Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Setelah mendengarkan alasan Ricko, Intan keluar dari kamarnya menuju meja makan dan Ricko mengikutinya. Ricko duduk di samping Intan lalu meminum kopinya.
"Mau makan sekarang, Mas?" tanya Intan sambil mengambil nasi dan menaruh di atas piringnya.
"Hm," gumam Ricko tanda setuju.
Intan pun mengambilkan Ricko, nasi, sayur, dan ikan lalu meletakkannya di depan Ricko. Ricko memperhatikan Intan yang melayaninya bak raja. Ia pun tersenyum senang. Baru kali ini ada orang yang memperhatikannya sampai seperti ini.
"Terima kasih ...," ucap Ricko sambil mengacak rambut Intan.
"Eh jangan, Mas! Tuh ‘kan berantakan lagi," ujar Intan sambil merapikan rambutnya lagi. Ricko hanya tersenyum lalu menyantap sarapannya.
"Nanti setelah ujian langsung pulang ya! Ayo kita ke KUA untuk tanda tangan dan mengambil surat nikah," ucap Ricko ketika Intan mau pergi ke sekolah.
Intan pun mengangguk mengerti. Setelah itu ia bergegas pergi ke garasi untuk segera berangkat ke sekolah usai salim pada Ricko.
Saat memasuki garasi, Intan menemukan ban motornya kempes. Ia pun kembali masuk ke dalam rumah di mana Ricko masih menghabiskan sarapannya.
"Mas ..., ban motornya kempes. Gimana nih?" ucap Intan panik.
"Biar aku antar. Tunggu aku mandi sebentar," balas Ricko lalu bergegas naik ke kamarnya yang berada di lantai atas.
Sambil menunggu Ricko bersiap-siap, Intan tidak diam begitu saja. Ia membersihkan meja makan dan dapur.
Sudah 15 menit Intan menunggu, tapi Ricko masih belum turun juga. Intan pun akhirnya memutuskan naik ke lantai atas menuju kamar Ricko.
"Mas ...," panggil Intan di depan pintu kamar Ricko.
"Masuk!" sahut Ricko dari dalam kamar.
Intan pun membuka pintu dan melihat Ricko sedang mengancingkan lengan kemejanya. Karena sudah siang, Intan berinisiatif mengambil dasi Ricko yang tergeletak di atas ranjang dan memasangkannya di leher Ricko.
Ricko tertegun dengan tindakan Intan. Ia memandang ke arah Intan dan mata mereka bertemu. Intan pun langsung menunduk dan segera menyelesaikan memasang dasi di leher Ricko.
"Terima kasih ...," ucap Ricko sambil tersenyum saat Intan sudah selesai memasang dasi di lehernya.
"Ayo berangkat, Mas. Sudah siang nih!" ajak Intan seraya menarik tangan Ricko keluar dari dalam kamar setelah mengambil jas dan tas Ricko yang tergeletak di atas ranjang.
Di dalam mobil mereka sama-sama diam. Ricko fokus mengemudi karena ia sedikit ngebut takut kalau Intan terlambat, tapi di dalam hatinya ia merasa sangat bahagia. Ia pun tersenyum senang.
"Nanti pulangnya aku naik ojek aja, Mas," ucap Intan sebelum keluar dari mobil Ricko.
"Oke. Tunggu aku di rumah ya," balas Ricko sambil tersenyum.
Setelah keluar dari dalam mobil dan menutup pintunya, Intan berjalan menuju gerbang sekolahnya. Di sana Adit sudah menunggu kedatangan Intan. Mereka masuk gerbang sekolah bersama-sama dan Ricko melihatnya.
"Siapa laki-laki itu? Dia selalu saja dekat dengan Intan," gumam Ricko penasaran. Intan memang belum cerita apa -apa pada Ricko tentang siapa saja teman-temannya.
Setelah itu Ricko melajukan mobilnya menuju perusahaan.
"Kamu diantar siapa?" tanya Adit yang melihat Intan turun dari mobil tadi.
"Oh … itu su ... eh sepupuku yang waktu itu kamu antar aku pulang kerumahnya. Kan sekarang aku tinggal sama dia," jawab Intan bohong karena tidak ingin rahasia pernikahannya diketahui siapapun kecuali sahabat-sahabatnya.
"Nanti pulangnya kamu dijemput?" tanya Adit ingin tahu.
"Enggak, Dit. Aku naik ojek," jawab Intan.
"Aku antar ya?" tawar Adit dengan semangat.
"Enggak usah repot-repot, Dit. Aku naik ojek aja," tolak Intan sambil tersenyum.
"Udahlah. Nggak apa-apa. Nanti selesai ujian ketemu di parkiran ya?" ucap Adit sebelum mereka berpisah karena berbeda kelas. Intan pun mengangguk setuju.