Yasmin, janda muda dan cantik harus menerima jadi istri simpanan seorang pria kaya dan sudah beristri. Berawal dari pertemuan tak sengaja Reynald dengan Yasmin yang tak lain adalah karyawannya sendiri di dalam lift perusahaannya. Reynald tertarik pada pandangan pertama dan setelah ditelusuri Yasmin ternyata memiliki pekerjaan sampingan sebagai wanita panggilan.
Reynald merupakan seorang pengusaha di bidang properti dan real estate. Ia memiliki seorang istri cantik dengan segala kegiatannya sebagai sosialita. Hidup bergelimang harta membuat Aurel lupa diri hingga terlibat perselingkuhan dengan pria lain, hal itulah yang membuat Reynald perlahan mencari pelarian untuk melayani hasrat sexnya. Sedangkan Yasmin menerima jadi istri simpanan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.
Apakah pernikahan Yasmin dengan sang BOS bisa terendus? Dan apakah pernikahan mereka berdua murni karena *** semata?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Jayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Langkah Reynald semakin cepat, dia sangat ingin memberi pelajaran pada Silvia.
BRAAKK...
Pintu kamar terbuka lebar, Silvia yang sudah tidur terbangun lagi. Setelah mendatangi Yasmin tadi, Silvia memutuskan untuk tidak kembali ke rumah sakit karena Reynald pasti akan curiga padanya. Dugaannya salah besar.
"Reynald, apa yang kamu lakukan?" pekik Silvia membeliak. Dia beringsut dari tempat tidur.
Bagai kesetanan Reynald menghampiri Silvia dan mencekik lehernya sampai perempuan itu hampir kehabisan napas.
"Le-lepas!" Silvia meronta berusaha melepaskan tangan Reynald.
Mata Reynald tajam dengan napas memburu. Dia malah merekatkan tangannya menambah kekuatannya mencekik Silvia.
"Aku tidak bisa napas!" Teriak Silvia napasnya tersengal. Dadanya sesak seketika.
"Aku akan menceraikanmu segera!" Reynald melepaskan cekikannya dan mendorong Silvia hingga tubuhnya jatuh.
"Tidak! Kamu tidak bisa melakukan itu!" Silvia berteriak histeris berusaha menggapai tangan Reynald.
Sekaligus Reynald menepis sentuhan Silvia sambil berdecih kesal.
"Aku bisa melakukan apapun bahkan mengirimmu hidup di jalanan! Aku sudah muak dengan kelakukanmu. Kamu sudah berusaha memberikan racun pada istriku!" Urat leher Reynald terlihat menegang. Dia sangat murka atas perbuatan Silvia.
"Istrimu? Aku juga istrimu," ujar Silvia tak terima.
"Kamu memang istriku. Tapi, bagiku kamu sudah lama mati!" Semua amarah Reynald dikeluarkannya seketika.
Air mata Silvia menetes mendengar ucapan Reynald. Dengan mudahnya Reynald berkata seperti barusan, seakan dirinya tidak berharga sama sekali.
Reynald berbalik, menatap derasnya hujan di luaran sana. Hatinya sakit saat tahu perlakuan Silvia pada Yasmin. Dia sudah lalai menjaga Yasmin.
"Seharusnya sudah sejak dulu aku menceraikanmu. Jika bukan karena ibu yang terus mengancamku dan karena kamu sudah menyelamatkan ibuku. Harusnya aku tidak selemah itu. Harusnya aku mengakhiri rumah tangga kita. Dan aku sudah mengambil keputusan. Aku akan menceraikanmu secepatnya." Keputusannya sudah tidak bisa diganggu gugat lagi. Besok dia akan menyerahkan semuanya pada pengacara pribadinya.
"Kamu tidak bisa menceraikanku. Aku sedang hamil, Rey!" Desak Silvia.
"Aku tidak pernah mau menyentuhmu. Bagaimana mungkin kamu bisa hamil benihku. Kecuali, kamu gadaikan tubuhmu pada pria lain demi kepuasanmu." Reynald hendak pergi. Namun, Silvia segera menghalanginya.
"Lalu, apa kabarnya dengan Yasmin? Dia juga menggadaikan tubuhnya pada pria lain." Silvia tersenyum kecut.
Reynald berbalik dan menatap lekat-lekat Silvia.
"Dia memang melakukannya. Tapi, dalam keadaan terpaksa. Beda halnya denganmu. Asal kamu tahu, ketika ibu menyuruhku menikah denganmu aku berusaha mencintaimu. Menerima keadaanmu bahkan keadaanmu yang sudah tidak perawan lagi. Aku tidak pernah membahasnya karena aku menjaga perasaanmu. Semua yang aku lakukan, pekerjaanku dan semuanya aku lakukan demi ibu dan kamu. Sayangnya balasanmu sangat menyakitkan. Harusnya aku mendengarkan hati nuraniku untuk melepaskanmu dahulu. Hingga aku tak terjebak dengan masalah pelik seperti ini. Aku mencintai Yasmin, dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskannya!" ungkap Reynald menegaskannya.
Mendengar itu Silvia tak tinggal diam, dia mengambil sebuah gunting dari dalam laci nakas dan mengancam akan bunuh diri.
"Dari pada kamu menceraikanku, aku lebih baik mati!" Silvia mengancam menyakiti pergelangan tangannya sendiri.
"Aku tak peduli. Mungkin lebih baik kamu mati saja!" Reynald acuh lantas memilih pergi meninggalkan Silvia.
"Aaarrrggghhhh.." Silvia kesal melempar guntingnya ke lantai. Semakin sulit untuk menggapai kembali hati Reynald-nya.
"Harusnya aku membunuhmu saja, Jalang." Silvia berteriak histeris, menjambak rambutnya dan menenggelamkan dirinya ke atas tempat tidur.
Sebelum menjalankan mobilnya, Reynald termenung di dalam mobil. Dia memang memang lemah karena keadaan, karena ancaman Ambar sekaligus permintaan ibunya tersebut.
Silvia yang polos berubah menjadi Silvia yang penuh dengan ambisi.
Reynald sangat ingat betul ketika perselingkuhan Silvia terungkap. Dia sudah bertekad untuk menceraikan perempuan itu. Namun, Ambar memohon dan berakhir pada sebuah ancaman.
"Silvia sudah menyelamatkan Ibu. Jika kamu menceraikannya, sama saja kamu membunuh Ibumu ini. Lebih baik Ibu mati saja!" Saat itu Ambar berusaha mengakhiri hidupnya dengan meminum semua pil tidur.
Sosok Reynald yang tegas, arogan dan egois terkalahkan sudah dengan ancaman Ambar. Saat itu dia begitu sangat lemah. Janjinya pada Sang Ayah untuk menjaga ibunya kembali terngiang. Dan saat itu pula Reynald mengurungkan keputusannya menceraikan Silvia.
Hidupnya seakan hampa. Berjalan bersama mengarungi bahtera pernikahan yang sudah terkoyak tidaklah mudah. Meskipun perceraiannya batal, dia tetap merasakan tembok yang membatasi pernikahan mereka. Karena baginya, pernikahan yang telah ternoda tidak akan pernah sama lagi.
Bertahun-tahun menjalani pernikahan bahagia penuh kepura-puraan usai insiden menyakitkan itu tak membuat keadaan semakin membaik. Hubungan mereka kian membentang ketika hadirnya sosok Yasmin yang mulai bertahta di hatinya.
"Aku akan menceraikan Silvia. Aku tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi pada ibu. Aku juga berhak bahagia."
***
Coffe shop.
Sebuah map diserahkan Romi pada Reynald.
"Itu laporan yang anda minta kemarin," ucap Romi saat Reynald mengambilnya.
Reynald mengeluarkan isi dalam map tersebut. Beberapa kertas dan foto tentang data Silvia Mendadak senyumnya terbit dari bibirnya.
"Tapi, siapa pria ini?" Foto yang diduga teman dekat Silvia tertangkap kamera orang suruhannya Vino.
"Saya belum mendapatkan infonya, Pak."
Reynald manggut-manggut.
"Aku menunggu kabar selanjutnya. Dan semua tindakan Silvia akan membuatnya mendekam di penjara."
"Apa anda berniat melaporkannya?" tanya Romi terkejut.
"Kenapa tidak. Bukan hanya berusaha mencelakakan Yasmin. Tapi, dia sudah menggelapkan uang perusahaan. Rasanya itu sangat setimpal." Reynald tidak mau ambil pusing lagi. Dia harus bergerak membuat Silvia jera.
'Kamu terlalu ceroboh dan berambisi. Maafkan aku karena tidak bisa membantumu. Ini balasan untuk semua perbuatanmu,' batin Romi menyesalkan semua perbuatan Silvia.
***
"Sayang." Reynald melingkarkan tangannya di pinggang Yasmin. Semalaman Yasmin tidak bisa tidur karena menunggu keadaan ayahnya yang kembali koma.
"Mas, kamu sudah dari mana saja?" Yasmin berbalik, keduanya saling berhadapan satu sama lain.
"Aku sudah menemui Silvia," jawab Reynald singkat.
"Menemui? Mas tidak melakukan apa-apa kan padanya?" Yasmin kaget.
"Tidak. Aku hendak membunuhnya saja. Tapi, rasanya itu terlalu gampang jika mati begitu saja," jawab Reynald santai.
Yasmin terkesiap mendengar ucapan Reynald. Dia tidak mau suaminya bertindak nekat apalagi sampai membunuh.
"Mas, Mas tidak benar-benar melakukannya kan?" tanyanya cemas.
"Hahaha.. tidak. Aku hanya membuatnya jera. Dan hari ini surat gugatan perceraianku akan segera dilayangkan."
"Cerai? Mas, serius akan menceraikannya?"
"Tentu saja. Aku akan menceraikannya. Aku tidak bisa menundanya lagi. Jadi, jangan coba halangi aku!" Kali ini Reynald bicara sedikit tegas.
Yasmin menutup matanya. Dia tidak akan menghalangi jalan suaminya lagi. Jika memang keputusannya seperti itu. Dia hanya berharap apapun keputusannya itu yang terbaik untuk semua. Jangan sampai perceraian suaminya menjadi ladang pembuka masalah baru.
***
BERSAMBUNG...
JANGAN LUPA KOMEN YA..
aku takut ni jebakan ...
jgn smpai kmu mnyesal.
dan taruhannya rumah tanggamu bersama Renata....
smga aja mama mu kena serangan betulan ... krna tau sifat Silvia seperti apa..
jgn ya Rey....baca dlu isi surat nya .kli aja jebakan bedmen ... hahahhah