akan melted karena suara bas nya.
"Memangnya apa yang akan kau lakukan?" Tantang Hana.
Leon mengerutkan keningnya karena jawaban Hana malah menantangnya. Tangan Leon membalik tubuh Hana dan mengecup bîbîr merah Hana.
Hana mendorong tubuh Leon namun nihil Leon semakin gencar dengan cûmbúannya, sampai tubuh Hana tidak bisa bergerak, dengan bibir masih bertaut Leon menggiring Haana ke dekat kasur.
Leon melepaskan cumbuannya, lalu tangannya mendorong enteng tubuh Hana ke kasur empuk.
Bruuk
"Akh" pekik pelan Hana, tanpa ampun Leon menindih tubuh Hana yang berada dibawahnya, dan melumat kembali bibir Hana dengan menuntut, hingga Hana tidak bisa bernafas normal.
Lagi Leon melepaskan cumbuannya melihat Hana yang berada di bawahnya, dengan menopang siku tangannya wajahnya sangat dekat dengan Hana.
"Jangan pakai ini didepan orang lain selain aku, kalau tidak ingin hukuman dariku" ujar Leon dengan suara serak serta basnya, tatapan nya terus tertuju pada Hana.
"Hukuman seperti apa yang kau berikan padaku? Begini??" Bukannya takut Hana meraih pipi Leon dan mencium sekilas bibir tipisnya.
Smirk Leon.
"Akan ku tunjukkan" jawab nya dengan wajah nya langsung dingin seketika.
Wajah Leon ia menelusup kan ke leher putih Hana hidung nya mengendus dengan kecupan ringan dileher Hana, membuat Hana tak sengaja mengeluarkan désáh kecilnya, Leon mendengar nya pun semakin suka.
"Ah" Hana mencoba mendorong tubuh Leon namun tidak bisa, sampai tangan kekarnya meraba paha mulus Hana yang semakin menggila dibuat nya.
"Ja..ngan" cekat Hana yang memegang pundak Leon yang masih terus mengecup leher Hana.
Kini kecupan Leon berpindah dibibir Hana, tangannya tak berhenti mengelus paha polos Hana.
Hingga jari telunjuk Leon mengait di panty séxy Hana ingin diturunkan, gercep Hana langsung menahan tangan Leon agar berhenti. Bahkan Leon melepaskan cûmbúannya menatap Hana kenapa menyuruhnya berhenti.