Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12: Mengambil hak asuh
"Eunghh,"
Alea tersadar dari pingsannya, dia mengerjapkan matanya perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk dalam retinanya.
Pertama kali netranya melihat Edgar dan Razka yang sedang menatapnya, Edgar yang menyadari sang kakak bangun pun begitu senang.
"Kak, kakak sudah bangun? apa ada yang sakit? sebentar, aku akan memanggil dokter," ujar Edgar dan berlari keluar kamar rawat Alea.
Netra Alea menatap Razka yang melambaikan tangan kepadanya, dia tersenyum melihat remaja yang seumuran dengan Edgar.
"Kau Razka bukan?" tanya Alea.
"Benar, ternyata kakak masih mengingatku," ujar Razka dan terkekeh.
"Tentu saja, kau sahabat dari adikku. Dia bercerita jika dia memiliki seorang sahabat yang selalu membantunya, aku yakin itu kamu," ujar Alea dengan seara lirih.
Edgar kembali bersama dokter dan suster, dokter tersebut memeriksa keadaan Alea.
"Oh iya, dok ... bagaimana keadaan bayi saya?" tanya Alea.
"Bayi ibu dalam keadaan normal dan sehat, dia sedang berada di ruang bayi. Nanti saya akan meminta suster untuk mengantar kesini agar ibu memberikan padanya Asi," terang sang dokter.
Alea mengangguk, setelah dokter dan suster keluar Alea pun menatap sekelilingnya. Dia baru sadar ternyata kalau ini adalah kamar VVIP, Alea panik dia langsung menatap Edgar meminta penjelasan.
"Kenapa kau memesankan kamar ini untuk kakak? kau tahu bukan kalau kita tidak memiliki uang, dari mana kau mendapatkan uang segitu banyak Ed? biaya oprasiku juga pasti sangat mahal," tanya Alea.
Edgar bingung bagaimana dia menjelaskan pada Alea jika Ady lah yang memesankan kamar ini dengan alasan dia tak mau sang anak di tempati di kamar biasa saat sang anak menyusu pada sang ibu.
"Oh itu kak, kakakku juga lahiran di rumah sakit ini. Untuk itu dia memberikan kakak bayaran karena dia tahu jika kakak adalah kakak dari temanku," ujar Razka.
"Benarkah?" tanya Alea sambil menatap Edgar.
Edgar mengangguk pelan, biarkan dulu sang kakak mengetahuinya seperti itu. Sebab jika dia bicara tentang Ady dirinya takut sang kakak akan stress.
***
PLAK!
"APA-APAAN KAMU ADY? KAMU MENIKAH DIAM-DIAM TANPA MEMBERITAHU KAMI? KAMI INI KELUARGAMU!" bentak Amanda setelah menampar wajah sang putra.
Ady tertunduk, setelah tadi Razka menceritakan pada orang tua mereka akhirnya Ady pun terpaksa membongkarnya.
"Mamah kecewa sama kamu! kamu tinggalin istri kamu yang sedang hamil sendirian? LIHAT KAKAK KAMU! KAMU TAU BUKAN SUSAHNYA MENJADI ORANG HAMIL DAN PERJUANGAN MELAHIRKAN?!"
Ady tak sepenuhnya menceritakan bagaimana rumah tangganya, dia hanya bercerita jika dirinya berdebat dengan sang istri dan berakhir dia pergi dari kehidupan sang istri.
"Ady gak tau mah kalau Alea hamil, dia gak bilang sama Ady," ujar Ady.
"Kamu kasih alamat baru kamu gak? kamu kasih nomor telepon baru kamu gak? kamu pernah ngunjungin dia gak? GAK KAN?! gimana dia bisa tahu jika informasi tentang kamu aja gak ada," marah Amanda.
Ady semakin merasa bersalah, tetapi dia merasa jika apa yang dia lakukan sudah benar. Dia hanya merasa bersalah karena tak mengetahui kehamilan Alea, apakah istrinya itu makan dengan baik selama kehamilannya?
"Mamah mau ketemu sama istri kamu," pinta Amanda.
"Mah," mohon Ady.
Amanda tak menjawab, dia segera beranjak pergi menuju kamar rawat Alea. Ethan pun segera mengejar istrinya, tetapi Ady hanya bisa terdiam dengan wajah lesu.
Amanda kini telah berada di depan kamar rawat Alea, dia menghela nafas sebentar dan memasuki kamar rawat itu. Netranya pertama kali melihat Alea yang sedang menggendong bayinya, Amanda pun memberanikan diri untuk masuk.
"Maaf, siapa yah?" bingung Alea.
Amanda mendekat, dia melihat jika putranya juga ada disana bersama dengan Edgar.
"Ehm saya ibu dari Razka, anak itu sudah menceritakan semuanya padaku," ujar Amanda.
"Oh nyonya, maaf nyonya saya telah merepotkan anda," ujar Alea merasa tidak enak.
Amanda menggeleng, dia tersenyum menatap Alea hingga akhirnya tatapannya jatuh pada bayi yang ada di gendongan Alea.
"Mmm ... boleh saya gendong?" tanya Amanda.
"Boleh, tetapi maaf jika nanti dia sedikit muntah. Soalnya baru saja dia meminum asi dan sepertinya kekenyangan," ujar Alea.
Amanda tersenyum, dia mengambil baby Ara dari gendongan Alea. Senyumnya merekah, cucu perempuan yang dia impikan sekarang ada di depan matanya.
"Ku dengar cucu anda juga telah lahir nyonya, selamat yah. Laki-laki atau perempuan?" ujar Alea dan bertanya mencoba untuk akrab.
"Terima kasih, dia laki-laki dan perempuan," balas Amanda dan membatin di akhir kalimatnya.
"Wah, pasti sangat tampan. Tadinya ku kira bayiku laki-laki karena perutku yang lebih menonjol dan nafsu makan ku yang besar, ternyata yang keluar tidak sesuai dari tebakanku," canda Alea.
Amanda yang sedang menimang pun menatap Alea, "Apa kau tidak pernah melakukan USG?" bingung Amanda.
Alea menggeleng, dia belum pernah melakukan USG. Dia tak mampu bayar, apalagi keuangannya sangat tidak stabil. Dia harus membayar sekolah sang adik dan juga kontrakan rumah serta kebutuhan sehari-hari mereka.
"Bagaimana bisa kau tak melakukan USG?" kaget Amanda.
"Bisa nyonya, ini buktinya," canda Alea.
Sedangkan Ethan sedari tadi dia hanya melihat percakapan kedua wanita itu, bahkan Alea tak menyadari keberadaannya.
"EKHEM!"
Alea dan Amanda menatap Ethan yang sedari tadi menatapnya.
"Eh maaf, tuan suami nyonya kan?" tanya Alea.
Ethan mengangguk, netranya beralih pada bayi cantik yang berada di gendongan sang istri.
"Bayimu sangat cantik," puji Ethan.
"Terima kasih, dia sangat mirip dengan ayahnya. Dari hidung, bibir yang tipis serta rambut yang coklat. Hanya saja aku tak mengerti mengapa warna matanya lebih ke abu-abu, saat aku tanyakan pada dokter dia bilang bayiku sehat," ujar Alea.
Ethan dan Amanda saling tatap, mata cucu mereka menurun dari ayah Ethan. Padahal anak-anak mereka tidak ada yang memiliki warna mata seperti itu, ini kali pertamanya keturunan Ethan mewarisinya.
"Oh mungkin saja kan warisan dari buyut, biasanya suka gitu," ujar Amanda.
"Ehm ... begitu yah,"
Oeek Oeek Oekk
Bayi Ara menangis, Amanda pun segera menyerahkannya pada Alea. Alea bingung mengapa putrinya menangis, padahal dia telah memberi asi pada putrinya.
Netra Amanda melihat ke arah pintu luar, disana Ady melihat mereka dari kaca pintu. Dia mengerti mengapa bayi itu menangis, mungkin bayi itu merasakan kehadiran sang ayah.
"Boleh saya gendong keluar? siapa tahu dia butuh udara kan? mungkin aja bosen," ujar Amanda.
"Gak ngerepotin?" tanya Alea.
"Nggak, nggak sama sekali," ujar Amanda.
Alea kembali menyerahkan Baby Ara pada Amanda, setelahnya Amanda menyerahkan baby Ara pada suaminya.
"Kamu bawa keluar, di depan kamar aja. Aku akan mengobrol sebentar dengannya," ujar Amanda.
Ethan mengangguk, dia membawa Baby Ara keluar dari ruangan. Ternyata di depan kamar rawat Alea ada sang putra, pantas saja istrinya itu menyuruh nya keluar.
"Pah, bayiku," ujar Ady yang merasa senang.
Ady langsung mengambil putrinya dari gendongan sang papah, seketika tangisan putrinya reda setelah dia berada di gendongan sang ayah.
"Sayang ayah, kangen sama ayah nak?"
Seperti mengerti Ara mengedipkan matanya, dan membulatkan mulutnya.
"Kapan kamu akan bicarakan ini dengan istrimu?" tanya Ethan.
"Aku ingin mengambil hak asuh Ara pah,"
"Jangan gila kamu Ady! istrimu baru saja melahirkan, keadaan dia bisa down jika tahu putrinya di ambil olehmu! Papah gak akan setuju!"
Ady menatap sang papah dengan sendu, dia pun bingung harus berbuat apa. Apakah rumah tangganya bisa di perbaiki?
"Masalah bisa diselesaikan dengan baik-baik, tugasmu itu membimbing dan menjaga rumah tangga kalian. Apa kamu tega dengan putrimu? dia masih butuh asi ibunya, dia masih butuh kalian berdua," terang Ethan.
"Haruskah ...," lirih Ady dan menatap sendu sang anak yang menatap polos ke arahnya.