Tidak mengandung unsur BL.
Patah hati membuat seorang pria tampan bernama Arsenio, merubah pandangan hidupnya menjadi menyimpang. Karena dia sudah tidak percaya lagi dengan adanya cinta tulus antara pria dan wanita.
Lamia, gadis cantik yang terpaksa menerima tawaran pernikahan dari seorang pria yang tidak dikenalnya sama sekali, hanya untuk terlepas dari hutang keluarganya.
"Aku akan membayar semua hutang dan menebus rumah peninggalan orangtuamu. Aku juga akan memberikan semua fasilitas mewah kepadamu. Asalkan kau manikah denganku sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Tanpa adanya kontak fisik diantara kita. " Arsenio.
"Aku tidak peduli berapa lama aku harus hidup denganmu, dan menjadi istrimu yang hanya kau manfaatkan untuk menutupi status g*ymu. Asal aku selalu berada di sisimu. Itu sudah cukup. " Lamia
Akankah Mia bisa merubah kepribadian Arsen dan membuatnya jatuh cinta kepadanya?
Novel ini hanya imajinasi othor semata.
Semoga kalian suka, dan kasih dukungan ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dijual
Sepuluh bulan berlalu setelah kematian kedua orang tuanya. Lamia harus bekerja keras banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membayar hutang orang tuanya agar bisa menebus rumah peninggalan orangtuanya. Mia tidak ingin kehilangan rumah itu, karena rumah itu memiliki kenangan indah bersama kedua orang tuanya.
"Seratus, dua ratus.... satu juta. Masih terkumpul satu juta. " Mia langsung menelungkupkan wajahnya di kedua kakinya.
Sesak rasanya, harus hidup seperti ini setiap hari. Mia tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Pagi sampai sore hari dia sudah bekerja di butik dan sore sampai malam harinya dia harus bekerja di rumah makan. Hanya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang yang tak seberapa untuk membayar hutang dan bertahan hidup.
Terdengar pintu kamar kostnya di ketuk, siapa lagi yang datang kalau bukan sahabat satu-satunya yang selalu bersamanya dalam suka maupun duka. Kini Mia baru tahu dan bisa merasakan saat dirinya terjatuh, siapa saja yang masih mau berteman dengan nya dengan tulus. Hanya Meisie, yang masih bertahan dan mau berteman dengan nya.
"Nih aku bawakan bakso. Aku yakin kamu pasti belum makan, ia kan Mi. "
Mia langsung memeluk Sisie. "Kamu memang tau apa yang aku rasakan. "
"Udah, nggak usah drama. Buruan makan. " Sisie langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Mia dan memperhatikan setiap gerak gerik Mia.
"Kamu udah ngumpulin berapa duit? " tanya Sisie saat melihat ada beberapa uang yang tercecer di bawah lantai.
"Cuma satu juta setengah Sie. " Kata Mia sambil mengunyah bakso yang dia tambahkan dengan nasi, agar dia bisa merasa kenyang.
"Kenapa kamu keras kepala sih non, aku pinjemin uangku dulu kamu nggak mau. Ini waktunya cuma tinggal dua sampai tiga bulan aja lho. Apa kamu bisa melunasinya?" ujar Meisie sambil mendudukkan dirinya.
Mia menggeleng. "Enggak Sie, kamu sudah terlalu baik buat aku. Aku tidak ingin memanfaatkan persahabatan kita. "
Sisie menghembuskan nafasnya kasar. Dia tau kalau sahabatnya ini sangat keras kepala, dan tidak bisa di atur.
"Ya sudah kalau itu keputusanmu. Aku bisa apa, tapi kalau terjadi sesuatu segera hubungi aku. Okey. Aku pulang dulu. Karena papa dan mama akan berkunjung ke apartemenku. "
"Iya, terima Kasih baksonya. "
"Iya sudah habisin aja, nggak usah mengantarku. Aku bisa pulang sendiri. " kata Sisie sambil cipika-cipiki dengan sahabatnya itu.
"Makasih ya Sie. " teriak Mia saat sahabatnya itu sudah berlalu.
Saat Mia tengah asik menikmati bakso yang diberikan Sisie, tiba tiba dia mendapatkan pesan dari Baron si rentenir.
"Jika kamu ingin hutangmu Lunas, datanglah ke Klub Matahari di jalan xxx malam ini pukul 21.00. Aku akan membebaskanmu dari hutangmu. Dan rumah itu akan menjadi milikmu kembali. "
Mendapat pesan itu membuat mata Mia terbelalak, dia merasa tak percaya dengan apa yang dia baca. Benarkah Baron akan membebaskan hutang-hutangnya. Tanpa pikir panjang, Mia segera menghabiskan baksonya. Dia lalu mandi karena waktu saat ini menunjukkan pukul 20.00 . Mia segera bergegas mengganti bajunya dengan hanya memakai kaos lengan pendek dan blazer juga celana jeans panjang dan rambut yang di kuncir kuda. Mia segera pergi ke alamat yang diberikan Baron dengan menggunakan ojek online.
Tiga puluh menit perjalanan akhirnya Mia sampai di tempat yang di tuju. Dia melihat sekelilingnya, memang benar ada temapt bernama klub Matahari. Dia lalu mengirimkan pesan kepada Baron.
"Aku sudah sampai di depan Klub Matahari. Kau ada di mana tuan. "
"Tunggulah di luar, aku masih rapat. Nanti kalau aku sudah selesai rapat aku akan menghubungimu lagi. "
Mendapatkan pesan seperti itu dari Baron. Mia akhirnya duduk di sebuah kursi di depan Klub. Dia melihat kesekelilingnya, banyak orang hilir mudik dan keluar masuk tempat itu. Mia sendiri tidak tau, tempat apa dihadapannya itu.
Tak lama, matanya menatap sebuah mobil mewah yang berhenti tepat di depan klub. Dan keluarlah, seorang pria tampan yang membukakan pintu penumpang. Mata Mia terbelalak saat melihat pria yang tak kalah tampannya dengan pria yang pertama tadi. Dia membetulkan jasnya, dan pandangan matanya mengedar ke seluruh area klub. Keningnya mengernyit saat melihat seorang wanita tengah duduk sambil menatapnya tak berkedip. Pria itu langsung mengalihkan pandangannya dan segera masuk ke dalam Klub diikuti pria pertama tadi.
Mia kembali memainkan ponselnya, dan sebuah notifikasi pesan diterima oleh Mia.
"Datanglah ke ruang VIP no 8 di lantai atas. Anak buahku akan menjemputmu. "
Mia langsung masuk ke dalam Klub dan indera pendengarannya langsung disapa dengan suara dentuman musik DJ yang memekakkan telinga. Tiba-tiba datang seorang pria menghampirinya.
"Kau yang bernama Lamia? "
Mia hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Ayo ikuti aku. "
Lamia dengan patuh mengikuti pria yang menjemputnya. Pandangan matanya kembali bertemu dengan sosok pria tampan tadi yang sedang berbicara dengan seorang teman prianya.
Mia naik ke lantai atas, yang berjejer rapi beberapa kamar di sana dan sebuah toilet di ujung lorong. Tepat di kamar nomor 8 Mia dan pria tadi berhenti. Dan mengetuk pintu nya.
Baron membuka pintu dengan seringaian licik di bibir nya.
"Selamat datang nona Mia. Silahkan masuk. "
"Tuan apakah benar kau akan membebaskan hutangku? " tanya Mia dengan mata berbinar. Dia tidak tahu kalau sesuatu tengah mengancamnya.
Tanpa curiga Mia masuk ke dalam ruangan itu. Di sana ada seorang pria paruh baya yang hanya mengenakan bathrobe yang sedang menunggunya. Mia membelalakkan matanya saat melihat pria itu menatap nya dengan lapar.
"Tuan Baron siapa dia. "
"Tetaplah di sini, dan temani Tuan Matias malam ini. Maka hutang-hutangmu akan aku bebaskan. Ingat nona Mia tidak ada sesuatu yang gratis di dunia ini. Dan harga keperawananmu itu sudah cukup untuk membayar semua hutang orang tuamu. Dan mengembalikan rumahmu. " Baron lalu tertawa lepas, dia langsung keluar dari kamar VIP itu.
Mia nggedor-gedor pintu kamar tapi percuma karena pintu kamarnya di kunci dari luar. Dia berteriak meminta tolong, dan memohon belas kasihan kepada pria tua itu. Tapi mata pria itu sudah diliputi dengan nafsu menatap tubuh Lamia walau tertutup pakaian.
Diluar kamar, Baron yang melangkah keluar berpapasan dengan pria tampan yang bertemu Mia tadi.
"Dasar gadis bodoh, mau saja aku bohongi. Tapi jika aku tidak menjualnya, hutang wanita itu tidak akan lunas walau sampai sepuluh tahun. " kata Baron kepada anak buahnya.
Mendengar itu, pria itu mengepalkan tangannya. Dia memang tidak peduli dengan wanita, tapi dia tidak suka melihat wanita di tindas. Dia yang sedang menuju toilet harus menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan minta tolong dari sebuah ruangan kamar. Dengan Sekali tendangan pintu ruangan itu langsung rusak berantakan. Dilihatnya pria tua itu tengah mengungkung Mia yang sedang memberontak dan menangis.
Pria itu langsung menendang tubuh pria paruh baya yang sudah tidak mengenakan sehelai benang pun.
"Tu... Tuan Arsen... Apa yang kau lakukan di tempat ini. "
"Ternyata anda Tuan Matias. " sapa Arsen dengan seringaian di bibirnya. Sambil memotret Matias yang tengah telanjang.
"Lepaskan wanita itu, maka foto-foto ini tidak akan sampai di tangan istri anda."
"Tapi aku sudah membelinya untuk malam ini tuan." Matias merasa tidak terima dengan ucapan Arsen.
"Cih... Kau hanya tinggal memintanya kembali pada bajingan itu. Sekarang pergilah. " jawab Arsen enteng.
Matias langsung menggunakan pakaiannya, dan langsung keluar dari tempat itu dengan terbirit-birit, Dia tidak akan mencari mati jika berurusan dengan Arsenio.
Arsen segera membantu Mia yang sedang, menangis dan ketakutan karena sebagian baju atasnya terkoyak.
"Tu... tuan... tolong aku.... "
Setelah mengatakan itu, Mia langsung tak sadarkan diri.
Arsen segera membuka jasnya dan menutupi tubuh Mia. Dia segera menghubungi asistennya.
"Harry segera ke lantai atas, aku butuh bantuanmu. " Arsen lalu duduk di samping Mia dan memandangi wajahnya dengan lekat.
"Kau cantik tapi sayang bodoh sehingga mudah di bohongi pria jahat."
PLEASE TOR CERITA NYA BEN DAN SISIE