Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipanggil Lagi
Pria itu sepertinya bisa membaca pikiran Claire. "Tenang saja, aku bukan orang jahat." Felix mengambil dompet lalu mengeluarkan kartu. "Namaku, Felix, ini kartu identitasku."
Pria itu menunjukkan kartu tanda penduduknya pada Claire kemudian mengeluarkan kartu lainnya. "Dan ini, kartu namaku. Aku tidak memiliki niat jahat padamu. Aku hanya ingin menolongmu." Felix menyodorkan kartu namanya pada Claire
Claire terdiam sesaat sebelum menerima kartu namanya. "Kalau kau tidak keberatan, bolehkah aku meminjam charger ponselmu? Ponselku mati. Aku ingin menghubungi keluargaku untuk menjemputku pulang."
Sudah malam, bagaimana pun dia baru di kota itu. Lebih baik kalau dia menghubungi kakek Sean. Karena dia tidak hapal nomor ponsel kakek Sean jadi satu-satu cara adalah menghidupkan ponselnya.
"Baiklah. Ayo ke mobilku," ajak Felix.
"Tidak perlu, Tuan Felix. Kau bisa mencharger ponselku sebentar di mobilmu. Tubuhku bau dan kotor. Aku tidak mau mengotori dan meninggalkan bau tidak sedap di mobilmu," tolak Claire dengan sopan.
Sopir taksi saja tidak ada yang mau membawanya setelah melihat keadaan dan mencium aroma tidak sedap dari tubuhnya, bagaimana bisa dia masuk ke dalam mobil Felix saat melihat mobil yang dia gunakan adalah satu satu tipe mobil yang sangat mahal.
"Sebenarnya tidak masalah. Aku bisa mencucinya. Kau tidak perlu merasa sungkan padaku."
"Cukup bantu aku dengan mengisi batrai ponselku. Itu sudah sangat membantuku," kata Claire lagi.
Melihat Claire tetap pada pendiriannya, Felix akhirnya mengambil ponsel Claire lalu mengisi daya di mobilnya, setelah itu dia kembali berjalan ke halte dan duduk di samping Claire.
"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu? Kenapa kondisimu seperti ini?"
Melihat Claire hanya diam, Felix kembali berkata, "Kau tidak perlu mengatakan padaku jika kau tidak mau menjelaskannya."
Mereka baru saja bertemu. Wajar saja kalau Claire tidak mau memberitahunya. Dia bisa memaklumi hal itu.
Felik nampak memandang wajah Claire dengan seksama. Meskipun penampilannya agak berantakan, tapi Claire terlihat cantik. Dia memiliki daya tarik tersendiri yang mampu memikat pria hanya dengan melihatnya wajahnya saja.
"Kalau boleh tau, siapa namamu, Nona?" Felix kembali bertanya pada Claire saat melihatnya diam.
Claire bukanlah wanita yang mudah akrab dengan siapapun. Biasanya tidak suka bicara dengan pria yang tidak di kenalnya. Meskipun begitu, Claire juga bukan wanita yang sombong.
"Claire, itu namaku." Kemudian dia menoleh pada Felix, "apakah kau bisa mengambilkan ponselku sekarang? Aku rasa ponselku sudah bisa digunakan."
"Baiklah, tunggu sebentar." Felix berjalan menuju mobilnya dan kembali dengan membawa ponsel Claire.
"Terima kasih," ucap Claire ketika menerima ponselnya.
Dia kemudian menghubungi kakek Sean. Panggilan pertama Claire langsung dijawab oleh kakek Sean. Ternyata kakek Sam belum tidur karena merasa cemas pada Claire yang belum pulang juga padahal sudah larut malam.
Ternyata tadi kakek Sean beberapa kali menghubungi ponsel Claire, tetapi tidak aktif. Kakek Sean kemudian menyuruh orang melacak ponsel Claire dan lokasi terakhirnya berada di kantor cucunya.
Akhirnya, kakek Sean menyuruh orang untuk mengecek ke perusahaan, apakah Claire masih ada di sana atau tidak. Itulah sebabnya penjaga gedung berkeliling untuk yang kedua kalinya dan bisa menemukan keberadaan Claire.
"Apakah keluargamu akan menjemputmu?" tanya Felix ketika melihat Claire baru saja mematikan sambungan telponnya.
"Iyaaa. Terima kasih karena sudah memberikan memberikan pertolongan padaku."
Saat Felix akan berbicara, ponselnya berbunyi. "Sebentar." Felix berdiri, berjalan menjauh sedikit dari Claire untuk menjawab panggilan masuk pada ponselnya.
Satu menit kemudian dia kembali menghampiri Claire. "Nona Claire, maaf aku tidak bisa menemanimu sampai keluargamu menjemputmu. Aku ada urusan dan harus segera pergi."
Claire mengngkat kepalanya menatap Felix yang sedang berdiri di depannya. "Tidak masalah. Sebentar lagi orang yang menjemputku akan tiba."
"Baiklah, jaga dirimu. Aku harap kita bisa bertemu lagi."
Claire tidak menjawab melainkan hanya tersenyum dengan anggukan pelan. "Pakai ini, udaranya dingin," ucap Felix sambil melepas jasnya lalu membungkus tubuh Claire dengan jasnya.
"Aku pergi dulu."
*********
Setibanya di kediaman Kakek Sean, Claire berniat untuk langsung menuju kamarnya karena sudah larut malam dan juga sudah merasa lelah, tetapi ternyata dia bertemu dengan Kakek Sean.
Kakek Sean menghampiri Claire ketika melihatnya baru masuk ke dalam ruang keluarga. Kakek Sean sengaja menunggu Claire karena merasa khawatir dengannya.
"Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau masih berada di kantor selarut ini?"
Karena suasana sangat hening malam itu suara kakek menggema di seluruh ruangan. "Kakek, aku tidak apa-apa."
Tentu saja kakek Sean tidak begitu saja percaya dengan perkataan Claire. Apalagi setelah melihat bagaimana penampilan Claire ketika baru saja pulang.
"Kau ingin bicara jujur atau kakek akan mencari sendiri kebenarannya?" Kaken Sean menduga kalau Claire pasti ditindas oleh orang lain di kantor.
Claire menghela napas lalu menarik tangan kakek untuk duduk di sofa. Sebelum dia sempat membuka mulut, ada suara lain yang menyela.
"Kakek, kau tidak perlu repot-repot untuk mencari tahu kenapa dia bisa pulang malam. Dia habis berkencan dengan pria lain hingga larut malam dan mencari alasan lain agar kau tidak memarahinya."
Claire dan kakek Sean menoleh secara bersamaan dan terlihat Sean baru saja memasuki ruang keluarga dengan tatapan mencemooh. "Sean, jaga bicaramu! Bagaimana bisa kau menuduh Claire seperti itu?"
Sean mencibir. "Kakek, kau terlalu memanjakannya sehingga membuatnya besar kepala. Rumah ini memiliki aturan. Dia tidak bisa keluar masuk ke rumah ini semaunya. Kau harus lebih tegas padanya. Jangan sampai dia membuat malu keluarga kita."
Sean melirik sekilas pada Claire dengan wajar datar kemudian melangkah pergi.
Claire buru-buru memegang tangan kakek Sean ketika dia akan memarahi cucunya. "Kakek sudah malam. Kita bicara lagi besok. Kakek istirahatlah."
Karena melihat Claire juga lelah, kakek Sean akhirnya menuruti perkataan Claire. Mereka berdua kembali ke kamar masing-masing.
Pagi harinya, Claire berangkat lebih dahulu. Hari ini dia akan berencana membalas orang yang sudah menguncinya di kamar mandi. Claire tentu saja sudah tahu pelakunya.
Setelah sampai di ruangannya, Claire menghampiri seseorang. "Sisy, apa kau kenal dengan Reya, Nia dan Rosi?" Claire mendekatkan kepalanya ke wajah Sisy dan bertanya dengan pelan agar tidak ada yang mendengar pembicaraanya.
"Kenal, kenapa?"
"Bisakah kau beritahu aku di mana ruangan dan meja mereka?"
Sisy melayangkan tatapan menyelidik pada Claire. "Ada apa sebenarnya?"
Mereka ada orang-orang yang sangat sombong dan suka mencari masalah dengan orang lain. Claire adalah orang baru, Sisy hanya takut kalau Claire mendapatkan masalah lagi. Apalagi, Claire baru saja terlibat masalah dengan Aletha.
Di kantor itu, tidak ada yang berani mencari masalah dengan mereka karena merasa di dukung oleh Aletha, sepupu dari pemilik perusahaan besar. Apalagi salah satu dari mereka berasal dari kalangan atas yang terpandang.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu. Bisakah kau memberitahuku?"
Claire harus membalaskan dendamnya hari ini, jika tidak, mereka pasti akan menganggap dirinya orang yang mudah untuk ditindas dan akan bertindak sesukanya di kemudian hari.
Setelah terdiam beberapa saat, Sisy kemudian setuju dan mengantarkannya ke ruang teman-teman Rosi dan teman-temannya. "Ini adalah ruangan mereka." Sisy lalu menunjuk meja mereka satu-persatu.
"Baiklah, terima kasih."
Ruangan itu masih terlihat sepi karena memang biasanya mereka semua sarapan di kantin kantor. Seketika muncul ide di kepala Claire dan saat itu juga senyum licik terbit di wajah cantik Claire.
Siang harinya, ketika semuanya pergi makan siang, Claire kembali ruangan Rosi dan temannya. Setelah melihat tidak ada orang, dia berjalan masuk, menghampiri meja mereka satu persatu lalu melaksanakan rencananya. Setelah selesai, dia keluar dari ruangan mereka dengan senyum merekah lalu menghubungi seseorang.
"Carl, aku butuh bantuan kecil darimu."
Selesai menelopon, Claire menyeringai.
Kalian salah jika berpikir kalau aku orang yang mudah kalian tindas. Aku hanya membalas apa yang sudah kalian perbuat padaku, bahkan ini hanya peringatan kecil dariku.
*******
Kenz berjalan cepat menuju meja kerja Sean setelah membuka pintu ruangannya. "Permisi Tuan. Ada sesuatu terjadi dengan Nona Claire."
Mendengar nama itu, Sean menghentikan kegiatannya lalu beralih menatap Kenz. "Ada apa lagi dengannya?"
Kenz maju lalu memberitahu Sean. "Panggil dia ke sini," perintah Sean. Setiap kali mendengar nama itu, kepalanya langsung sakit. Selalu saja ada masalah yang ditimbulkannya.
Tidak lama berselang, Kenz masuk dengan Claire. Wajahnya kirinya nampak memerah.
"Membuat keributan untuk kedua kalinya di area kantor dan di depan karyawan lain. Kau menganggap peringatan dariku sebagai angin lalu?" Nada bicaranya datar, tapi memiliki aura penekanan yang kuat.
Bersambung....
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor