Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 : Kesabaran setipis tisu
Setelah melakukan banyak percobaan, Dila bisa di keluarkan dari dalam bus dan segera di evakuasi.
Di antara korban kecelakaan, Dila salah satu yang paling parah.
" Aku ikut dengan Dila di ambulance ya mas."Zara minta ijin pada Ezar.
" Tidak, ikut dengan ku saja."
Tanpa berkata apa apa, Zayn menarik tangan adik nya. " Masuk ke mobil, nanti mas obati lukamu."
Ezar tidak terima, tapi mata Zayn yang melihat Ghina keluar dari mobil Ezar lah yang membuatnya mengambil tindakan cepat.
Setelah lama berdiri mematung, akhirnya Ezar paham kenapa Zayn melarang Zara ikut bersamanya.
Ezar menghela nafas panjang.
" Baiklah, kamu ikut dengan Zayn, kita bertemu di rumah sakit."
Ambulance membawa Dila ke Brawijaya Hospital.
Tiba di IGD, korban luka segera di tangani dengan melakukan triase terlebih dahulu.
Dan terjadi sedikit masalah ketika triase berlangsung. Seorang wanita yang tiba lebih dulu membawa anak berusia sekitaran sepuluh tahun.
Dia nampak marah marah, melayangkan protes pada dokter yang sedang berjaga.
" Hei..kenapa kalian tidak memeriksa anak saya?!" Katanya setengah berteriak.
Zara yang baru masuk dan melihat IGD sedang full dan hanya di berikan tempat duduk di kursi roda, menyaksikan bagaimana wanita itu mulai menunjukkan taringnya.
" Aku dengar kalau pasien kecelakaan yang baru datang adalah para dokter yang bekerja di rumah sakit ini, apa karena mereka adalah teman kalian lalu kalian mendahulukan mereka dan menelantarkan anakku!!!" Suaranya kali ini melengking dan merusak ketenangan pasien yang sedang beristirahat.
Salah satu dokter jaga sudah menjelaskan masalah yang terjadi, tapi sepertinya wanita itu tidak juga mengerti.
Ezar dan Zayn sibuk membantu dokter dokter yang lainnya di dalam ruangan khusus, terlebih Dila yang memang paling parah di banding korban yang lainnya.
Zara di tinggal sendirian di kursi roda, kepalanya yang terbentur dengan luka robekan menjadi terasa sangat sakit di tambah suara wanita tadi yang terus berteriak di samping telinganya.
Dokter sudah lelah menjelaskan tapi tetap saja dia ngotot dan menganggap kalau dialah yang paling benar.
" Baiklah, terus saja kalian mengabaikan anakku. Aku akan memviralkan di media sosial bagaimana buruknya pelayanan rumah sakit Brawijaya. Apa kalian tau kalau aku mengenal pemilik rumah sakit ini? Sekali saja aku melakukan panggilan, kalian semua akan di pecat!!!"
Zara kehilangan kesabaran. Masih duduk di kursi roda, dia pun tidak tahan dengan makian wanita tersebut.
" Bu, pelankan suara anda. Di sini bukan cuma ada anda, pasien banyak bu, anda tidak lihat, kalau mereka semua terbangun karena suara ibu yang berteriak teriak."'
" Hei, kau juga salah satu gerombolan mereka kan?"
Zara memijit pelipisnya, lalu berdiri dan berhadapan dengan wanita tadi.
" Dokter sudah jelaskan pada anda kenapa mereka mendahulukan pasien yang datangnya belakangan, tapi anda masih tidak mengerti juga. Baiklah, biar saya ulangi. Saya memang datang bersama mereka, mobil kami mengalami kecelakaan dan beberapa dokter dan calon dokter di dalam sana sedang berjuang melawan maut. Saya sangat mengerti bagaimana perasaan ibu saat ini, tapi dari pengamatan saya, anak ibu sudah di periksa dokter yang berjaga, tanda tanda vital sudah di ukur, memang demam, suhu 38,5 derajat celcius, infus sudah di pasang, obat sudah di berikan. Lalu ibu meminta apalagi? Tolong ibu liat situasi sekarang, pasien yang di dalam ruangan itu, mereka jauh lebih butuh perhatian.
Wanita itu menatap tajam ke arah Zara.
" Maaf ya bu, dokter sudah bekerja sesuai prosedur yang ada, di semua rumah sakit pun ibu akan temukan hal yang sama. Itu di sebut triase bu, jadi saat pasien masuk ke IGD, kami akan tanya keluhannya. Ibu liatkan garis warna warni ini?" Tunjuk Zara pada beberapa garis di lantai. " Ada merah, kuning, hijau dan hitam.Anak ibu masuk di zona hijau sama seperti saya, walau saya adalah korban kecelakaan juga, tapi luka saya tidak terlalu parah seperti teman teman saya di dalam sana."
" Tetap saja saya akan melaporkan ini pada pemilik rumah sakit. Tunggu saja aku akan menelponnya!!"
" Ya sudah, kalau ibu mau telpon, silahkan. Ibu punya nomornya kan? Kalau tidak, saya bisa membantu ibu untuk menelpon pemilik rumah sakit yang ibu maksud." Kesal Zara.
Wanita tadi pergi setelah berdebat dengan Zara.
Zara menghela nafas panjang, lalu kembali duduk di kursi roda, kepalanya semakin sakit setelah meladeni ibu ibu tadi. Ezar melihat dari balik kaca pembatas, dia mengulas senyum setelah menyaksikan bagaimana istrinya berdebat dengan salah satu keluarga pasien.
Beberapa saat berlalu, abi Adam dan umi Aza datang.
IGD sedikit kacau karena tiba tiba pimpinan mereka datang bersama istrinya.
Pasti karena wanita tadi yang melapor, begitu di pikiran para karyawan.
Zara yang melihat dari jauh Abi dan uminya memasuki ruang gawat darurat, segera berinisiatif menyembunyikan wajahnya di balik jilbab panjang yang dia kenakan.
" Aduh, umi datang lagi." Gumamnya.
" Assalamualaikum dok." Sapa dokter jaga dan beberapa perawat.
" Waalaikumsalam, bagaimana kondisi teman teman kita?" Tanya abi Adam khawatir.
" Alhamdulillah, sudah di tangani dengan baik dok."
" Alhamdulillah wa syukurillah. Apa ada yang mereka butuhkan? Katakan saja, nanti saya yang akan menanggung biayanya, begitupun jika ada yang harus di rawat inap, berikan ruangan terbaik yang kita punya."
" Baik dok."
" Oiya, aku cari pasien satu lagi, dia juga korban kecelakaan."
" Boleh kami tau namanya dok?"
" Zara Aisyah."
" Oo ada dok, mari saya antar."
" Tidak perlu, tunjukkan saja di mana tempat tidurnya." Kata abi Adam.
" Di sana dok." Tunjuk dokter tersebut ke arah Zara yang terlihat masih menyembunyikan wajahnya.
" Terima kasih, lanjutkan pekerjaanmu." Ujarnya tersenyum.
Abi Adam dan umi Aza melangkah menghampiri Zara yang duduk di kursi roda.
" Hmmm..." Abi Adam berdehem sembari mengulas senyum." Kenapa bersembunyi?"
" Kenapa Abi dan umi datang?" Zara balik bertanya setengah berbisik.
" Apa mungkin, Abi dan umi akan duduk tenang menikmati secangkir kopi di hari libur ini setelah mendengar putri cantik kami terluka?"
" Iya, Zara tau, tapi kan, Abi dan umi bisa menelpon Zara tau mas Zayn." Protes Zara.
" Kalian tidak mengangkatnya, untung ada Ezar yang menelpon Abi."
" Kamu tidak apa apa nak?" Kali ini umi Aza bertanya dengan suara lembut yang menenangkan.
Umi Aza menangkup wajah Zara, cairan bening sudah menggenang di netra amber nya.
Begitulah uminya, sedikit saja ada hal yang membuat anaknya merasa tidak nyaman, entah itu karena kesakitan atau apapun itu, umi pasti akan menangis.
Itulah kenapa dia tidak ingin orang tuanya datang ke rumah sakit, karena umi Aza pasti akan sedih melihat kondisinya yang sebenarnya tidak apa apa, hanya sedikit luka sobekan di kepala dan beberapa memar di bagian tubuh lainnya.
" Zara baik baik saja umi sayang."
" Kamu itu, selalu membuat umi khawatir." Ujarnya lalu mencium pucuk kepala Zara.
Ada beberapa yang memperhatikan dari kejauhan, di antara mereka pasti sudah ada yang menaruh curiga dengan kedekatan salah satu koas dengan pemilik rumah sakit.
Zara dan Zayn sebisa mungkin menutupi jati dirinya, dia tidak mau orang lain mengetahui jika mereka adalah anak anak dari pemilik Brawijaya, karena jika mereka tau, tentulah akan banyak kebijakan dan perlakuan istimewa yang akan mereka dapatkan, dan Zara maupun Zayn tidak mau itu sampai terjadi.
Ezar terlihat datang menghampiri Abi Adam dan umi Aza.
" Abi, ada koas kita yang membutuhkan dokter orthopedi subspesialis spine."
" Benarkah? Sudah kamu hubungi departemen orthopedi?"
" Sudah bi, tapi dokter Wahyu sedang ke luar kota dan tiga hari lagi baru balik."
Abi Adam nampak berpikir.
" Ini emergency atau masih bisa menunggu?"
" Masih bisa menunggu bi."
" Bagaimana hasil pemeriksaan lainnya?"
" Semua normal."
" Bagus, siapkan operasinya besok malam. Insyaallah, koas kita akan di operasi oleh dokter andalan Brawijaya sebelumnya."
Kening Ezar mengernyit.
" Kau pernah bertemu dengannya sekali."
" Maksud abi uncle Izel?"
" Ya, dia akan datang sebentar malam." Ujar abi Adam sumringah. " Bagimana kondisi istrimu?"
Ezar menatap Zara yang sementara asik bercerita dengan umi Aza. " Insyaallah, dia baik baik saja bi."
...****************...
stadium akhir 😩
kasian ghina
zara ank msih bayi knp la langsg lanjut pendidikn ny. fokus di rs, urus ank2 dn urus suami dulu knp. sayang x momen ny bnyak melewat kn tumbuh kembang si kembar. toh zara gk kekurangn materi tujuh turunan😁