“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Cassandra
Daddy Chandra dan anak-anak sudah tiba di kediaman Maverley. Arasyi dan Marissa tak berani bersuara selama perjalanan pulang hingga keduanya hanya menghabiskan cemilan yang mereka beli sewaktu singgah di sebuah minimarket.
Mengerti jika suasana hati sang daddy sedang buruk Arasyi tak sekalipun membuat kericuhan di dalam mobil.
“Bunda cama ayah belum jemput, Ica nih” kata Marissa tiba-tiba.
“Bulu-bulu amat mau pulang, macuk dulu ! Ada bang Alka biasa jemput kalau ayah cama bunda nda jemput ! “ sahut Arasyi kesal.
Ya, Arasyi juga memanggil Tika dan Rafael dengan panggilan ayah bunda sama seperti Arka dan Marissa. Bukan hanya Arasyi, si kembar Avatur dan Avara pun ikut memanggil hal yang sama berbeda dengan ketiga kakak mereka yang terbiasa memanggil onti dan uncle.
“Mas, kamu kenapa ? “ tanya Audrey yang baru saja selesai mandi menatap heran suaminya.
“Mas lagi kesal sama neneknya Alaska, “
“Alaska ? Mas anterin Alaska balik ? Mas ketemu orang tuanya ? “ tanya Audrey ingin tahu.
“Iya, ibu Alaska ternyata sudah meninggal dunia. Ayahnya seorang duda, namun yang bikin mas kesal. Adik ipar sama mertua perempuan ayahnya ngatain anak kita memperalat Alaska untuk mendapatkan seorang duda ! “
“Ya, mas nggak terima lah. Amit-amit duda, iya kalau duda tajir melintir kalo duda kere BIG NO ! Mas nggak mau, “ pekik Daddy Chandra membuat istrinya terkejut.
Audrey menggosokkan pipinya yang sedikit berisi, lalu menatap ke arah suaminya dengan tatapan penasaran.
“Jangan natap mas kayak gitu, mas sudah bawa hal ini ke jalur hukum ! “ perkataan suaminya membuat Audrey membulatkan mata.
“Masss ?!! “
“Kamu belum ketemu sama mereka, kalau udah ketemu ngamuk kamu , “ ucap Daddy Chandra dan masuk ke dalam toilet yang ada di kamar mereka.
“Separah itu ? “ cicit Audrey, namun dia juga masih bingung akar permasalahan mana yang membuat suaminya membawa ke jalur hukum.
Sedangkan di sisi lain, Araska bersama putranya sudah berada di mansion keluarga Araska. Asisten Araska sudah kembali ke perusahaan untuk melakukan meeting bersama klien dari luar negeri.
“Bi, tolong temani Alas dulu. Saya mau ke ruang kerja, “ kata Araska lembut.
“Baik nak, “
Bibi Sari segera membawa Alaska ke kamar anak itu. Alaska hanya menurut, dia menenteng cemilan di tangannya. Araska tak bisa melihat kantong cemilan itu, namun karena tahu itu dibeli oleh pria paruh baya tadi akhirnya Araska membiarkan asal tidak sering mengkonsumsi.
Di dalam ruangan kerjanya, Araska menatap bingkai foto anak kecil yang memiliki senyuman manis menatapnya dengan tatapan binar.
Jari jemarinya mengusap foto tersebut dengan pelan. Sekelebat ingatannya berputar enam belas tahun yang lalu. Seorang anak laki-laki datang menemui anak perempuan untuk berpamitan ke luar negeri. Dia berjanji akan mencarinya saat dia kembali kekota ini.
Araska menghela nafas, kepalanya sedikit sakit saat kepingan ingatan itu kembali menghantuinya. Dia mencoba mengingat siapa sosok anak kecil yang dia janjikan di masa lalu.
Di sebelah foto anak kecil itu terdapat sebuah foto pernikahan Araska dengan mendiang istrinya. Istri yang dinikahinya sebagai balas budi karena telah menolong keluarga mereka yang mengalami sebuah kecelakaan.
Walaupun tidak mencintai mendiang istrinya, Araska tetap bertanggung jawab sebagai seorang suami.
“Cassandra Varenio, “ Araska menyebut nama lengkap mendiang istrinya pelan.
“Ahh, sudah empat tahun berlalu. Aku merasa kepergianmu sangat tidak wajar, “
“Maaf, saat kamu melahirkan aku tidak berada disisimu, bahkan saat Alaska lahir aku belum juga menemuimu, “
Araska mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sudah mencari keganjilan saat persalinan Cassandra. Dia menyimpan curiga dengan saudara kembar mendiang istrinya serta kedua orang tua mendiang istrinya.
**Flashback**
“Apa ma ?! Cassa melahirkan ? Bukan harusnya Cassa melahirkan bulan depan ? Kenapa dadakan seperti ini ! “ seru Araska khawatir.
“Mama tidak tahu, mama juga kaget. Mertuamu baru menghubungi mama, “
“Ma, tolong ! Tolong temani Cassa, Aras akan segera pulang ! Mama tolong jaga Cassa dan bayi kami ! Tunggu sampai Alas datang ! “ seru Araska dengan suara panik dan khawatir bersamaan.
“Baik, mama dan papa segera ke rumah sakit “
Panggilan terputus, Araska segera meminta asistennya agar mereka kembali ke kota J. Firasatnya mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan istrinya.
Sementara itu, di rumah sakit Cassandra berjuang untuk melahirkan bayinya tanpa ditemani oleh siapapun.
“Akhhhhh, sa–sakit ! “
“Tenang, nyonya tenang. Ikuti saya nyonya, “ kata dokter wanita itu menginterupsi agar Cassandra mengikuti dirinya.
“Sa-sakit dok, “ jerit Cassandra.
Dokter itu mengangguk paham, “ Nyonya Cassa, tarik nafas pelan-pelan… “
Cassandra mengikuti interupsi dokter Cindy. Dia menarik nafasnya pelan lalu menghembuskannya secara perlahan begitu seterusnya hingga proses persalinan Cassandra berjalan dengan lancar.
“Oek.. Oekk.. Oeekkk!! “ Lengkingan tangisan bayi itu terdengar hingga keluar.
“Nyonya, selamat bayinya laki-laki ! “ seru dokter Cindy.
Cassandra tersenyum kecil, sementara suster membersihkan bayinya sedangkan dirinya dibersihkan oleh dokter Cindy dan dua suster lainnya.
Beberapa menit setelah dimandikan, Suster itu memberikan bayi laki-laki kepada Cassandra yang masih terbaring dengan lemas.
“Nyonya, ini putramu” katanya.
“Terima kasih, sus. “ Lalu tatapan Cassandra beralih kepada dokter Cindy yang sudah selesai dengan pekerjaannya.
“Dokter, “
“Ya, nyonya ada yang bisa saya bantu ? “ tanya Dokter Cindy.
“Dokter, saya bisa minta tolong untuk… “
Cassandra memberikan sesuatu kepada Dokter Cindy. Dia memintanya untuk disimpan, sembari meminta sebuah kertas dan pulpen untuknya menulis. Setelah itu, tak lama keluarga Cassandra masuk dengan wajah masam.
Terjadi cekcok di antara mereka, hingga terjadilah dimana Cassandra kehilangan nyawanya tepat saat kedua orang tua Araska tiba.
Flashoff.
“Alaska, mamimu menyematkan nama itu dan papi memberikan namamu secara lengkap Alaska Dirgantara, “ ucap Araska lirih.
Dia tidak tahu mengapa mendiang istrinya memberikan nama Alaska pada putra mereka. Lama menatap foto bayi putranya, Araska menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya dan memejamkan kedua matanya.
“Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Cassa? “
*
*
*
*
Disisi lain, Alana tengah kesal dengan pekerjaannya yang menumpuk. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, dia sudah bosan melihat berkas-berkas yang sengaja ditumpuk oleh asistennya yang tiba-tiba saja izin untuk pergi menemui kekasihnya.
Alana berhenti sejenak, bibirnya mengerucut kesal. Lalu dia membuka ponselnya yang sedari tadi tidak dia sentuh. Wajah kesalnya seketika menjadi sangat kesal saat melihat postingan calon kakak iparnya.
“KAKAK IPARRRRRR, KATAKAN KEPADA KEKASIHMUUUUUU !! SUDAHI ACARA KENCAN KALIAAANNN, BANTU ADIK MANISMU INIIIII !!! “
Alana mengirimkan whatsapp kepada calon kakak iparnya.
“Gimana rasanya pacaran ya ? Huh, andai saja… akhhh kenapa ingat rempeyek itu sihhh !! Kan dia ingkar janji sama Ana !! Hahhh, jika suatu saat ketemu, Ana pastikan menolaaaakkkk dilamar !! Eh, tapi kalau dia udah nikah ? Ana gimana dong ? “ ucapnya bingung.
“Masa nunggu dudanya, jamuran dong ! “