NovelToon NovelToon
Exchange The Dead Bahasa Indonesia

Exchange The Dead Bahasa Indonesia

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem
Popularitas:367
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Leluhur

Muak seluruh semesta saling membunuh dalam pertikaian yang baru, aku kehilangan adikku dan menjadi raja iblis pertama kematian adikku menciptakan luka dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Searching for Traces of Resistance

Arata melangkah dengan ringan, meninggalkan labirin di belakangnya. Namun setelah beberapa saat berjalan, alisnya berkerut. Pemandangan di sekitarnya terasa familiar - terlalu familiar.

"Hm?" Dia berhenti, mengamati sekitarnya dengan lebih seksama. Pohon-pohon, bebatuan, bahkan pola rerumputan - semuanya persis sama seperti yang dia lihat beberapa menit lalu.

Arata mengambil langkah lagi, kali ini dengan lebih hati-hati. Sepuluh langkah, dua puluh langkah... dia kembali ke titik yang sama.

"Menarik," gumamnya, Sargceva berpendar pelan di mata kanannya. Mata takdir itu menunjukkan sesuatu yang ganjil - seolah ruang di sekitarnya terlipat pada dirinya sendiri, menciptakan loop tanpa akhir.

Arata berputar di tempat, mengamati setiap detail lingkungan. Tidak ada tanda-tanda ilusi atau manipulasi energi divine. Ini sesuatu yang berbeda.

"Jadi begitu," dia mendengus pelan. "Keluar dari labirin hanya untuk masuk ke labirin lain?"

Dia mengangkat tangannya, mencoba merasakan aliran energi di udara. Tidak ada distorsi yang kentara, tidak ada jejak sihir yang biasa. Namun ada sesuatu... sesuatu yang sangat halus, nyaris tak terdeteksi.

"Sepertinya ini akan lebih merepotkan dari yang kukira," Arata bergumam, masih berputar-putar di tempat yang sama. "Siapapun yang merancang ini... cukup cerdik."

Langit di atasnya tetap cerah, matahari bersinar terang - tapi Arata mulai curiga, apakah itu benar-benar matahari yang sama dengan yang dia kenal

Arata mengepalkan tangannya, energi murni berpendar di sekitar tubuhnya. "Jadi ini cara kerjanya..."

Dia mengambil sebuah batu kecil dan melemparkannya ke udara. Batu itu melambung tinggi, namun alih-alih jatuh kembali ke tanah, batu tersebut menghilang - seolah tertelan oleh udara kosong.

"Ruang yang terdistorsi," dia bergumam. "Bukan ilusi, bukan dimensi... tapi sesuatu yang lebih fundamental."

Sargceva berpendar lebih terang, menunjukkan pola-pola tak kasat mata di udara. Seperti benang-benang tipis yang menjahit realitas di sekitarnya, membentuk kantong ruang yang terisolasi.

"Aku tidak bisa keluar..." Arata mengamati sekelilingnya. "Dan sepertinya aku juga tidak bisa menghancurkannya seperti void tadi."

Tiba-tiba, udara di sekitarnya bergetar pelan. Sebuah suara yang familiar terdengar - tawa Halkalmi.

"Kau pikir semudah itu keluar dari wilayahku?" Suara itu menggema dari segala arah. "Yang kau hancurkan tadi hanyalah satu lapisan. Selamat datang di perangkap kedua, Arata."

Arata tetap tenang, namun matanya menyipit. "Aku sudah mengalahkanmu."

"Yang kau kalahkan hanya proyeksi." Suara Halkalmi kini terdengar lebih dekat. "Kau benar soal fragment para dewa... tapi itu hanya pengalihan. Pertunjukan kecil untuk membuatmu lengah."

Udara di depan Arata bergelombang, dan sosok Halkalmi muncul - kali ini lebih solid, lebih nyata dari sebelumnya.

"Sekarang..." Halkalmi tersenyum lebar, "mari kita mulai pertarungan yang sesungguhnya."

Tanpa peringatan, Halkalmi melesat maju. Energi divine miliknya berpendar terang, menciptakan gelombang tekanan yang menghancurkan tanah di bawahnya. Namun Arata tetap tak bergeming, matanya fokus mengamati setiap gerakan.

"MATI KAU!" Halkalmi menghantamkan tinjunya yang berselimut energi divine keemasan.

*BOOM!*

Ledakan energi divine membelah udara, namun Arata sudah tidak ada di posisinya. Dalam sekejap, dia muncul di belakang Halkalmi, tangannya terkepal penuh energi murni.

"Lambat," gumam Arata, melancarkan pukulan balik.

Halkalmi berputar, menangkis serangan Arata dengan perisai divine. Benturan kedua energi menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan bebatuan di sekitar mereka.

"Kau..." Halkalmi mendesis, "memang monster."

"Bukan," Arata menarik tangannya. "Kau yang terlalu lemah."

Kemarahan meledak di mata Halkalmi. Energi divine-nya membuncah, mengubah ruang terdistorsi di sekitar mereka menjadi medan pertempuran yang kacau. Tanah retak, udara bergelombang, dan realitas sendiri mulai tidak stabil.

"LEMAH?!" Halkalmi mengangkat kedua tangannya. "LIHAT INI!"

Ribuan pedang divine muncul di udara, masing-masing berpendar dengan kekuatan yang mampu membelah gunung — "[Galzue Arkew]!" teriak Halkalmi.

Pedang-pedang itu melesat ke arah Arata dari segala arah. Namun, Arata hanya tersenyum tipis.

"Masih belum mengerti juga ya?" Energi murni berderak dari tubuhnya, menciptakan pusaran yang menelan semua pedang divine. "Kekuatan sejati... bukan tentang seberapa banyak senjata yang bisa kau ciptakan."

Dalam gerakan yang bahkan tak tertangkap mata Halkalmi, Arata menghilang. Detik berikutnya, dia sudah berada di hadapan Halkalmi, tangan kanannya terangkat.

"Tapi tentang seberapa absolut tekadmu."

*BLAR!*

Pukulan Arata menghantam telak, mengirim Halkalmi terbang menembus beberapa lapisan ruang terdistorsi. Namun alih-alih terluka, Halkalmi tertawa.

"BAGUS! BAGUS SEKALI!" Tubuhnya bersinar terang. "INILAH YANG KUINGINKAN!"

Energi divine meledak dari tubuh Halkalmi, kali ini berbeda - lebih pekat, lebih absolut. Ruang di sekitar mereka mulai runtuh, menciptakan void baru yang lebih dalam dari sebelumnya.

"Mari kita lihat," Halkalmi bangkit, auranya berubah total, "siapa yang lebih absolut di antara kita."

Arata terdiam sejenak, matanya menyipit saat sebuah realisasi muncul dalam benaknya. Sargceva berpendar lebih terang, seolah merespons kesadarannya yang baru terbentuk.

"Ah..." dia bergumam pelan. "Jadi begitu."

Potongan-potongan puzzle mulai tersusun dalam pikirannya. Ruang yang terdistorsi, energi yang tak biasa, dan sensasi familiar yang terus menghantuinya sejak keluar dari labirin - semuanya mulai masuk akal.

"Dimensi Dewa Bencana," Arata mengucapkan kata-kata itu dengan nada datar. "Raja Labirin Hewan Buas... kau cukup licik juga."

Halkalmi yang masih melayang dengan energi divine-nya terhenti sejenak. "Oh? Kau akhirnya menyadarinya?"

"Bukan kau Raja itu Halkalmi. Pantas saja, terasa berbeda, aku mulai mengerti." Arata melanjutkan, matanya mengamati sekeliling dengan lebih seksama.

"Aku hanya pengawas dari dunia Alkahalam, aku bukanlah sesuatu yang palsu Arata." Tawa Halkalmi menggema.

"Begitu rupanya..." Arata memejamkan matanya sejenak. "Kau hanya penghalang untuk bertemu dengannya - "

"HAHAHA!" Halkalmi tertawa keras. "Kau mengincarnya? Dewa Bencana yang bahkan para dewa lain takut padanya?"

Arata membuka matanya, Sargceva berpendar lebih intens. "Aku tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu."

Dalam sekejap, atmosfer di sekitar mereka berubah. Energi murni Arata meledak dengan intensitas yang berbeda - lebih dingin, lebih mematikan.

"Kalau begitu," Halkalmi menyeringai lebar, energi divine-nya berkobar. "[Divine Art: Thousand Gates of Heaven]!"

Portal-portal emas muncul di sekeliling mereka, masing-masing mengeluarkan senjata divine yang berbeda. "MATILAH KAU!"

Namun sebelum serangan itu mencapai Arata, dia sudah bergerak. Bukan menghindar, tapi melesat lurus langsung ke arah Halkalmi.

"Sudah kubilang..." energi murni terkonsentrasi di tangan kanannya. "Aku tidak punya waktu!"

*CRASH!*

Tangan Arata menembus dada Halkalmi, menggenggam inti energi divine-nya. "Kau bukan targetku."

"Kh..." Halkalmi terbatuk darah, namun masih tersenyum. "Kau... monster... tapi Abravrehevic... dia jauh lebih mengerikan..."

"Aku tahu," Arata meremas inti itu hingga hancur. "Itulah yang kucari."

Tubuh Halkalmi mulai pecah menjadi partikel-partikel cahaya. "Semoga... kau menyesal... Arata..."

Saat tubuh Halkalmi sepenuhnya menghilang, ruang di sekitar mereka mulai berguncang. Dimensi Dewa Bencana mulai merespons kematian pengawasnya.

"Akhirnya," Arata menatap ke kejauhan di mana energi yang jauh lebih kelam mulai terasa. "Abravrehevic Eganzov... Aku bunuh kamu, selanjutnya."

Langkahnya mantap saat dia berjalan menuju kegelapan yang semakin pekat - menuju pertemuan dengan sang Dewa Bencana, Raja dari segala binatang buas.

1
Fastandfurious
Gemesin banget nih karakternya, bikin baper!
Leluhur: tidak ada karakter menggemaskan kaka
total 1 replies
yeqi_378
Gila PPnya cakep bangeeet, cepetan thor update lagi please!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!