Rea adalah gadis manis anak angkat keluarga Mahendra. Rea tumbuh menjadi gadis manis, anggun, lemah lembut namun pendiam. Dirinya jarang berekspresi karena didikan mamanya yang melarangnya untuk terlalu terlihat ceria. Rea selalu tersenyum, meskipun dirinya tak menyukai hal yang dia lakukan, dia akan tetap tersenyum
Saat kepindahannya, dirinya mengenal Arjuna. Juna mungkin terlihat nakal, namun Rea tak malu untuk tertawa dihadapan Juna dan Rea tak perlu memakai topeng saat berhadapan dengan orang lain. Rea menganggap bahwa Juna adalah tempatnya untuk pulang
Namun hubungan mereka kandas karena perbuatan mamanya. Membawa Rea pergi jauh dari Juna. Sampai akhir pun Rea dipaksa pindah agar bisa jauh
~Aku akan melepas topeng itu dan akan membuatmu menjadi jauh lebih berekspresi. setelahnya kau tidak akan pergi dariku~ Arjuna'
~Terima kasih Juna, aku menjadi sosok yang lebih baik setelah mengenalmu. Aku selalu menyayangimu Juna~ Andrea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 - SALAH PAHAM
Rea setelah membantu papa dan kakaknya yang bekerja lembur di kantor segera pergi ke pulang ke apartemennya. Disana dia melihat Juna yang berdiri di depan pintu apartemennya
“Juna, kamu sedang apa di depan pintu unitku?” Rea yang sedang lelah dan mengantuk malah dihadapkan dengan Juna yang sepertinya ingin bertamu
“Aku ingin mengajakmu jogging bersama” ujar Juna yang sudah siap dengan pakaian olahraganya dan memindai pakaian Rea, lalu berkata, “Tapi sepertinya kau baru saja pulang. Lebih baik lain kali saja” Juna dapat melihat raut lelah Rea
“Maaf ya, Jun. Aku sangat lelah saat ini”
“Tidak apa, lebih baik kau istirahatlah dulu” Juna mempersilahkan Rea untuk masuk agar dirinya cepat beristirahat
Rea pun segera masuk ke apartemennya dan pergi ke kamar tidurnya. Melihat matahari yang terik tak mampu membuat Rea mengurungkan niatnya untuk tidur.
Juna yang melihat Rea yang masuk ke apartemennya dengan wajah seperti itu berpikir bahwa masalah yang dihadapi mereka kemarin cukup rumit.
“Melihat wajah lelahmu, pasti masalahnya rumit. Dan kau pasti belum makan kan, Re” Juna mengetahui kebiasaan Rea saat sedang serius mengerjakan sesuatu pasti dirinya pasti akan lupa makan.
“Baiklah, lebih baik aku menyiapkan Rea makanan” Juna pergi berbelanja bahan makanan untuk menyiapkan Rea makanan.
***
Hari sudah siang dan matahari sudah berada di atas kepala. Rea terbangun karena terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu apartemennya. Merasa terusik, Rea segera bangun dan berjalan menuju pintu melihat siapa yang mengganggu waktu tidurnya
Saat pintu terbuka, terdengar sapaan seseorang yang sangat dia kenal
“Selamat siang Rea, ini kamu pasti belum makan kan” Juna segera masuk ke apartemen Rea saat melihat celah
Rea yang masih belum terlalu sadar terkejut melihat Juna memasuki apartemennya dengan mudahnya
“Juna, mengapa kamu masuk ke apartemenku?” kesal Rea
“Tentu saja untuk menyiapkan makanan untukmu, pasti kau belum makan kan.” Juna berjalan menelusuri apartemen Rea untuk mencari letak dapur
Saat melihat dapur apartemen Rea yang begitu bersih bahkan sepertinya terlalu bersih. Melihat isi kulkas yang berisikan makanan instan dan juga susu yang sepertinya sudah kadarluwarsa membuat Juna merasa prihatin
“Kau tidak pernah memasak, Re?” tanya Juna
“Tidak pernah. Aku tidak bisa memasak” ujar Rea santai
“Kau tidak pernah menanak nasi juga?” Rea hanya mengangguk mengiyakan
“Baiklah, kau bersiap saja. Aku akan menanak nasi dulu. Kupikir kau ada nasi jadi aku hanya membuatkan lauk untukmu, tapi ya sudahlah” Juna bergerak melihat beras milik Rea
“Sebenarnya, bagaimana kehidupanmu selama ini Rea?” gumam Juna yang merasa prihatin dengan kehidupan Rea
Rea yang melihat Juna seperti familiar dengan dapurnya bahkan itu adalah pertama kalinya dia ke dapurnya tapi sudah bisa menggunakan alat-alat di dapurnya membuat Rea tenang. Setidaknya, Juna tidak akan membakar dapurnya, pikir Rea
Rea memasuki kamarnya untuk mandi dan bersiap ke resto untuk mengecek keadaan resto. Setelah selesai bersiap, Rea melihat ke arah meja makan yang sudah tersedia banyak makanan. Rea mencari ke sekeliling ruangan untuk mencar Juna, namun nihil. Juna tidak ditemukan. Rea hanya menemukan secarik kertas yang bertuliskan
Selamat makan, semoga makanannya sesuai dengan seleramu
Dari
Juna
Membaca tulisan itu, dia tau bahwa gaya tulisan itu adalah milik Juna.
“Ternyata, dia sudah pergi” gumam Rea. Rea menyimpan kertas itu dan ia selipkan di salah satu buku miliknya
Rea segera memakan makanan yang telah Juna siapkan. Setelah selesia makan, Rea membersihkan alat makannya dan bersiap untuk pergi.
Jalanan yang beitu padat dikarenakan saat ini adalah jam makan siang membuat kemacetan dimana-mana. Melihat betapa ramainya jalanan, Rea hanya menghela nafas lelah. Selama di perjalanan, Rea hanya mampu melihat pemandangan kemacetan yang ada dengan ditemani musik.
Sesampainya di Resto, melihat manager Resto yang mengahmpirinya dengan membawa dokumen yang berisikan keadaan Resto saat ini. Rea memilih duduk di sudut Resto ditemani dengan segelas es coklat yang di pesannya tadi. Setelah membaca dokumen itu dan melihat dokumen yang baru saja di kirim Om Awan mengenai keuntungan Resto dari cabang membuat Rea pusing.
“Rea” panggil seseorang yang berdiri tepat di depan Rea
“Sasa, kita bertemu lagi” Rea tersenyum kecil melihat kehadiran Sasa
“Iya, bolehkah aku duduk?”
“Silahkan”
“Kau makan sendirian, Rea?” Sasa melihat sekitar seperti mencari sesuatu
“Iya, aku sendirian disini?” Rea heran dengan tingkah Sasa
“Syukurlah kalau begitu. Lalu apa yang sedang kau lakukan?” Sasa penasaran dengan apa yang dilakukan Rea
“Hanya sedang membaca data pasien dan sedang mengerjakan sesuatu, kenapa?”
“Tidak apa-apa, kau terlihat sibuk dan aku takut mengganggu”
“Tidak masalah”
“Oh iya, kebetulan aku bertemu denganmu. Sebenarnya saat kita bertemu waktu itu aku ingin memberitahumu sesuatu tapi karena waktu kita terbatas aku belum sempat memberitahumu” ujar Sasa
“Kau ingin memberitahu apa?” tanya Rea
Sasa kemudian mengelurkan ponselnya dan memainkan sebuah rekaman suara
“Gue bingung. Gue benci dia karena gue pikir dia pergi ninggalin gue karena uang … tapi gue juga masih suka sama dia”
“Menurut kalian apa yang harus gue lakuin?”
“Gue bingung, apa yang harus gue lakuin”
“Jun … elo gabakalan ngelakuin rencana lo kan?
“Rencana apa?”
“Dia … ingin mengejar Rea tapi dengan niat yang jelek
“Elo tau Bay, rencana Juna adalah mengejar Rea kemudian setelah berhasil dia pergi ninggalin Rea dengan sengaja bahkan Juna udah buat skenario. Juna ingin PHPin si Rea. Bahkan, Juna udah minta tolong pacar gue buat jadi pacar pura-pura si Juna. Gila kan”
Rea mendengarkan isi rekaman yang terdapat dalam ponsel Sasa. Rea tau, siapa saja suara yang terdapat dalam rekaman itu. Selan itu, Rea juga terkejut mengenai percakapan antar mereka dan itu membuat Rea sakit hati
“Re, sebaiknya kau jangan terlalu baper saat Juna mendekatimu. Aku takut kau sakit hati” peringat Sasa
“Selain itu, sebenarnya aku dan Juna akan bertunangan beberapa minggu lagi” Sasa mengatakan itu dengan sangat lirih, namun Rea masih mendengarnya
“Kau akan bertunangan dengan Juna?” tanya Rea
“Iya, sebenarnya setelah kau pergi aku sering bersama dengan Juna dan tak lama kami menjalin kasih. Dan beberapa minggu lagi kami akan bertunangan. Kau temanku Rea, setelah aku mengetahui rencana mereka untuk membuatmu sakit hati aku segera memberitahumumengenai informasi yang tidak kau ketahui selama di luar negeri.” ujar Sasa
“Kau tau, Ira juga sedikit berubah. Ira jadi sedikit sombong sebenarnya karena sudah menjadi penulis terkenal dan seorang wartawan. Dirinya yang sukses terlebih dahhulu dibanding yang lain” lanjut cerita Sasa
“Benarkah?” tanya Rea sedikit tidak mempercayai Sasa
“Iya, Re. Ira sekarang jarang kumpul dengan kami lagi. Aku jadi perempuan sendiri. Padahal kan Bayu pacarnya, tapi Ira tidak mau kumpul dengan kami” ujar Sasa
“Baiklah, terima kasih informasinya Sasa. Oh iya, boleh aku minta rekaman itu?” tanya Rea yang meminta rekaman suara milik Sasa
“Tentu, tentu saja” Sasa mengirimkan hasil rekaman itu kepada Rea. Sasa tersenyum senang memikirkan bahwa rencana berhasil. Namun senyuman itu dilihat oleh Rea
“Ini sudah aku kirim Rea.” ujar Sasa
“Tapi, Re. Kau tidak akan mendekati Juna kan? Kau tidak akan jatuh lagi ke Juna kan?” tanya Sasa memastikan
“Tentu saja tidak. Aku tidak ingin merusak hubungan pertemanan hanya karena seorang cowok” ujar Rea lembut
“Baiklah kalau begitu. Oh iya Re aku harus segera pergi karena masih ada kegiatan yang harus aku lakukan. Nanti jika undangannya sudah jadi aku akan mengundangmu, dan kau harus datang” ujar Sasa.
“Iya, tentu saja” Kemudian, setelah Rea mengatakan itu Sasa segera pergi. Melihat kepergian Sasa, Rea segera mengirimkan rekaman suara itu kepada seseorang.
Rekaman suara^|
Tolong periksa apakah ini asli atau tidak?|
|Dapat darimana nih rekaman?
|Bentar\, gue cek dulu
Dari orang gila|
|Posisi\, gue samperin lo sekarang
Di resto\, biasa|
Setelah berbalas pesan, Rea menunggu seseorang itu datang. Rea memikirkan bahwa memang Juna akhir-akhir ini mendekati dirinya, namun ada yang janggal dari cerita Sasa. Jika mereka berpacaran, mengapa saat acara kepindahan Juna kemaren dia tidak datang, selain itu kemaren juga Ira masih kumpul bersama yang lain dan masih terlihat sama seperti dulu.
Tak lama, terdengar suara seseorang yang begitu mengekakkan telinganya
“Woyy, Re” ujarnya
“Bisa kau pelankan suaramu, Jeli” Anjeli adalah seseorang yang ditunggu kedatangannya oleh Rea
Anjeli hanya tersenyum lebar mendengar keluhan Rea
“Oh iya, lo ikut kan reuni sekolah lo yang mau diadakan itu” tanya Anjeli
“Sebenernya malas, tapi ikut juga seru sepertinya”
“Tentu, lo harus ikut. Setelah acara reuni, ayo kita liburan. Kebutulan si Seojun bakalan ke Indonesia” Anjeli berseru senang menceritakan rencananya
“Aku usahakan”
“Harus” Rea hanya menjawab dengan deheman saja
***
Rea yang ingin menghubungi Juna pasal Rekaman yang ia dapatkan tadi dari Sasa. Namun Ra tidka memiliki keberanian, jika rekaman itu memang suara Juna dirinya harus bereaksi apa
Juna kau sibuk?|
|Tumben Re kau menghubungiku dulu\, ada apa?
|Jika untukmu aku pasti ada waktu
Bisa bertemu sebentar?|
|Tentu saja
|Dimana kita akan bertemu?
Di cafe pelangi depan rumah sakit tempat aku bekerja|
|Baiklah aku segera kesana
Melihat pesan Juna yang bersedia menemuinya membuat Rea gugup. Dirinya pun bergegas pergi ke cafe Pelangi tempat janji bertemu.
Sesampainya disana, dirinya melihat Juna yang sedang duduk menunggunya. Hal itu membuat Rea merasa bersalah, dirinya yang ingin bertemu malah dirinya pula yang terlambat.
“Maaf membuatmu menunggu, Juna”
“Tidak masalah Rea, ini juga sudah waktu pulang kerja bukan. Oh iya, apa kau shift mala saat ini?”
“Iya, setelah ini jam ku bekerja” ujar Rea
Rea segera mengeluarkan ponselnya dan memainkan rekaman yang dia dapatkan dari Sasa
“Gue bingung. Gue benci dia karena gue pikir dia pergi ninggalin gue karena uang … tapi gue juga masih suka sama dia”
“Menurut kalian apa yang harus gue lakuin?”
“Gue bingung, apa yang harus gue lakuin”
“Jun … elo gabakalan ngelakuin rencana lo kan?
“Rencana apa?”
“Dia … ingin mengejar Rea tapi dengan niat yang jelek
“Elo tau Bay, rencana Juna adalah mengejar Rea kemudian setelah berhasil dia pergi ninggalin Rea dengan sengaja bahkan Juna udah buat skenario. Juna ingin PHPin si Rea. Bahkan, Juna udah minta tolong pacar gue buat jadi pacar pura-pura si Juna. Gila kan”
“Juna boleh aku bertanya maksud dari rekaman ini?” tanya Rea setelah suara rekaman itu berhenti
Juna terkejut mendengar rekaman yang dimainkan oleh Rea. Dirinya ingat percakapan itu, tetapi tidak seperti suara rekaman itu. Juna kebingungan, siapa yang memberikan rekaman itu
“Rea, kau dapat dari siapa rekaman itu?” tanya Juna
“Apakah itu penting?” Rea berucap dengan datar
“Dan satu hal lagi, jika sudah mempunyai kekasih dan akan bertunangan berhenti mendekatiku Juna” Rea kesal dengan Juna yang mempermainkannya
Rea berdiri dan ingin segera berlari. Dirinya tidak ingin bertemu dengan Juna saat ini. Setelah melihat reaksi Juna atas rekaman itu, Rea percaya bahwa rekaman itu memang suara Juna dan teman-temannya
“Ini uang untuk membayar pesananmu. Anggap saja itu traktiran ucapan terima kasih atas perhatianmu beberapa hari ini dan rasa sakit yang kau berikan. Aku permisi” Rea meletakkan beberapa lembar uang di atas meja dengan kasar, kemudian pergi berlari ke rumah sakit
Juna masih terkejut dan syok dengan apa yang baru saja terjadi. Juna hanya ingin kembali bersama dengan Rea, tidak ada maksud lain. Memang awalnya ada, namun sekarang sudah berubah. Dirinya hanya ingin kembali seperti dulu, hanya itu.
“Siapa yang memberikan rekaman itu, siapa yang merusak rencananya untuk dekat lagi dengan Rea” gumam Juna
Kemudian Juna menghubungi Bayu untuk mengecek CCTV di hari dimana dia meminta sahabatnya untuk datang ke ruangannya dan mendengarkan curhatannya
Setelah selesai menghubungi Bayu, Juna bergegas kembali ke kantor dan melihat apakah ada petunjuk mengenai siapa yang merekam dirinya dan teman-temannya saat itu.