NovelToon NovelToon
Kencan Buta Terakhir

Kencan Buta Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Park Eun-mi, seorang gadis Korea-Indonesia dari keluarga kaya harus menjalani banyak kencan buta karena keinginan keluarganya. Meski demikian tak satupun calon yang sesuai dengan keinginannya.

Rayyan, sahabat sekaligus partner kerjanya di sebuah bakery shop menyabotase kencan buta Eun-mi berikutnya agar menjadi yang terakhir tanpa sepengetahuan Eun-mi. Itu dia lakukan agar dia juga bisa segera menikah.

Bagaimana perjalanan kisah mereka? Apakah Rayyan berhasil membantu Eun-mi, atau ternyata ada rahasia di antara keduanya yang akhirnya membuat mereka terlibat konflik?

Yuk! Simak di novel ini, Kencan Buta Terakhir. Selamat membaca.. 🤓

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 19

Eun-mi terisak di dalam mobilnya. Di sampingnya ada Asna yang memandanginya dalam diam. Tiba-tiba Asna menyalakan kamera ponselnya lalu membidik Eun-mi.

Eun-mi seketika terdiam mendengar nada jepretan kamera kemudian menatap bingung pada Asna. Asna hanya mendekatkan layar ponselnya pada Eun-mi kemudian berkata.

"Kamu jelek"

Sontak Eun-mi melotot tak terima dan merampas ponsel Asna. Diamatinya foto dirinya yang sedang menangis tadi, lalu ia pun menghela nafas.

"Iya, kamu benar. Aku jelek banget kalo nangis", kini dia malah terkekeh seraya menghapus air matanya yang masih tersisa.

"Tapi hasil foto kamu bagus. Memang ya kalo sudah pro sejelek apapun objeknya, tetap aja hasilnya oke", puji Eun-mi tersenyum, sepertinya sudah lupa dengan apa yang ditangisinya tadi.

"Gak ada niatan nerusin cita-cita kamu? Sayang kan? Sudah ngabisin banyak waktu, tenaga sama biaya kalau akhirnya cuma jadi kasir di toko roti", ucap Eun-mi seraya mengembalikan ponsel Asna.

Asna menatapnya sebentar kemudian matanya kembali lurus menghadap kaca depan mobil. Entah apa yang dipikirkannya.

"Aku senang jadi kasir", hanya itu jawaban yang diberinya untuk Eun-mi.

Eun-mi hanya bisa menghela nafas sambil tersenyum.

"Baiklah, terserah kamu saja. Ayo, kutraktir makan malam", ujarnya seraya melajukan mobilnya.

********

Rayyan baru selesai sarapan, tapi hanya sendiri karena Eun-mi belum juga datang ke toko hari ini. Entah karena ada urusan di perusahaan, atau mungkin dia masih kesal pada Rayyan. Akhirnya jatah Eun-mi ia berikan pada yang lain, tapi tentu saja bukan pada Wina.

Tapi jujur, Rayyan masih tak mengerti mengapa Eun-mi begitu kesal dengan ucapannya kemarin. Dia hanya memberi masukan supaya Eun-mi mengurangi kesibukannya karena saat menikah nanti, urusannya pasti semakin bertambah.

Ada rasa khawatir dalam hati Rayyan melihat sikap Eun-mi sejak kembali dari kencan buta kemarin. Bahkan tadi malam ia menghubungi In-ho untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang buruk terjadi saat itu. Dan In-ho mengatakan semuanya baik-baik saja sampai Eun-mi pamit pulang.

Sepertinya Rayyan memang harus mengalah dan meminta maaf pada Eun-mi atas kesalahan apapun yang telah membuatnya kesal. Tapi nanti, saat urusan toko sudah selesai.

Saat ini yang dilakukannya adalah duduk di sudut ruangan etalase sambil mengamati aktivitas di sana. Fokusnya adalah produk baru yang hari ini mulai dijual setelah beberapa hari kemarin hanya berupa sampel gratis. Benar kata Eun-mi, ternyata produk itu laris manis. Bahkan sudah hampir habis padahal hari belum terlalu siang.

Kemudian matanya beralih pada pintu masuk karena sekilas ia melihat sosok seseorang yang dikenalnya.

"Selamat pagi", ucapnya sedikit menunduk.

Rayyan sontak berdiri dan membalas salamnya namun dengan sikap yang nampaknya agak keberatan.

Orang itu malah tertawa melihatnya. Deretan giginya yang putih dan rapi terlihat jelas menambah pesona dirinya.

"Tidak masalah kan? Aku sudah melakukan kencan buta dengan Eun-mi, berarti aku bisa bebas ke sini kapanpun seperti pelanggan yang lain", ucap In-ho.

Rayyan hanya melengos lalu mengangguk menyerah.

"Apa kau mau bertemu Eun-mi? Tapi hari ini dia belum datang, mungkin ada urusan lain. Kalau penting, aku bisa menghubunginya untukmu", tawar Rayyan.

In-ho hanya menggeleng pelan.

"Sudah kubilang kalau aku ke sini karena aku ingin membeli roti dan kue. Mengapa kau masih tak percaya?", protes In-ho.

Sementara itu di kejauhan sepasang mata mengamati interaksi kedua lelaki itu dengan intens. Meski begitu, tugasnya menghitung pembayaran para pelanggan tetap bisa dilakukannya dengan baik. Asna merasa heran karena sepertinya Rayyan terlihat begitu akrab dengan pria itu, yang dikenalinya dari foto sebagai teman kencan buta Eun-mi.

Apa mereka saling kenal sebelumnya? Apa mereka berteman? Karena mustahil kalau Rayyan baru dikenalkan oleh Eun-mi tapi hari ini sudah begitu akrab seperti sudah sering bertemu.

Asna kemudian mengingat-ingat lagi dimana ia pernah bertemu lelaki itu. Meskipun begitu, wajahnya tetap tak menunjukkan ekspresi apapun. Aha! Ia ingat sekarang. Sedikit perubahan ekspresi terlihat di wajahnya. Sedikiiit... sekali, sampai hampir tak terlihat.

Ia baru ingat kalau lelaki itu yang menanyakan kue ulang tahun padanya. Dan kemudian Rayyan menanyakan lelaki itu, mungkin untuk mengurus pemesanan kue itu.

Jadi benar kalau Rayyan kenal dia sebelum Eun-mi bertemu dengannya. Tapi, apa Rayyan saat itu tahu kalau dia adalah calon kencan buta Eun-mi?

Lamunan Asna terpecah saat dilihatnya lelaki itu menyudahi obrolannya dengan Rayyan dan kini malah menatapnya dari jauh. Sontak Asna mengalihkan pandangannya, takut ketahuan kalau tadi sedang memata-matai dia dan juga Rayyan.

In-ho kemudian berjalan perlahan menuju etalase, namun matanya terus mencuri pandang pada Asna. Bagaimana ini? Bukankah ia sedang menjalani proses perjodohan dengan Eun-mi, tapi hatinya tak bisa berbohong tentang perasaannya yang jelas tertuju pada Asna.

Dia merasa bersalah, tapi di sisi lain tak bisa berbuat apa-apa. Dia harus rela terus memendam perasaan itu dan berharap bisa hilang seiring berkembangnya hubungan dirinya dengan Eun-mi. Bisakah?

1
Tutupet
baca sampai sini dulu
Puspa Indah: Makasih 😃
total 1 replies
Puspa Indah
Kritik sangat diharapkan. Sekeras dan setajam apapun dipersilahkan asal disertai penjelasan supaya bisa jadi pembelajaran demi perbaikan kualitas. Pisau kalau gak di asah sampai klenger mana bisa tajam, jadinya malah gak guna. Jadikan saya pisau, dan anda semua adalah batu asahannya. Thanks✌️😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!