Pembaca baru, mending langsung baca bab 2 ya. Walaupun ini buku kedua, saya mencoba membuat tidak membingungkan para pembaca baru. thanks.
Prolog...
Malam itu, tanpa aku sadari, ada seseorang yang mengikuti ku dari belakang.
Lalu, di suatu jalan yang gelap, dan tersembunyi dari hiruk-pikuk keramaian kota. Orang yang mengikuti ku tiba-tiba saja menghujamkan pisau tepat di kepalaku.
Dan, matilah aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Bogel Beneran Sakti.
Adzan Isya berkumandang, ini hari berikutnya, aku sedang di rumahku yang lama, di Ba'an. Dan sekarang aku Melihat dan merekam adegan demi adegan bagaimana Bogel memperagakan kesaktiannya. Dia juga sesekali menyuruh Pak Ponijan untuk membacok tubuhnya. Dan ajaibnya, luka di bekas bacokan tadi perlahan menutup dan sembuh tanpa meninggalkan bekas. Kadang juga dia mengeluarkan api dari tangannya, dan lain sebagainya.
Sampai di jam sembilan malam, mereka masuk ke dalam rumah Bogel. Dan Pak Bejo sama sekali tidak terlihat batang anunya dari kemarin. Sekarang, aku memasang handycam milik Angga di rumahku yang lama. Dan tak lupa aku membawa power suplai supaya handycam itu tak kehabisan baterai. Setengah jam kemudian aku memutuskan untuk pulang. Karena sekarang sudah cukup larut malam.
Nex
"Itu siapa Yon?" tanya Angga saat melihat isi rekaman video yang ada di handycam nya. "Dia takjub dengan adegan pembacokan dan sembuhnya luka itu secara perlahan.
"Entah. Aku rasa mereka pemain debus Banten yang ingin tampil di suatu tempat." jawabku ngasal.
"Lha, itu di mana? Kok bisa bisanya Elu merekam mereka secara diam diam?"
"Hahaha. Akhir akhir ini aku nonton atraksi debus. Aku ingin membongkar trik mereka. Makanya aku diam diam merekam mereka. Siapa tahu saat mereka latihan, mereka melakukan kesalahan dan aku menemukan triknya."
"Hoo. Bogono.. I see. I see. Tapi, tunggu dulu. Sepertinya aku kenal si tukang bacoknya deh."
"Haa? Kenal? Kenal di mana? Siapa namanya. Tinggal dimana? Anaknya siapa? Kerjanya apa? Maunya apa?" dan Angga memukul kepalaku dengan buku catatannya.
"Dia kayaknya yang tinggal di rumah bobrok yang kamu masukin beberapa hari yang lalu deh."
"Eh? Serius?
"Aku tidak yakin sih, kalo misalnya ketemu secara langsung mungkin bakalan bisa meyakinkan dia atau bukan."
"Ok, hari ini tidak aku bawa dulu handycam nya. Pastikan rekaman rekaman videonya jangan sampai ke hapus ya?"
"Ok, ok... Lagipula, cuma elu deh yang maenin ini kamera. Tapi, aku pastikan ga bakalan di otak Atik sama yang lain."
Nex
Hari ini, aku hanya ingin memastikan satu hal saja. Bukan di Ba'an, tapi di ruang rahasia yang ada di rumahnya Pak Jatmiko. Buku, orang misterius yang aku lihat di rumahnya Pak Jatmiko sesaat sebelum di selamatkan nya lara korban selamat, dia membaca sebuah buku. Aku ingin tahu, buku apa yang dia baca.
Hoi tong?
Hoi?
Lu ga ngomongin tentang buku itu ke para polisi?
Mereka ga mau mendengarkan bro. Soalnya, buku buku di rak itu cuma buku novel semuanya. Itu menurut mereka sih. Tapi sepertinya mereka emang ga memeriksanya.
Nex
Police line bukan halangan buatku untuk memasuki rumah Pak Jatmiko. Rumah itu sudah di beli oleh Pak Kumis, dan sepertinya kalau kasus ini benar benar selesai, dia bakalan pindah ke rumah ini. Tapi, aku masih memegang kunci cadangannya.
Buku, buku ,buku. Benar, cuma ada novel novel jadul saja. Ga ada yang aneh, semuanya tertata rapi dan...
Meja itu berdebu tebal. Tapi, di salah satu sudut, adanya ada yang tidak berdebu sama sekali. Aku meraba bagian itu. Dan.
Klik! Tombol rahasia! Dan di bagian yang tidak berdebu tadi muncul sebuah laci. Laci itu di buat secara presisi sehingga tidak terlihat bila tidak di perhatikan secara seksama.
Aku membuka laci meja itu. Dan, aku menemukan buku. Buku yang sama persis dengan milikku, buku yang aku ambil bersamaan dengan buku harian Mark Jansen. Ya, buku kitab iblis milik Bogel.
Bulu kudukku langsung berdiri. Dan hawa dingin tiba tiba berhembus di leherku. Seolah ada seseorang yang lewat di belakangku dan meniup tengkuk ku.
Nex
Kung jalangkung, di sini ada pesta, pestanya kecil kecilan. Datang tak di jemput, pulang tak di antar.
Yak, tadi adalah salah satu mantra sihir di kitab iblis ini. Sama persis dengan yang aku dapatkan di rumahnya Bogel lima puluh tahun yang lalu. Aku baca baca buku itu lagi dan lagi. Ilmu Kanuragan, dan lain sebagainya. Dan tata cara, dan syarat syaratnya tertulis jelas.
Astaga, selama ini aku hanya menganggap kitab iblis milik Bogel itu hanya bualan belaka. Tapi, ternyata bukan cuma bogel saja yang punya, ini buku milik Pak Buang atau pun juga milik Pak Ponijan. Aku masih kurang tahu.
Ga apa lah. Tak simpan saja buku ini, sepertinya ini terlalu bahaya untuk di miliki orang orang yang tabiat nya sama dengan Bogel Dan Kawan Kawannya.
Nex
Saat di rumah, aku menaruh buku ini berdampingan dengan kedua buku yang aku ambil di rumah Belanda di bawah lembah. Setelah itu, aku memeriksa kembali rekaman video yang ada di handphone.
Saat melihat penampakan hantu Bogel di bab bab terakhir buku pertama. Penampilan Bogel sama persis dengan yang ada di video ini. Apa ini? Apa maksudnya ini? Dia sudah mati dengan kepala terpenggal. Kenapa dia bisa hidup lagi? Ataukah dia hanya orang yang mirip saja dengan Bogel dan kebetulan juga namanya sama?
Itu tidak mungkin, tidak ada namanya kebetulan yang seperti itu!!
Nex
Keesokan harinya. Waktu berangkat ke sekolah bareng Udin, Angga dan Ayu menunggu di depan rumahnya. Dika Lenny pun terlihat di seberang jalan sana. Setelah berbincang, kami pun berangkat ke sekolah bersama sama kecuali si Ayu, dia masih SD. Wkwkwkw. Levi, menunggu kami di bawah pohon beringin kembar yang fenomenal di buku pertama.
"Genderuwo?" tanyaku ke Udin saat di dalam kelas. "Apa lagi ini?"
"Iya Yon. Bukan cuma Genderuwo saja. Tapi juga ada kuntilanaknya, dan lain lain." jawab Udin, pembicaraan kami menjadi pusat perhatian para siswa satu kelas.
"Di mana?" Tanya Angga.
"Di kampung mati. Itu tuh, yang ada di timur kampung ku." jawab Udin. Aku menelan ludah, karena yang dia maksud adalah kampung Ba'an itu. "Kemarin, aku seperti mendengar suara aneh saat pulang dari warung nya Lenny.
Gini lengkapnya. Waktu itu aku lewat pos jaga di depan gerbang masuk ke kampung mati itu. Saat menyapa pak sekuriti disana. Aku mendengar suara orang... Bukan orang ya, karena suaranya nyeremin.... Sedang mengerang keras. Waktu aku tanya ke pak sekuriti tadi, dia bilang tidak mendengar apa apa. Jadi, aku memutuskan untuk memeriksanya sendiri an. Sebenarnya, pak sekuriti itu sudah melarang ku, tapi aku bersikeras dan berjalan menuju kampung mati itu.
Nah, saat berada di gerbang lama kampung mati itu, aku melihat ada Genderuwo sedang duduk di atas atap gerbang itu. Dan ada dua pocong sedang berdiri berhadapan di bawahnya. Lalu... kuntilanaknya sedang... Apa ya namanya... Eng, ber Asyik Masyuk dengan sosok yang aku ga tau itu apa. Dan sosok aneh itulah yang mengerang."
"Asyik Masyuk?" tanya Levi.
"Engg. Anu... Adegan dewasa mirip di film film jepang." jawab Udin sambil menundukkan kepalanya.
"Waahhh.. Ketahuan, Udin suka nonton bokep!!" teriak Dika. Dan di susul suara riuh para murid kelasku.
"Kelihatan bohong nya." kata Lenny ketika suasana sudah sedikit tenang. "Mana percaya kami ada setan lagi begituan."
"Iya, benar. Mungkin karena otakmu sudah teracuni oleh film bokep, makanya Elu ngebayangin hal itu." sahut Lenny, yang di sambut tawa seisi kelas. Dan di saat itulah, Pak Nur sang wali kelas memasuki kelas kami. Dan kelas menjadi hening seketika.