Menikah dengan lelaki yang dia cintai dan juga mencintainya adalah impian seorang Zea Shaqueena.
Namun impian tinggalah impian, lelaki yang dia impikan memutuskan untuk menikahi perempuan lain.
Pergi, menghilang, meninggalkan semua kenangan adalah jalan yang dia ambil
Waktu berlalu begitu cepat, ingatan dari masa lalu masih terus memenuhi pikirannya.
Akankah takdir membawanya pada kebahagiaan lain ataukah justru kembali dengan masa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman
Varro terdiam melihat orang yang ingin dia temui saat ini sudah ada di depan matanya.
"Masuklah" Ucap orang itu.
Setelah menutup pintu, varro berjalan menghampiri atasan papanya itu.
"Duduklah, varro" ucapnya tersenyum.
"Ada apa kau mencari ku?"
"Saya hanya ingin meminta keringanan waktu untuk mengganti kerugian yang kalian tuduhkan pada ayah saya" ucap varro tanpa basa basi.
Pria itu terkekeh mendengar permintaan varro.
"Papa mu menggelapkan dana proyek. Apa kau tau, sekarang proyek itu dihentikan sementara sampai papa mu mengembalikan dana itu."
"Cukup baik saya memberi waktu pada papa mu untuk mengembalikannya. Bisa saja saya minta besok dana itu sudah kembali ke tangan saya"
Mendengar itu varro mengepalkan kedua tangannya, mencoba menahan amarahnya.
"Uang sebanyak itu tidak mudah untuk mendapatkannya. Tolong berikan keringanan pada kami" Varro kembali meminta, dia sudah cukup menurunkan harga dirinya.
Tidak langsung menjawab, pria itu menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya
"Saya punya penawaran menarik untuk kamu." ucapnya.
Varro mengerutkan keningnya, menatap lekat pria itu seolah bertanya.
"Menikahlah dengan anak saya" ucapnya enteng.
"Maaf saya tidak bisa" sanggah varro tanpa banyak berpikir.
"Kalau begitu, silahkan kembalikan dana perusahaan dalam waktu satu minggu"
"Kalau dalam waktu satu minggu kalian belum mengembalikannya. Saya akan membawa kasus ini ke meja hijau. Atau pilihan mudahnya, menikah dengan sela anak saya." ucapnya menatap remeh pada varro.
"Ini pasti rencana kalian menjebak kami. Saya bisa melaporkan ini atas kasus pencemaran nama baik."
"Silahkan saja, saya tidak takut" ucapnya kemudian melempar sebuah berkas ke hadapan varro.
Varro langsung membukanya, didalamnya terdapat foto-foto dirinya bersama sela di kamar waktu itu. Dan beberapa lembar salinan data keuangan.
Dengan emosi yang membuncah, varro merobek berkas beserta foto ditangannya.
"Kalian benar-benar manusia picik" dengan kasar varro berdiri berbalik menuju pintu keluar.
"Pikirkan lagi baik-baik, saya tunggu" ucapnya sebelum varro benar-benar keluar dari sana.
"Varro" jimmy menyadarkan varro dari lamunannya.
Varro mengalihkan pandangannya melihat jimmy "Ada apa?"
Jimmy menyodorkan amplop surat pada varro.
Varro membacanya "Dari pengadilan"
"Iya, baru saja diantar"
"Baguslah, lebih cepat lebih baik." sahutnya kemudian menanda tangani surat gugatan perceraian tersebut.
"Tentu saja, bukankah kau ingin semuanya cepat berakhir, dan segera mengejar kembali cintamu yang lama pergi" mendengar itu varro hanya tersenyum simpul.
.
.
.
.
Pagi hari, zea membuat janji kembali dengan jesica untuk menunjukan design hasil karya tangannya.
Zea sampai di butiknya agak siang, pukul 9 dia sampai disana.
"Udah selesai design nya ze?" tanya shanum saat zea masuk ke ruangannya.
"Udah. Aku udah telpon klien buat datang nanti." ucapnya melihat jam di ponselnya
"Mungkin bentar lagi" ucapnya kemudian
"Tinggal ini terakhir kan? semua udah beres tinggal proses jahit"
"Hmm. Setelah ini, bisa kita tinggal ke paris.Sisanya kita serahin sama lily, dia bisa dipercaya untuk hal itu" sahut zea.
"Kapan kita pergi?"
"Besok, atau lusa"
"Kalau lusa kita bisa berangkat sama kak bryan sekalian. Gimana?" tanya shanum
Zea terdiam tak langsung menjawab
"Lagian, disana kita belum ada tempat tinggal ze palingan nginep di hotel. Kan kalo sama kak bryan kita bisa nebeng di apartemennya" lanjut shanum
"Yang ada malah ngerepotin kakak kamu shan" zea mendelik
"Yaelah ze, kak bryan paling suka kalo direpotin" shanum terkikik
tok
tok
obrolan mereka terhenti saat pintu ruangannya di ketuk
"Masuk"
"Haloo" jesica masuk dan menyapa mereka
"Oh hi" sahut zea
"Gimana, udah selesai?" tanya jesica pada zea setelah duduk berhadapan.
"Sudah, coba dilihat barangkali ada yang kurang." zea memberikan design hasil gambarnya.
"Woww.. sesuai ekspetasi" tatapan matanya terlihat berbinar bahagia
"Kayanya gak ada yang perlu ditambah lagi, semuanya udah sempurna, saya suka" ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari design gaun tersebut.
"Baiklah, untuk design sudah deal. Sekarang kita ke bagian pemilihan kain." ajaknya lalu beranjak keluar dan menuju bagian samping.
Disana terdapat banyak macam kain-kain untuk pembuatan gaun dan lainnya.
Cukup menyita banyak waktu untuk pemilihan kain yang tepat sekaligus pengukurannya.
"Nanti kalau sudah finish, pihak kami akan kembali menghubungi untuk fittingnya."
"Baik, saya tunggu. Kalau begitu saya permisi dulu." pamitnya
"Silahkan."
.
.
Di ruangannya zea memanggil lily untuk menghampirinya.
tok
tok
"Permisi miss"
"Iya masuk ly"
"Ada apa ya miss?" tanya lily penasaran
"Begini ly. Lusa saya sama shanum akan pergi ke paris. Saya belum tau berapa lama disana. Untuk itu saya minta tolong kamu untuk memantau bagian produksi juga. Jangan sampai ada kesalahan. Saya percayakan semuanya sama kamu." pinta nya
"Baik miss"
"Kalau ada hal urgent jangan ragu segera hubungi saya"
"Iya, baik." lily menganggukan kepalanya mengerti.
"Yasudah, itu saja. kamu bisa kembali"
"Kalau begitu saya permisi"
Zea menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya. Mengusap perut menyapa kedua janinnya.
Teringat dengan kedua orang tuanya, zea lupa belum memberitahu mengenai rencananya untuk membuka butik di paris.
Mengambil ponselnya lalu mulai menghubungi mama nya. Dering pertama tidak ada jawaban "Mama tumben banget gak angkat telpon" kembali mencoba menghubungi namun tetap tidak di angkat juga.
"Ck" zea berdecak kesal. Kemudian mencoba menghubungi nomor telpon papa nya, baru dering pertama sudah terdengar suara papa nya.
"Halo sayang, kenapa?"
"Mama kemana? aku telpon gak diangkat."
"Kenapa ze? ponsel mama di kamar, ini mama lagi di bawah sama papa." Zea mendengus mendengar suara mama nya.
"Tumben banget, biasanya juga dibawa kemana-mana." Dari suaranya zea terdengar sangat kesal sekali.
"Ya tuhan, kamu kenapa jadi marah - marah gitu sih ze." Di seberang sana mama lisa mengerutkan keningnya heran dengan kekesalan putrinya.
"Ya abisnya mama aku telpon berulang kali gak diangkat -angkat." seru zea
"Ini kan udah mama jawab. Ada apa ?"
"Lusa aku mau ke paris." ucapnya singkat.
"Ngapain?" mama lisa semakin di buat bingung.
"Rencananya sih mau buka butik disana." zea menjawab enteng tanpa tau keterkejutan mama nya.
"ZEA!! MAMA MINTANYA KAMU BUKA BUTIK DISINI, BUKAN DI PARIS. KAMU NGERTI BAHASA MANUSIA APA TIDAK??"
Reflek zea menjauhkan ponselnya, telinganya terasa mendengung seketika mendengar teriakan mamanya.
"Maksud kamu gimana ze?" kali ini papanya yang bicara.
"Aku udah merencanakan soal ini dari lama. Dan ya aku putusin sekarang, lusa aku ke sana mau nyari lokasinya dulu." ucapnya menjelaskan
"Kenapa nggak buka butiknya di sini aja?"
"Setelah ini ya pa. Setelah butik aku di paris berjalan dengan baik. Nanti aku pikirin lagi untuk buka butik di sana."
"Di sana kamu punya kenalan atau kamu mau coba sendiri nyari lokasi disana?"
"Papa ingat shanum kan? nah, kebetulan kakaknya tinggal di paris jadi nanti dia yang bantuin aku buat nyari tempatnya."
"Yasudah, papa selalu dukung kamu. Semoga berhasil ya sayang."
"Makasih papa, i love you"
Terdengar mama nya menggerutu di sana, zea terkekeh mendengarnya.
"Love you too sayang"
Zea memutuskan panggilan telponnya, kemudian meraih tasnya bergegas keluar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...