Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bara yang Padam
Suara gemuruh mesin motor yang mereda perlahan digantikan oleh tepukan dan sorakan dari para anggota Aries Blaze. Meskipun sebagian besar mendukung Jaka, mereka tidak bisa menahan kekaguman atas performa Galang. Beberapa bahkan mulai berbisik, memuji ketenangan dan kemampuan pria itu di lintasan yang penuh risiko.
Jaka turun dari motornya dengan gerakan cepat, membuka helm dan melemparkannya ke tanah. Rambut merahnya yang basah oleh keringat memantulkan cahaya lampu neon di sekitar mereka. Ia mendekati Galang, yang tetap tenang di atas Fireblade-nya, menunggu tanpa ekspresi.
“Kau cepat,” kata Jaka akhirnya, napasnya masih terengah-engah. “Tapi jangan berpikir kau bisa mengambil semuanya dariku hanya dengan satu balapan.”
Galang turun dari motornya, melepas helmnya dengan perlahan. Ia menatap Jaka tanpa emosi, tetapi suaranya terdengar jelas. “Aku tidak ingin mengambil apapun darimu. Kau yang menantangku, dan aku hanya menjawab.”
Jaka menatap Galang dengan mata tajam, tetapi bibirnya perlahan melengkung membentuk senyuman tipis. “Kau punya nyali, aku suka itu.” Ia menepuk pundak Galang dengan keras, lalu mengangkat suaranya untuk didengar semua orang. “Dengar ini, kalian semua! Galang bukan lawan biasa. Tapi Aries Blaze tidak selesai hanya dengan balapan.”
Kerumunan bersorak, tetapi ada ketegangan yang tersisa di udara. Jaka menatap Galang lagi. “Kau menang balapan, tapi aku ingin tahu apakah kau punya cukup keberanian untuk bertarung.”
Galang menatapnya tanpa berkedip. “Kalau itu yang kau inginkan, kita selesaikan sekarang.”
Jaka tertawa keras. “Baiklah. Tapi di sini, kami tidak main-main. Ini pertarungan yang sesungguhnya. Jangan berharap aku akan mudah menyerah.”
Persiapan Pertarungan
Para anggota Aries Blaze dengan cepat mengosongkan area di tengah gudang, menciptakan ruang lingkaran untuk pertarungan. Lampu neon yang menggantung di atas kepala mereka memberikan pencahayaan redup, menciptakan bayangan bergerak di dinding pabrik tua. Suasana penuh antisipasi, dengan banyak yang bertaruh siapa yang akan menang dalam duel ini.
Jaka melepaskan jaket kulitnya, memperlihatkan tubuh kekarnya yang penuh tato. Ia adalah petarung jalanan berpengalaman, terkenal dengan serangan-serangannya yang brutal dan kekuatan fisiknya yang luar biasa.
Galang, di sisi lain, hanya melepaskan sarung tangan kulitnya dan menggulung lengan jaketnya. Ia tidak memiliki tampilan mencolok seperti Jaka, tetapi tubuhnya yang tegap dan tatapan matanya yang tajam menunjukkan bahwa ia bukan pemula dalam hal ini.
“Lihat itu,” bisik salah satu anggota Aries Blaze. “Jaka akan menghancurkan pria itu.”
“Jangan terlalu cepat menilai,” jawab yang lain. “Galang mengalahkan Draxa. Dia mungkin punya sesuatu yang tidak kita lihat.”
Jaka melangkah ke tengah lingkaran dengan senyuman penuh percaya diri. “Aturannya sederhana,” katanya. “Tidak ada senjata, tidak ada trik. Yang bisa membuat lawannya tidak bangun adalah pemenangnya.”
Galang hanya mengangguk, melangkah ke tengah lingkaran tanpa berkata apa-apa. Ia mengatur napasnya, memusatkan pikirannya. Di belakangnya, Tama berdiri gelisah di luar lingkaran, jelas terlihat cemas.
Babak Pertama
Ketika salah satu anggota Aries Blaze memberi tanda mulai, Jaka langsung maju dengan serangan yang eksplosif. Pukulan keras diarahkan ke wajah Galang, tetapi Galang dengan cepat bergerak ke samping, menghindari serangan itu. Ia membaca pergerakan Jaka dengan hati-hati, mengandalkan kelincahan untuk menghindari setiap serangan awal.
“Cepat juga,” gumam Jaka, meluncurkan serangan lainnya. Kali ini, ia mengayunkan pukulan dari arah samping, mencoba memojokkan Galang. Namun, Galang lagi-lagi menghindar, memanfaatkan momentum Jaka untuk melancarkan pukulan balasan ke rusuknya.
Jaka tersentak, tetapi itu tidak cukup untuk menjatuhkannya. “Lumayan,” katanya sambil mundur beberapa langkah. “Tapi itu tidak cukup.”
Jaka kembali menyerang, kali ini dengan lebih agresif. Pukulan dan tendangan dilancarkan dengan kecepatan yang mengejutkan untuk pria berbadan besar seperti dia. Galang tetap tenang, menghindari serangan demi serangan, menunggu celah yang sempurna.
Ketika Jaka mencoba pukulan ke arah wajah lagi, Galang menangkisnya dengan lengan, memutar tubuhnya, dan meluncurkan tendangan rendah ke lutut Jaka. Serangan itu mengenai sasaran, membuat Jaka kehilangan keseimbangan untuk sesaat.
Babak Kedua
Para penonton bersorak, beberapa mulai meneriakkan nama Galang. Jaka menggeram, bangkit dengan cepat meskipun lututnya terasa sakit. “Kau bermain cerdas,” katanya. “Tapi aku belum selesai.”
Jaka mengubah taktiknya, mencoba mengurung Galang dengan gerakan yang lebih lambat tetapi lebih berat. Ia menggunakan tubuhnya untuk memaksa Galang mendekat, berharap bisa menangkapnya dalam jarak dekat. Tetapi Galang tahu apa yang sedang dilakukan Jaka. Ia tetap menjaga jarak, menghindari jebakan itu.
Ketika Jaka akhirnya meluncurkan serangan frontal, Galang melihat celahnya. Dengan kecepatan luar biasa, ia bergerak ke samping, menangkap lengan Jaka, dan menggunakan momentum lawannya untuk menjatuhkannya ke lantai. Jaka terhuyung, tetapi sebelum ia bisa bangkit sepenuhnya, Galang melancarkan serangan terakhir: pukulan telak ke dada yang membuat Jaka terjatuh dengan keras.
Jaka terbaring di lantai, napasnya berat. Ia mencoba bangkit, tetapi tubuhnya menolak. Lingkaran menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada Galang, yang berdiri tegap di tengah, napasnya tetap teratur.
Pengakuan dari Inferno
Setelah beberapa detik, Jaka akhirnya tertawa kecil. Ia duduk perlahan, menyeka darah di sudut bibirnya. “Kau tidak hanya cepat,” katanya. “Kau juga kuat.”
Jaka berdiri dengan susah payah, lalu mengulurkan tangannya. Galang menatapnya sejenak sebelum menyambut uluran itu.
“Aries Blaze tidak akan lupa ini,” kata Jaka, senyum kecil di wajahnya. “Kau menang dengan cara yang adil, dan aku menghormati itu.”
Para anggota Aries Blaze bersorak, beberapa menepuk punggung Galang dengan antusias. Untuk pertama kalinya, mereka melihat seseorang yang tidak hanya mampu menandingi pemimpin mereka, tetapi juga melakukannya dengan cara yang membuat mereka kagum.
Di luar lingkaran, Tama tersenyum lega. Ia mendekati Galang ketika semua perhatian mulai beralih. “Aku pikir kau akan kalah tadi,” katanya.
Galang hanya tersenyum kecil. “Aku tidak pernah masuk ke pertarungan tanpa percaya pada diriku sendiri.”
Malam itu, kemenangan Galang atas Aries Blaze menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar. Tapi di tempat lain, para pemimpin geng lain mulai mempersiapkan diri, menunggu giliran mereka untuk menghadapi penantang baru ini.