Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Entah rencana apa.
"Aku sangat berharap kau mendengarkan apa yang kukatakan dan tidak main-main denganku. Aku bisa melakukan apapun kepada siapapun yang termasuk dirimu. Jika itu sangat menggangguku!" tegas William yang tidak henti-hentinya memberikan ancaman kepada Adara.
Adara hanya diam saja yang melihat bagaimana tatapan dua bola mata pria yang terlihat berapi-api itu. Adara juga tidak bisa berkata-kata. Karena dia mengetahui William memang adalah sosok pria yang sangat membenci dirinya.
"Kau mengerti. Jadi yang kau lakukan hanya apa yang aku perintahkan!" tegas William.
William tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung berlalu dari hadapan Adara setelah puas memberikan ancaman dan sangat berharap jika wanita yang akan menikah dengannya takut pada dia.
"Maaf! aku tidak bisa melakukan itu!" langkah William terhenti saat ingin membuka pintu saat mendengar penolakan dari Adara.
"Apa katamu?" tanya William tanpa membalikan tubuhnya.
Dia sangat berharap salah dengar dari apa yang dikatakan Adara.
"Aku tidak bisa menolak permintaan nenek. Aku tidak bisa melakukan apa yang kamu minta. Aku juga tidak menginginkan ini. Tetapi kembali lagi aku tidak bisa menolak permintaan nenek," ucap Adara memang sangat tidak mungkin dia menolak permintaan itu, karena Ibunya sudah ditangani pihak Dokter dan itu sama saja dia telah melanggar janjinya.
Tangan William terkepal mendengarnya. Tetapi tampak dirinya masih menahan amarah. Bisa-bisa wanita di hadapannya itu akan berakhir di tangannya.
"Aku memberimu kesempatan beberapa jam, jika kau tidak bisa mengubah segalanya, aku tidak akan mengampunimu! Kau harus tahu siapa aku. Jadi jangan bermain-main padaku," tegas William yang langsung membuka pintu.
Brukkk
Suara pintu begitu kuat terdengar yang membuat Adara kembali terkejut. William pergi dengan kemarahan dan untung saja tidak dilampiaskan kepada Adara. Walau Adara sudah membuat dirinya yang benar-benar terpancing.
"Itu sudah menjadi resiko yang akan aku dapatkan dan jika itu bisa membuat kamu puas, maka aku akan menerima semua itu. Maaf aku tidak bisa melakukan apa yang kamu mau," batin Adara terlihat pasrah.
Air matanya yang kembali keluar dengan semua yang telah dia dapatkan. Rasa pasrah dengan semua yang telah dia alami.
**
Adara dibawa ke salah satu salon dan butik mewah oleh Ambar. Saat sampai mereka disambut oleh para pelayan butik tersebut.
Adara sangat kebingungan saat Ambar yang membawa dirinya sampai dia harus meninggalkan pekerjaan yang sangat banyak.
"Nyonya kenapa kita datang ke tempat ini?" tanya Adara.
"Nanti malam, ada pertemuan penting. Kamu harus ikut," jawab Ambar singkat.
"Ayo masuk! Jangan hanya bengong saja," ucap Ambar yang masuk terlebih dahulu dan mau tidak mau Adara menyusul.
"Ada yang bisa kami bantu nyonya?" tanya salah satu pelayan.
"Saya ingin kalian buat penampilan wanita cantik yang ada di samping saya semakin cantik dan yang sesuai dengan wajahnya," jawab Nonya.
"Baik kalau begitu, ayo Nona ikut dengan kamu!" ajak pelayan itu dan Adara mengikut saja.
Tanpa buang-buang waktu, Adara langsung didandani sesuai perintah Ambar, sementara ia duduk di sofa dengan kakinya yang menyilang sembari membaca majalah.
Entah pertemuan apa yang direncanakan Ambar dan sejak tadi membuat Adara penasaran yang tidak diberitahu oleh Ambar.
Mata Adara melihat wanita yang baru saja memberikan bantuan itu kepadanya dari bayangan cermin.
"Apa lagi ini? Kenapa perasaanku tiba-tiba tidak enak. Aku sangat takut menghadapi semua ini. Aku tidak tahu bagaimana mungkin aku berada diantara nenek dan juga William," Adara yang terlihat begitu gelisah.
"Sudah selesai Nona!" ucap wanita yang sejak tadi menata rambutnya. Ambar yang juga mendengar hal itu langsung melihat ke arah Adara yang berdiri dari tempat duduknya.
Adara hanya mengangguk sekilas melihat penampilan Adara yang sangat berbeda. Seolah wanita kucel yang tadi dibawanya bukan orang yang sama yang berdiri di hadapannya sekarang.
Adara tampak cantik menggunakan dress hitam di bawah mata kaki dengan lengan yang diberi organza. Tidak lupa dengan heels tinggi dan gaya rambut yang sangat cocok dengan dress yang digunakannya.
"Perfect!" satu kata itu keluar dari mulut Ambar yang sudah menyimpulkan segala pujian yang ingin diucapkan kepada Adara.
Adara tidak merespon dan seperti biasa dia hanya menunduk. Walau penampilannya begitu sangat cantik yang sangat berbeda dengan kesehariannya tetapi tetap saja hatinya sejak tadi tidak tenang dengan jantung yang terus saja berdebar yang sudah menandakan bahwa setelah ini pasti akan terjadi sesuatu dan Adara hanya berharap semua dugaannya salah.
"Adara apa kamu nyaman dengan pakaian yang kamu kenakan itu?" tanya Ambar.
"Nyaman Nyonya," jawab Adara dan jika dia mengatakan tidak pasti Ambar akan menggantinya. Ambar tipe wanita yang sangat pengertian dan daripada ribet Adara mengatakan iya saja.
"Baiklah! kalau begitu sebaiknya kita pergi!" ajak Ambar yang tidak ingin basa-basi dan pasti sebelumnya sudah melakukan transaksi pembayaran.
Lagi-lagi Adara menganggukkan kepalanya yang mengikut saja kemanapun Ambar akan membawanya dan mungkin itu sesuatu balas budi yang harus dia lakukan.
Tak lama kemudian, mobil mewah Ambar berhenti di depan sebuah restoran mewah. Lagi-lagi Adara sangat bingung entah apalagi yang akan dilakukan Ambar setelah itu.
"Adara kamu tunggu di mobil sebentar, nanti sopir akan menjemput kamu setelah saya memberikan perintah," ucap Ambar.
"Baik, Nyonya!" jawab Adara yang hanya menurut saja.
Ambar langsung keluar dari mobil begitu pintu mobil itu dibukakan oleh supir.
Mata Adara melihat ke arah atas restoran tersebut yang berlantai cukup banyak dan sepertinya itu restoran yang hanya dihadiri kalangan orang-orang kaya saja yang memiliki urusan yang tidak sembarangan.
Adara menghela nafas dan tiba-tiba matanya melihat ke arah kaca spion dan tampak mobil yang melewati mobilnya yang terparkir.
"Bukankah itu mobil William?" tebak Adara.
Sesuai dengan dugaannya, William keluar dari mobil tersebut yang mana dia menyetir tanpa menggunakan sopir dan William tampak berlari pelan mengitari mobil itu untuk membuka pintu di samping pengemudi dan terlihat keluar seorang wanita.
Adara menyerngitkan dahi yang mengamati wanita tersebut yang pasti sangat. Dia adalah model internasional Katty Hermes. Adara beberapa hari yang lalu melihat wanita itu dan Adrian
"Bukankah dia adalah tunangan dari William?" tanya Adara yang hanya memperhatikan saja bagaimana kedua orang itu memasuki Restaurant tersebut dengan tangan wanita itu yang menggandeng lengan William.
Mata Adara terus aja berfokus melihat pasangan yang baru saja mempublikasikan hubungan mereka, mengumumkan kepada publik bahwa mereka memiliki hubungan spesial. Adara tersenyum tipis seolah ikut bahagia dengan hubungan tersebut. Tetapi tetap wajahnya jelas terlihat pura-pura bahagia. Bagaimana tidak posisinya saat ini telah dijodohkan dengan William, laki-laki yang sangat membenci dirinya.
Sekarang pria itu membawa wanita yang dia cintai dan apakah mungkin akan dipertemukan dengan Ambar. Lalu apa tujuan dia berada di tempat itu? semua pemikiran itu menjadi tanda tanya sendiri bagi Adara.
Dalam lamunan itu membuat Adara tersentak kaget yang ternyata pintu mobil diketuk dan langsung dibuka yang mana pengawal sudah membuka pintu mobil.
"Nona! Mari silahkan!" ucap yang memakai jas rapi itu menundukkan kepala yang dengan sopan. Adara masih yang terlihat tampak sangat ragu.
Bersambung.......