NovelToon NovelToon
Selamat Dari Tumbal Pesugihan

Selamat Dari Tumbal Pesugihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Kumpulan Cerita Horror / Tumbal
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Entah dari mana harus kumulai cerita ini. semuanya berlangsung begitu cepat. hanya dalam kurun waktu satu tahun, keluargaku sudah hancur berantakan.

Nama aku Novita, anak pertama dari seorang pengusaha Mabel di timur pulau Jawa. sejak kecil hidupku selalu berkecukupan. walaupun ada satu yang kurang, yaitu kasih sayang seorang ibu.
ibu meninggal sesaat setelah aku dilahirkan. selang dua tahun kemudian, ayah menikah dengan seorang wanita. wanita yang kini ku sebut bunda.
walaupun aku bukan anak kandungnya, bunda tetap menguruku dengan sangat baik.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Kereta tiba di Stasiun Jogja tepat pukul 5 sore. Bergegas aku ke luar stasiun, lalu mencari moda transportasi untuk mengantarku ke rumah Tante Maria. Dari alamat yang diberikan bunda, letaknya tidak terlalu jauh dari stasiun.

Sebuah taksi melintas di depanku. Dengan cepat kulambaikan tangan untuk memberhentikannya. Lalu, aku bertanya tentang alamat yang dituju. Sang supir pun menyanggupi untuk mengantarku.

Di dalam taksi, aku terus menatap ke luar jendela. Menikmati suasana Jogja menjelang petang. Perasaanku tenang sekali. Sudah dua minnggu terakhir ini, tidak merasakan hal seperti ini.

Taksi memasuki daerah perumahan dengan rumah minimalis. Kuperhatikan alamat yang tertulis di secarik kertas. Mengecek blok dan nomor rumah. Setelah agak berkeliling sedikit, aku pun tiba di tempat tujuan.

Saat turun dari taksi, aku sempat terdiam sejenak. Memperhatikan pintu depan yang sedikit terbuka. Kemudian berjalan sambil menarik koper serta menggendong ransel, mendekati pintu depan.

Ting! Tong!

Kutekan bel yang terletak di dekat pintu. Tak lama, Tante Maria membuka pintu. Dia tampak terkejut dengan kehadiranku. Terakhir kali kami bertemu, saat pemakaman Kevin.

"Novita?" sapanya heran.

"Tante, maaf, Novita datang gak bilang-bilang."

"Masuk dulu ke dalam!" Tante membantuku membawa koper ke dalam.

Aku diminta duduk di ruang tengah, sementara itu Tante Maria pergi ke dapur untuk mengambil minum dan cemilan.

"Kamu udah makan?" tanyanya.

"Udah, tadi di kereta," balasku.

"Rio ke mana, Tante?" Aku menanyakan keberadaan anak sulungnya, yang umurnya tidak jauh dariku.

"Dia sih lagi maen, pulangnya pasti malem."

"Novita belum cerita. Kenapa tiba-tiba datang ke sini," ucap Tante Maria.

"Bunda yang suruh aku ke sini."

"Mbak Hani? Sudah sadar?" Tante Maria terkejut dengan ucapanku.

"Udah, tapi ...." Ada keraguan saat aku ingin menceritakan semuanya pada Tante Maria. Namun, dia perlu tau tentang apa yang terjadi pada kakak kandungnya.

"Tapi?"

Aku mulai menceritakan semua. Mulai dari kedatanganku ke Indonesia sampai kejadian tadi pagi. Saat ayah memaksaku pulang ke Jerman. Kulihat wajah Tante Maria, yang awalnya sedih sambil sesekali menyeka air matanya. Kemudian sorot matanya berubah menjadi marah.

"Ya ampun, kenapa Mas Tedi setega itu. Tante gak nyangka sampe segitunya."

"Iya, Tan. Tolong banget, kalau ayah tanya Novita ada di sini. Jawab gak ada, Ya."

"Pasti, Sayang. Kamu gak usah khawatir."

Tante Maria mengajakku ke sebuah kamar kosong di rumahnya. Akhirnya aku bisa merebahkan tubuh, setelah mengalami hari yang sulit ini. Rasa lelah membuatku mengantuk, lalu tertidur.

*

Aku terbangun. Jam dinding menunjukan pukul sembilan malam. Lalu, bangkit dan berjalan ke luar kamar.

"Dah bangun, Lu!" sapa Rio yang sedang duduk menonton televisi.

Aku hanya bisa tersenyum, membalas sapaannya.

"Gw kira dah balik ke Jerman," imbuhnya.

"Belum, Yo. Paling 5 hari lagi," balasku seraya duduk di sofa, di dekatnya.

"Tante ke mana?" sambungku.

"Lagi di dapur. Abisnya lu kaya kebo tidurnya. Dibangunin makan malem, kagak bangun-bangun."

"Kecapean tadi, bawa barang segitu banyak. Naek turun taksi trus kereta."

"Ada apa sih, Ta?"

"Emang tante belum cerita?"

"Udah sih."

"Ya udah, ngapain nanya lagi!"

"Basa-basi doang," ucap Rio disertai tawa. Aku pun ikut tertawa. Sambil mengingat-ingat kapan terakhirku bisa tertawa. Ternyata pilihan bunda sangat tepat, memintaku tinggal sementara di sini.

Tante Maria datang dari dapur, membawa semangkuk mie rebus.

"Kirain belum bangun," ucap Tante Maria saat melihatku.

"Maaf, Tante. Tadi tidurnya kebablasan."

"Gak apa-apa, tante tau kok kalau kamu capek. Oh ya, kalau mau makan nanti tante bawain ke sini."

"Gak usah, nanti Novita ambil sendiri aja."

Aku bangkit, lalu pergi ke dapur. Mengambil gelas di rak.

Prank!

Gelas terlepas dari genggamanku. Aku hanya berdiri mematung, sambil menatap area dekat dispenser. Sangat yakin sekali, tadi kulihat si Wanita Kebaya Hitam sedang berdiri di sana.

"Ada apa, Novita?" tanya Tante Maria menghampiriku.

"Tante ...." Aku menatap tante dengan wajah cemas.

"Biar nanti tante beresin, kamu balik ke ruang tengah aja."

Aku berjalan ke ruang tengah.

"Napa, Lu? Baru dateng dah mecahin gelas aja," ucap Rio sambil tersenyum.

Aku tidak menjawabnya. Langsung duduk di sofa.

"Ada apa sih?" tanyanya lagi.

Aku melirik padanya, sedikit melebarkan mata. Tanda agar dia berhenti bertanya.

Tak lama, tante menghampiriku sambil membawa sepiring nasi beserta lauk pauknya dan segelas air.

"Makan dulu, Novita," ucapnya sambil meletakan piring dan gelas di atas meja.

"Ya, makan dulu. Jangan dipecahin lagi tapi," canda Rio.

"Stt ...." Tante meminta Rio untuk diam.

*

Selesai makan, aku meminta izin untuk kembali ke kamar. Soalnya perasaan ini semakin tidak enak.

"Apa mungkin si Wanita Ular itu mengejarku sampai sini?" tanyaku dalam hati.

Kuambil ponsel di saku ransel, mencoba mengaktifkannya lagi. Ternyata masih sama, semua notifikasi berasal dari telepon ayah yang tidak kuangkat.

Saat sedang asik berselancar di dunia maya. Tiba-tiba ada telepon masuk ... dari ayah. Dia masih belum juga lelah meneleponku.

"Novita, pulang, Sayang," ucapnya saat kuangkat telepon.

"Dibilang jangan telepon Novita lagi!" hardikku.

"Ayah mohon, waktunya sebentar lagi. Kalau kamu gak pulang ke Jerman bisa bahaya," balasnya.

"Novita gak peduli."

Kriet!

Pintu kamar terbuka, Tante Maria menunjukan wajahnya dari balik pintu.

"Mas Tedi?" bisiknya seraya berjalan menghampiriku.

Aku pun mengangguk pelan. Lalu mengaktifkan loud speaker. Tante Maria mendengarkan perdebatanku dengan ayah. Mungkin karena sudah tak tahan mendengar ucapan ayah yang terus berputar-putar. Tante Maria pun akhirnya berbicara.

"Novita ada di rumah saya!" ucap Tante Maria mendekati ponsel.

"Siapa ini?" tanya Ayah.

"Maria." Tentu ayah sangat mengenal adik kandung dari istrinya.

"Kalau mau bawa Novita. Sini ke Jogja! Sekalian ada yang mau saya omongkan," lanjut Tante Maria.

Tak ada balasan dari ayah.

"Saya segera ke sana," ucap Ayah.

"Kirim alamat rumahnya!" sambungnya.

Aku melirik ke arah Tante Maria. Wajahnya terlihat memerah, menahan amarah. Dia pun menyebutkan alamat lengkap rumah ini.

"Kamu tenang aja," ucapnya pelan padaku yang mulai khawatir.

"Oke."

Kumatikan telepon.

"Tante kenapa ngasih tau ayah," keluhku.

"Biarin aja dia ke sini. Tante pengen liat mukanya!" balas Tante Maria yang terlihat masih kesal.

"Kamu istirahat aja." Tante Maria ke luar kamar.

Sudah pukul 11 malam, aku berbaring sambil menuntup mata berusaha untuk tidur. Tidak lupa menyalakan lampu kamar.

*

Aku bangkit, berjalan menuju kamar mandi. Saat kembali dari kamar mandi, kulihat ada sosok yang sudah duduk di tempat tidur, membelakangiku.

Sosok yang pasti kukenal, si Wanita Berkebaya Hitam alias Wanita Ular. Spontan aku menghentikan langkah, berdiri di dekat pintu kamar mandi.

"Kamu tidak bisa lari, Novita," ucapnya seraya berdiri dan membalikan badan. Hanya dalam kedipan mata, dia sudah berdiri di hadapanku. Sementara itu, tubuhku seakan-akan dikunci olehnya.

"Tante! Tolong!" teriakku.

"Tante!"

Pupil matanya mengecil dan berubah menjadi kuning, seperti seekor ular. Mulutnya menganga, menunjukan dua gigi taring yang panjang. Dia pun mendesis. Lalu, menancapkan gigi taringnya ke leherku.

"Argh!" Aku berteriak kencang dan terbangun dari mimpi buruk ini.

"Belum saatnya." Terdengar suara bisikan, sesaat setelahku membuka mata.

Bergegas aku lari ke luar kamar. Rio yang masih menonton televisi di ruang tengah menatapku heran.

"Napa lu? Kaya abis maraton," celotehnya.

"Kagak. Gw cuman gak bisa tidur aja," balasku seraya duduk di sofa.

Ternyata, bukan hanya aku saja yang tidak bisa tidur. Tante Maria pun seperti itu. Dia pun ikut duduk di depan televisi.

"Pada kenapa sih?" tanya Rio heran.

"Mamah juga gak bisa tidur," balas Tante Maria.

"Wah begadang rame-rame dong ini," ucap Rio.

*

Pagi menyapa, aku membuka mata. Ternyata semalam, kami semua tertidur di ruang tengah. Aku bangkit, merasakan leher yang pegal karena tidur di sofa. Lalu, berjalan perlahan melewati tubuh Rio yang masih tidur di lantai. Menuju kamar.

Kuambil ponsel yang masih tergeletak di atas tempat tidur. Semalam, ponselnya sengaja aku bisukan. Terlihat notifikasi pesan dari ayah.

[Novita, ayah ke sana sekarang]

Begitu bunyi pesannya di salah satu aplikasi chat, sekitar pukul 12 malam. Jika dia benar-benar akan ke sini, seharusnya sudah sampai. Karena perjalanannya hanya kurang lebih 4 jam. Sedangkan sekarang sudah pukul 8 pagi dan dia masih belum datang juga.

*ponselku berbunyi*

Sebuah sambungan telepon dari nomor tidak dikenal. Kucoba angkat teleponnya.

"Halo, Novita," sapa Suara dari balik telepon.

"Halo. Ini nomor siapa ya?" balasku.

"Ini Om Pras." Adik kandung ayah.

"Ya, ada apa Om telepon pagi-pagi?" tanyaku heran.

"Apa kamu gak tau? Kalau Ayah kamu kecelakaan?"

"Kecelakaan?"

"Kecelakaan tunggal di tol arah ke Jogja."

"Terus kondisinya bagaimana?" Walaupun aku sangat membenci, tetap saja ada sedikit kekhawatiran.

"Ayahmu meninggal di tempat."

1
Siti Yatmi
serem ih...kasian kevin sm leon...dijadiin tumbal..kaya sebentar doang..hidup ga lama mati..amit2
Raffa Rizki
Luar biasa
Siti Yatmi
serem ihh..kasian si mbok...
Siti Yatmi
kasian bunda juga jd korban....
Aditya Pratama
Bagus ceritanya
kagome
aq juga bisa klo cuma nasi sama mie apalagi masak aer pinter aq thor🤣
Siti Yatmi
ksian..pdhl dia ibu tiri yg baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!