NovelToon NovelToon
Beast Mask: Macan Yang Tertidur

Beast Mask: Macan Yang Tertidur

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:623
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.

Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.

Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 32

Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 32

"Leandra, bagaimana sarapannya?" Neneknya menatap Leandra dengan penuh perhatian. Dia duduk di kursi kayu tua yang sudah mulai berderit, mengenakan syal rajut berwarna cokelat yang melilit di lehernya. Tatapannya lembut, tapi ada sedikit kecemasan tersembunyi di sana.

"Um, ini enak, Nek..." Leandra membalas dengan baik, menyendok sesuap makanan ke dalam mulutnya. Namun, matanya melirik ke arah Bharendra yang duduk di seberangnya. Dia tampak fokus sendiri, menyeruput kopi hitam tanpa gula sambil membaca koran pagi yang tampak sudah terbiasa ia pegang setiap hari. Dia selalu melakukan itu setiap pagi bahkan sebelum bekerja.

Leandra meletakkan sendoknya, menatap paman nya itu layaknya dia ingin bertanya sesuatu. "Paman, apa aku bisa melakukan sebuah kegiatan di sini? Aku ingin melihat-lihat tempat yang lebih bagus..." Ia bersandar ke belakang, kedua tangannya menopang kepalanya dengan ekspresi bosan. Tatapannya menuntut, seakan ingin mencari celah untuk keluar dari rutinitas membosankan ini.

Bharendra tidak langsung menjawab. Ia menurunkan korannya sedikit, mengamati Leandra dengan tatapan berpikir sebelum akhirnya bertanya dengan nada datar, "Kau masih pergi ke psikiatermu?"

"Eh, iya? Kenapa bertanya?" Leandra menatapnya dengan alis berkerut, merasa pertanyaannya agak tidak relevan.

"Tempat itu saja yang kau jadikan zona aman," jawab Bharendra dengan suara berat, lalu mengembalikan fokusnya pada koran.

Leandra mendengus kecil, menyilangkan tangan di dadanya. "Kenapa tidak tempat lain?"

Bharendra akhirnya meletakkan koran di atas meja, menatap Leandra dengan lebih serius. "Hei, Nak, di distrik ini sangat berbahaya. Bukankah kau mendengar banyak beritanya? Perampok, gangster, preman, bahkan Topeng Buas ada di mana-mana...." Suaranya terdengar lebih rendah, layaknya ingin menekankan sesuatu. "Hanya tempat publik seperti kafe atau—tunggu, bank tidak termasuk—mungkin psikiatermu itu... Di sanalah tempat paling aman."

Leandra mendesah pelan. "Tapi apa maksud Paman? Apa hanya karena ada penjahat aku tidak boleh keluar? Paman ini polisi, kan?"

"Aku memang polisi, bukan penjagamu." Bharendra menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Aku tak bisa menemanimu karena pekerjaanku... Begini saja, jika kau ingin ke suatu tempat, katakan padaku. Aku akan memeriksa apakah tempatnya aman atau tidak sebelum kau ke sana..."

Leandra menatapnya dengan kesal, matanya memancarkan perlawanan. "Kenapa Paman begitu khawatir? Aku bisa menjaga diriku!" katanya, suaranya sedikit meninggi. Tanpa menunggu jawaban, ia mendorong kursinya ke belakang dengan sedikit kasar, berdiri, lalu melangkah pergi dengan gerakan yang menunjukkan kekecewaan. Piringnya masih tersisa di meja, belum sepenuhnya habis.

Neneknya menjadi terdiam melihat kepergian Leandra. Wajahnya kemudian menjadi khawatir. Ia menoleh ke Bharendra yang juga tampak terpaku, hanya menatap kosong pada cangkir kopinya.

"Kau ini, apa yang kau katakan padanya? Apa yang dia katakan nanti pada ayahnya tentang kita..." ujar nenek Leandra, nada suaranya sedikit bergetar.

Bharendra mengusap tengkuknya, menghela napas panjang sebelum menjawab, "Justru itu yang harus aku takutkan... Di luar sana berbahaya, dan ayahnya pasti akan menyalahkanku sepenuhnya jika gadis itu kenapa-napa.... Aku tidak berani mengusik kehidupan pria itu, jadi aku memastikan Leandra aman... Itu saja..."

--

"Jadi, Leandra, bagaimana? Ini sudah kesekian kalinya kamu datang kemari." Suara tenang dan dalam dari Dokter Lee memenuhi ruangan.

Bahkan, di meja sampingnya, ada koleksi figur kucing keramik berukuran kecil. Leandra selalu tertarik dengan mereka. Seperti biasa, tangannya terulur, menyentuh satu figur kucing yang duduk dengan posisi menggemaskan.

"Bisa katakan padaku apa yang terakhir kali kau alami soal ketakutanmu?" tanya Dokter Lee sambil memperhatikan ekspresi gadis itu.

Leandra: "Em... sebenarnya, aku masih mengalaminya. Mimpi buruk itu datang lagi... Tapi, entah kenapa, rasanya lebih berbeda... Setelah ada yang mengatakan bahwa aku harus melawan rasa takut itu... Dia memberiku kata-kata yang begitu mendalam..." Kata Leandra, mengingat bagaimana Tora benar-benar memberitahunya.

Dokter Lee: "Oh, itu bagus... Apa itu orang yang sama ketika kau pertama kali membicarakannya denganku? Aku jadi penasaran dia siapa...."

Leandra: "... Kau tidak boleh penasaran." Leandra menatap khawatir, membuat Dokter Lee terdiam, tapi ia tetap tenang menghadapinya dan tidak terlalu ikut campur.

Dokter Lee: "Baiklah. Lain kali, dengarkan saja dia jika kau mengalami perubahan ketika dia mengatakan sesuatu soal ketakutanmu. Bisa jadi dia peduli padamu, dia mempelajari apa pun itu, termasuk pengalamannya juga..." kata Dokter Lee, membuat Leandra terdiam. Ia lalu menghela napas panjang.

Leandra: "Apa tak ada hal lain yang bisa aku lakukan? Mungkin, kesibukan yang lain? Jika aku terus menulis, otakku akan meledak memikirkan cerita...."

Dokter Lee: "Aku sudah menyarankanmu dari awal. Selain melakukan hobi, kau juga bisa melakukan olahraga ringan... Seperti berenang, jogging pagi, atau bahkan memanah."

Leandra: "Memanah? Sepertinya itu hal yang menarik... Jika berenang, aku tahu di distrik ini pasti sulit menemukan kolam renang. Apalagi jika aku jogging, aku keluar satu langkah saja harus waspada dari orang jahat... Jika saja ada tempat memanah yang pas."

Dokter Lee: "Bharendra, pamanmu jelas tahu itu. Distrik besar ini dia sudah menjelajah kemana mana..." Dokter Lee ternyata kenal dengan Bharendra. Tentu saja, semua orang di distrik saling mengenal satu sama lain. Itulah kelebihan dari distrik itu, mereka menyebarkan banyak berita orang-orang melalui koran yang di buat setiap hari. Bahkan semuanya di liput sehingga semua orang mengenal satu sama lain di distrik itu.

Leandra: "Eh, pamanku? Pasti dia akan menolakku. Dia tidak akan mengizinkanku."

Dokter Lee: "Apa ini karena zona amanmu? Jangan khawatir, dia tahu tempat yang bagus."

Leandra: "Baiklah, aku akan mengatakannya padanya!"

--

Bharendra: "Memanah, hm?" Dia begitu bingung ketika mendengar permintaan Leandra. Mereka ada di apartemen, dan Bharendra tampak bersiap untuk bekerja sebagai seorang polisi.

Leandra: "Ya! Aku ingin memanah!"

Bharendra: "Kau yakin? Aku tahu tempatnya, tapi gadis sepertimu, apakah bisa memanah dengan baik? Yang ada kau malah kesal sendiri."

Leandra: "Ih, kan aku bisa mencoba! Aku pasti bisa! Lagipula, psikiaterku bilang aku harus mencoba hal baru!" Tatap Leandra dengan sangat memohon.

Bharendra: "Tapi aku dengar akhir-akhir ini, tempat itu pernah dihampiri perampok... Mereka hanya memainkan tempat itu dan kemudian pergi karena tak ada yang spesial dengan tempat itu juga..."

Leandra: "Bukankah itu baik-baik saja?"

Bharendra: "Baiklah. Kau bisa datang sendiri, kan? Aku mengirim alamatnya untukmu. Bilang saja kau dari Bharendra, mereka mengenalku. Atau bisa jadi mereka sudah mengenalmu." Bharendra memberikan kertas yang ia tulis alamatnya, nomor jalan distrik di sana. Lalu Leandra mengangguk dengan cepat.

"Kalau begitu, aku pergi!" Ia tampak langsung berjalan pergi.

Sementara Bharendra hanya tertawa kecil. "Gadis seceria itu harus mendapati keluarga yang suram...."

1
AravZA
ini ceritanya hampir persis sama komik bl yang pernah aku baca, bedanya karakter utamanya di ganti jadi cewek ya di sini. covernya pun, itu si singa kan, si ketua.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!