Ina meninggalkan keluarganya demi bisa bersama Ranu, dengan cinta dan kesabarannya, Ina menemani Ranu meski masalah hidup datang silih berganti.
Setelah mengarungi bahtera selama bertahun-tahun, Ranu yang merasa lelah dengan kondisi ekonomi, memutuskan menyerah melanjutkan rumah tangganya bersama Ina.
Kilau pelangi melambai memanggil, membuat Ranu pun mantap melangkah pergi meninggalkan Ina dan anak mereka.
Dalam kesendirian, Ina mencoba bertahan, terus memikirkan cara untuk bangkit, serta tetap tegar menghadapi kerasnya dunia.
Mampukah Ina?
Adakah masa depan cerah untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
“Terima kasih, Mas.” Ina menatap Ranu datar. “Terima kasih atas semua luka dan kesusahan yang kau beri selama sebelas tahun pernikahan kita.”
“Aku akan pergi setelah Andri pulang dari sekolah, aku akan membawanya bersamaku. Karena kalau dia berada di sini, mungkin dia akan mati kelaparan.”
Ranu menelan ludahnya susah payah. Ucapan Ina bagai belati yang menghujam jantungnya. Menunjukkan betapa tidak bertanggungjawab nya dia sebagai seorang ayah. Bahkan selama ini dia tidak begitu dekat dengan Andri. Jangankan dekat, dia bahkan memarahi Andri jika anak itu mengajaknya bicara saat dia lagi asyik main game.
“Andri adalah satu-satunya yang tak kusesali dari kebersamaan kita. Terima kasih, memberiku anak yang hebat. Semoga suatu saat kau tidak menyesal telah mengabaikan dia selama ini.” Ina membalikkan badan dan ingin pergi ke kamar untuk mengemasi pakaiannya dan Andri.
Tuling… tuling.
Ina menghentikan langkahnya karena bunyi ponsel di saku dasternya.
“Bi Hindun?” gumamnya. “Iya, Bi?” sapanya kemudian.
“Andri ada di sini, dia tadi diantar oleh tukang ojek.”
“Apa, Bi?” Ina tersentak kaget dengan ucapan bibi di seberang sana.
“Bibi mencoba mengajaknya bicara, tapi dia masih diam, belum mau menjawab.”
“Aku akan ke sana sekarang, Bi!” Ina segera berlari menuju kamarnya. Dia yang semula ingin pergi dari rumah itu setelah andri pulang sekolah, urung. Kini Andri ada di rumah Bibi. Ada apa dengan anaknya? Kenapa bukannya pergi sekolah malah kesana?
*
Tidak butuh waktu lama bagi Ina untuk berkemas, karena tak banyak barang yang dia miliki di rumah itu. Dia hanya perlu mengganti dasternya dengan celana panjang dan jaket lalu keluar dari kamar dengan membawa sebuah tas ransel usang dan juga helm saja.
“Tunggu!” Bu Rahayu yang semula duduk di kursi tiba-tiba berseru. “Mana, Ibu periksa isi tas itu. Mana tahu ada benda berharga yang kamu curi.” Wanita tua itu mendekati Ina dan merebut tas ransel yang dibawa oleh wanita yang kini telah berstatus sebagai mantan menantu.
Ina membiarkan saja, bahkan wanita itu tergelak merasa lucu. “Benda berharga? Kamu dengar ibumu, Mas?” Ha ha ha ha ha. “Apa menurutmu di rumah ini ada benda berharga?”
Tidak peduli dengan ucapan menantunya, Bu Rahayu membongkar dan mengacak-acak isi tas Ina. Mendengus kesal karena tidak mendapatkan apapun selain daster lusuh dan pakaian serta seragam sekolah Andri.
“Lihat itu, Mas!” Mata Ina menatap Ranu, tetapi ujung jarinya menunjuk ke arah pakaian yang berserakan di lantai. “Itulah benda berharga yang dimaksud oleh ibumu. Sekarang kamu bisa lihat kan betapa hebatnya kamu sebagai seorang suami. Bahkan membelikan sepotong baju untuk istrimu pun kamu tidak bisa. Aku sungguh salut padamu,” ucap Ina sarkas.
Wanita itu kemudian berjalan mendekati mantan suaminya dengan kertas di tangan. “Ini adalah tagihan-tagihan rumah ini.” Enggan untuk mengulurkan, Ina meletakkan kertas itu di meja di hadapan Ranu.
“Tagihan listrik, tagihan lampu jalan, tagihan kebersihan lingkungan, tagihan pajak kebun dan bangunan, tagihan keamanan, tagihan PDAM, tagihan bla bla bla…” Ina mengabsen semua isi kertas itu satu persatu. “Mulai sekarang tanggung jawab atas semua itu ku kembalikan padamu.”
Ranu menelan ludahnya kasar. Selama ini dia tidak tahu-menahu tentang semua tagihan itu, karena selalu Ina yang membayarnya. Lalu jika mulai sekarang itu menjadi tanggung jawabnya, bagaimana cara dia membayarnya. Apa Siska bersedia menanganinya seperti Ina selama ini.
“Aku menunggu surat cerai darimu, antarkan itu ke rumah Bi Hindun.” Ina berlalu dari hadapan Ranu menuju tempat di mana sepeda motornya terparkir.
“Tunggu, sepeda motor siapa itu?” Teriak Ratna.
“Yang pasti bukan sepeda motor kakakmu.” Ina menjawab santai. Ranu memalingkan wajah.
“Aku curiga sejak semalam, motor itu kelihatan baru dibeli dari toko. Apa benar itu sepeda motor saudaramu, atau jangan-jangan itu punya selingkuhanmu!”
Siska mencoba memanas-manasi hati Ranu. Pria itu sejak tadi hanya diam setelah mengucap kata talak. Mungkin pria itu merasa menyesal. Siska ingin Ranu membenci Ina.
“Jangankan hanya sepeda VIXION baru, Adnan bahkan bisa membeli BMW baru dalam hitungan detik. Tanyakan pada suamimu sekaya apa saudara sepupuku itu! Apakah dia atau kamu yang lebih kaya?”
Siska menggeram, mengepalkan tangan karena niatnya untuk memprovokasi Ranu malah berbalik menyerangnya. Kalau hanya untuk membeli sepeda motor, mungkin sanggup. Tapi jika mobil baru…
Ina yang sedang menuntun sepeda motornya hendak dibawa keluar menghentikan langkahnya sejenak dan menatap mantan adik madunya. “Apa kamu tahu satu hal? Kamu adalah pelakor terbodoh yang pernah aku tahu. Umumnya seorang pelakor akan mencari laki-laki yang kaya raya, tetapi kamu malah mencari laki-laki yang dia dan keluarganya hanya akan menjadi bebanmu. Aku sungguh kasihan padamu.”
“Perempuan sial!!!” Bu Rahayu berteriak tidak terima. “Kamu mencoba memprovokasi menantuku, ya? Kamu pasti marah karena kamu sudah dibuang, kan?” Wanita itu merasa geram mendengar kata-kata Ina. Dia takut Siska akan termakan ucapan Ina.
Tak jauh beda dengan Ranu. Wajah pria itu memerah antara marah dan malu. Nyatanya yang diucapkan oleh Ina benar adanya.
Siska terdiam. Tak urung apa yang baru saja diucapkan oleh Ina, berhasil menyentil hatinya.
Ina mengabaikan teriakan Bu Rahayu. Wanita itu sudah naik ke atas jok sepeda motornya, kemudian segera mengenakan helmnya. Pakaian yang berserak di lantai akibat perbuatan Bu Rahayu dia tinggalkan. Hanya pakaian saja dia bisa membeli lagi yang baru. Dia bukan orang yang kekurangan uang.
Ratna dan Siska terkesima melihat penampakan Ina di atas sepeda motor. Celana hitam dan jaket hitam, ditambah helm menutupi kepala serta wajahnya, duduk di atas motor besar. Dalam hati mereka mengakui kalau Ina terlihat keren. Seperti wonder woman yang sering mereka lihat di TV. Sejujurnya itu membuat mereka merasa iri.
Brummm... brummm...
Ina melajukan motor dengan kencang dan,..
Brasss...
"Inaaa..."
Bu Rahayu berteriak melihat pagar rumah yang tertutup di terjang begitu saja.
***
“Sayang,,,?” Ina memeluk putranya begitu dia sampai di rumah Bi Hindun. Dia tidak akan bertanya dulu pada putranya, dia akan membiarkan putranya tenang lebih dulu. Yang dia lakukan saat ini hanya memberikan pelukan menunjukkan bahwa apapun yang terjadi maka dirinya siap menjadi garda terdepan.
“Andri mau tidur di rumah Mbah Uti, ya? Ya udah yuk, kita ke kamar! Ibu juga mau tidur di rumah Mbah Uti!” Ina membimbing putranya untuk berdiri dari tempat duduknya. Diambilnya tas yang masih melekat di punggung Andri, lalu dituntunnya bocah itu menuju kamar yang memang disediakan oleh bibinya jika mereka menginap di sana.
“Andri lepas sepatu terus ganti baju dulu, ya?” Bahkan di rumah itu, Andri dan Ina juga memiliki baju ganti yang disiapkan oleh bibinya.
Andri mengangguk lalu menuju ke tempat ganti pakaian, melakukan sesuai yang diperintahkan oleh ibunya.
Ina membuka resleting jaketnya, dan mengeluarkan sebuah map dari balik kaosnya. Itu adalah surat-surat penting miliknya. Termasuk buku nikah, dan juga buku tabungan. Menilik dari sifat ibu mertuanya, Ina sudah mengira kalau Bu Rahayu pasti akan menggeledah tasnya. Karena itulah, Ina sengaja tidak menyatukannya.
Ina menghapus setitik airmata yang lolos tanpa permisi. “Akhirnya semua berakhir.” Menatap wajahnya dalam pantulan cermin. “Aku tidak akan menangis lagi. Selamat datang hidupku yang baru. Ayo kita wujudkan bahagia bersama.”
ttp semngat thor/Good/
padahal belum tentu Ranu mau meresmikan pernikahannya.. pasti alasannya krn sayang duitnya.. 😅😅😅