Wildan harus bekerja serabutan demi bisa terus mencukupi kebutuhan ibu dan dua adiknya, mengingat dirinya merupakan tulang punggung keluarga. Semuanya berubah saat Wildan mendapatkan job tak terduga dari seorang selebriti terkenal. Dia bahkan dibayar dengan mahal hanya untuk pekerjaan itu. Namun siapa yang menyangka? Wildan tergoda untuk terus melakukannya. Kira-kira job apa yang dilakukan Wildan? Karena pekerjaan itu pula dirinya banyak bertemu wanita cantik. Wildan bahkan bertemu dengan supermodel idolanya!
Inilah cerita tentang sisi gelap seorang fotografer, serta kehidupannya yang penuh lika-liku dan pengalaman unik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 - Sesi Pemotretan
Wildan rasanya tidak bisa berlama-lama berada di unit apartemen 211. Terlebih dia adalah satu-satunya lelaki di sana.
"Sebaiknya kita mulai saja, Mbak. Lebih cepat semakin baik," imbuh Wildan.
"Ya ampun, kamu udah nggak sabar pasti lihat kami lepas baju," tukas Sasya.
Wajah Wildan seketika memerah. Namun dia berusaha menanggapi dengan santai. "Bukan begitu, Mbak. Saya cuman nggak mau memakan waktu terlalu lama. Mbak-Mbak semua kan pasti juga punya kesibukan," ucapnya.
"Benar juga sih. Beberapa dari kami ada yang punya jadwal padat. Ya sudah, kita mulai saja ya guys!" ujar Sasya.
"Kamu nggak mau minum dulu, Say. Udah keringatan gitu," tukas Lala.
"Makasih. Tapi nanti saja deh," tanggap Wildan yang bergegas mengelap keringat.
"Oh iya, Dan. Aku belum memperkenalkan semuanya pada kamu. Kenalkan aku Sasya, itu Lala, ada Andini juga. Lalu dua yang diam sejak tadi adalah yang paling muda, mereka adalah Nindy dan Aleta," ungkap Sasya.
"Halo... Saya Wildan. Aku harap kita bisa bekerjasama." Wildan memperkenalkan dirinya dengan canggung.
"Tentu saja bisa, Sayang. Dengan senang hati," sahut Andini.
Wildan tersenyum kecut. Setelah perkenalan singkat, sesi pemotretan lantas dimulai. Orang pertama yang akan di foto oleh Wildan adalah Sasya.
Tanpa rasa malu, Sasya lepas seluruh pakaiannya. Hingga dalam sekejap tubuh bak gitar spanyol itu terekspos.
Glek!
Wildan telan ludah. Keringat panas dinginnya terus mengucur deras. Lagi-lagi kaos baju di dalam jaketnya harus basah. Namun Wildan merasa lega karena juniornya tidak bereaksi apa-apa. Mungkin itu karena dirinya terus memikirkan ibu dan dua adiknya. Wildan sengaja mengalihkan pikiran kotornya pada sesuatu hal lain. Untungnya itu cukup berhasil. Wildan bahkan beberapa kali mengarahkan Sasya untuk melakukan gaya tertentu.
"Wah... Kau sepertinya sangat pro dengan pekerjaan ini. Apa kau tidak tergoda, Sayang?" tanya Andini yang penasaran.
"Tentu saja tergoda, Mbak. Saya kan juga lelaki normal. Tapi harus ditahan karena aku ingin bekerja dengan profesional," sahut Wildan sembari mengambil foto Sasya.
"Sebenarnya nggak ditahan pun tak apa loh," goda Lala seraya menyentuh pundak Wildan. Dia sengaja membusungkan dadanya agar belahan montoknya terlihat lebih jelas di depan mata lelaki tersebut.
Wildan lagi-lagi tersenyum kecut. Dengan pelan dia turunkan tangan Lala dari pundaknya. Intinya Wildan menolak godaan wanita itu secara baik-baik.
"Udahlah, La. Jangan gatal kau! Wildan lelaki baik. Pasti dia punya hati yang harus dijaga. Sebagai wanita psk, kita juga harus tahu diri," timpal Sasya.
"Idih! Sok-sokan bicara soal harga diri. Padahal kemarin baru aja ngerebut suami orang," sindir Lala sinis.
"Udah deh, La. Aku lagi malas berdebat pas lagi keadaan bugil begini. Mending kita fokus saja sama pemotretan ini. Iyakan, Dan?" tukas Sasya.
"Iya, Mbak. Ini nggak lanjut-lanjut loh. Mbak juga nanti kedinginan," tanggap Wildan. Entah bagaimana caranya, rasanya dia mulai terbiasa dengan pemandangan wanita telanjang di depannya. Kemungkinan besar itu karena Sasya yang dipandang sebagai wanita lebih tua. Wildan sendiri tidak pernah menyukai wanita yang lebih tua. Apalagi yang nyaris seumuran dengan sang ibu.
"Oh oke. Lanjut, Say!" seru Sasya.
Sesi pemotretan berjalan lancar. Satu per satu wanita psk itu di ambil fotonya oleh Wildan secara berurutan. Entah tujuannya untuk apa, Wildan sendiri tak mau tahu, yang terpenting dirinya akan bekerja sesuai kemampuan.
Ketika sudah selesai di potret, para wanita langsung pulang. Terutama ketiga wanita yang sejak tadi tidak berhenti berceloteh. Kini yang tertinggal hanyalah Nindy dan Aleta.
Suasana yang tadinya ramai, mendadak jadi hening dan canggung. Mengingat Nindy dan Aleta yang cukup pendiam.
"Siapa selanjutnya?" tanya Wildan sembari menatap Aleta dan Nindy secara bergantian.
Nindy lantas berdiri. Dia segera melepas seluruh pakaian. Hingga tubuhnya sekarang tidak tertutupi oleh sehelai benang pun.
Entah kenapa Wildan kembali diserang panas dingin. Dia yang tadinya mengira dirinya terbiasa, ternyata salah. Wildan kembali bernafsu saat melihat wanita muda atau sepantaran dengan dirinya.
Gilanya Wildan mulai merasakan celananya sesak. Apalagi saat melihat Aleta mulai berpose untuknya.
'Sial! Sial! Sial! Kena lagi aku.' Wildan hanya bisa merutuk dalam hati.
kira-kira glenda tau nggak ya... secara dia kan punya kenalan makhluk halus ...
bakal perang nggak ya....
ke cililitan lewat dewi sartika
Natasha memang cantik jelita
tapi wildan lebih cints sama Glenda
ke cililitan lewat dewi sartika
Nathasya memang wanita jelita
tapi sayang wildan suka sama GLENDA
awas Dan jgn macem macem ,mata mata Glenda tak terlihat olehmu ,lebih cepat pula 🤣🤣🤣
nathasa lagi patah hati...
iklasin aja lah Nat... masih banyak cowok yang suka sama kamu... jangan nikung teman sendiri....
entar nyesel lo...Wildan nggak dapat, teman pun pergi...