Niat hati memberikan kejutan kepada sang kembaran atas kepulangannya ke Jakarta, Aqilla justru dibuat sangat terkejut dengan fakta menghilangnya sang kembaran.
“Jalang kecentilan ini masih hidup? Memangnya kamu punya berapa nyawa?” ucap seorang perempuan muda yang dipanggil Liara, dan tak segan meludahi wajah cantik Aqilla yang ia cengkeram rahangnya. Ucapan yang sukses membuat perempuan sebaya bersamanya, tertawa.
Selanjutnya, yang terjadi ialah perudungan. Aqilla yang dikira sebagai Asyilla kembarannya, diperlakukan layaknya binatang oleh mereka. Namun karena fakta tersebut pula, Aqilla akan membalaskan dendam kembarannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Mulai Diselidiki
“Uncle Syukur ...!” lirih Aqilla langsung antusias ketika mendapati dering telepon masuk di ponselnya, berasal dari sosok yang sangat ia harapkan bantuannya.
Uncle Syukur, kerabat keluarganya yang berstatus sebagai ketua mafia, akhirnya menghubunginya. Di dalam kamar Asyilla dan tengah menggeledah laci meja belajar di sana, Aqilla berangsur menjawabnya. Aqilla terduduk dan menerima telepon sambil menahan tangis.
“Qilla, ... Uncle sudah menyimak semua informasi yang kamu kirim ke Uncle. Uncle memang tidak bisa langsung turun tangan karena Uncle harus tetap menemani istri dan anak-anak Uncle di sini. Namun, Uncle sudah meminta orang-orang Uncle untuk mengurus.”
“Setiap CCTV di sekitar lokasi kejadian mulai ditelusuri. Dan seperti permintaan kamu, ini rahasia. Uncle jamin, orang tua kamu sekalipun tidak akan tahu, asal kamu bisa memerankan diri kamu sebagai Chilla. Terlebih meski kalian kembar identik, sifat dan kebiasaan, bahkan cara berbicara kalian saja berbeda.”
“Kamu harus lebih hati-hati dalam menghadapi orang seperti mereka. Apalagi dari cara mereka ke Chilla, tanpa melihat usia mereka, mereka sangat berbahaya. Sedangkan anak-anak seperti mereka biasanya dari lingkungan sekaligus orang tua bermasalah. Bisa dipastikan, orang tua mereka juga akan berlomba-lomba melindungi para anak-anak ketika akhirnya kasus ini tersebar. Mereka pasti tak ragu untuk mengamankan kamu!”
“Walau kekuatan netizen tak diragukan lagi, pastikan jangan ada yang tahu dulu bahwa kamu dan Chilla kembar. ”
“Sekarang, sambil menunggu hasil dari kerja orang-orang Uncle, buatlah mereka ketakutan. Lukai mental mereka, biarkan mereka menggali kuburan mereka sendiri!”
Ucapan panjang lebar suara seorang pria yang terdengar sangat sopan, Aqilla simak di tengah air matanya yang berlinang. Aqilla mengangguk-angguk kemudian menyeka asal air matanya menggunakan jemari tangan kirinya yang tak memegang ponsel.
Setelah obrolan rahasianya dengan sang uncle usai, Aqilla mendadak ingat. Bahwa melakukan pencarian menggunakan foto di google, bisa menghasilkan hasil yang akurat.
“Oh iya ... ada video Chilla dibuang ke bendungan. Aku tangkap layar saja, dan dipakai buat pencarian buat cari lokasi akuratnya!” pikir Aqilla bersemangat dan segera mengelap wajahnya yang basah setelah ia membasuhnya.
Demi menyamarkan jejak tangisnya, Aqilla sengaja membasuh wajah. Ia bergegas keluar dari kamar mandi dan membuatnya mendapati papa mamanya tengah menggeledah meja belajar Chilla. Pak Zeedev dan ibu Akina, mengambil buku agenda maupun diary milik Chilla.
Padahal Aqilla hanya membasuh wajahnya sebentar di dalam kamar mandi. Namun, orang tuanya sudah cekatan mengambil barang-barang rahasia milik Asyilla.
“Apa yang papa mama lakukan? Kenapa mereka ambil buku agenda dan diary Chilla? Apakah mereka akan menggunakannya untuk menyelidiki sesuatu?” pikir Aqilla yang langsung menanyakannya.
“Enggak apa-apa. Kan memang buat isi tugas sekolah selagi kamu libur sekolah,” manis ibu Akina.
“Aduh ... aku kecolongan. Harusnya aku umpetin tuh buku agenda dan dairy yang aku sendiri belum sempat baca! Gimana kalau Chilla menuliskan rahasia yang hanya Chilla bagi di buku agenda atau diary, dan itu berhubungan dengan apa yang ia alami dari Liara?” sesal Aqilla tidak bisa untuk tidak gelisah.
“Terus, kenapa ponsel kamu sampai hilang?” sergah pak Zeedev sesaat setelah mengambil buku agenda maupun dairy milik Chilla, dari kedua tangan sang istri.
Pak Dev penasaran, kenapa ponsel Asyilla sampai hilang, setelah sempat tidak bisa dihubungi. Hingga baik dirinya maupun sang istri, hanya bisa menghubungi Chilla lewat Rumi. Masalahnya setelah tadi mereka bertemu secara langsung dengan Rumi, Rumi justru lebih mirip orang tidak waras. Selain ucapan Rumi yang seolah berusaha menegaskan, bahwa Asyilla yang sebenarnya sudah meninggal, justru jadi hantu atau itu, arwah gentayangan sangat menakutkan.
Di lain sisi, meski papa mamanya menyikapinya dengan santai bertabur senyuman, Aqilla rasa ada maksud lain dari keduanya. Toh, tugas sekolah macam apa yang membuat para orang tua atau wali muridnya, mengecek buku agenda?
“Aku lupa ... hape Chilla! Kira-kira hape Chilla ke mana, ya? Dibawa oleh salah satu dari lima i b l i s itu, kah? Atau, ... malah ketinggalan di gudang sekolah tempat Chilla dieks e k u si?” pikir Aqilla yang terpaksa hanya tersenyum tak tahu menahu pada sang papa. Akan tetapi, keputusan tersebut, membuat kedua orang tuanya saling bertatapan.
••••
Beberapa saat kemudian, Aqilla yang membekali punggungnya dengan ransel bulu warna pink milik Asyilla, kembali bersiap bergi. Aqilla yang duduk di motornya, menulis pesan WA ke uncle Syukur untuk mengecek sinyal ponsel Asyilla. Karena harusnya, sekelas mafia layaknya uncle Syukur, bisa melakukannya.
“Di mana foto ini diambil?” pikir Aqilla yang dengan cekatan melakukan pencarian menggunakan foto bendungannya.
Beberapa detik kemudian, sederet hasil pencarian yang Aqilla lakukan, memenuhi layar ponselnya. Sementara alasan Aqilla memakai ponsel berikut nomor berbeda karena saat di Australia, ia juga harus menggunakan nomor khusus dan itu sudah berbeda dari ponsel yang sekarang. “Semuanya bilang kalau ini bendungan lokasinya di Bogor. Masalahnya aku enggak tahu arah jalan. Kalau pakai map, takut disesatkan. Soalnya sering, diputer-puterin lewat gang tikus. Eh giliran sampai, ternyata ada di gang depan dan harusnya enggak perlu drama buat sampainya!”
“Halo cantik kesayanganku! Butuh jasa antar cinta yang bermuara ke surga?” ucap seorang pemuda berkulit hitam manis dan memakai jaket levis kedodoran.
Detik itu juga, Aqilla yang mengenali suara pemuda tadi, menoleh ke sumber suara. Seperti keyakinannya, itu memang suara Oskar, cowok tengil yang naksir berat ke Asyilla. Tampang Oskar boleh saja mirip anak kuliahan, gaul. Namun aslinya, dia masih kelas tujuh SMP. Itu kenapa, Asyilla mengebutnya sebagai ‘berondong meresahkan’. Karena memang, Oskar mencintai Chilla secara ugal-ugalan.
“Eh, Cintahku, kenapa kamu ngelihatin aku segitunya?” Aku ganteng banget melebihi Dilan, ya? Lihat motorku, terus lihat gayaku!” ujar Oskar masih bertahan di atas motornya dan itu di depan motor Aqilla. Mereka ada di depan gerbang kediaman orang tua Aqilla.
“Masalahnya kamu enggak punya SIM, sementara aku harus ke Bogor!” balas Aqilla dan langsung membuat Oskar bengong bahkan ileran.
“Heh, Oskar! Jangan buang-buang waktuku, ya!” galak Aqilla.
“Sumpah demi apa, ini istri masa depanku, balas omonganku? Ya Allah Masya Allah. Setelah candi Borobudur ternyata bukan bagian dari keajaiban dunia, ... ini barusan, baru tercetus keajaiban dunia baru! Anjjjaay! Makin semangat saja aku mencintaimu secara ugal-ugalan, cantikkuh kesayangankuh!” ucap Oskar benar-benar berisik, sambil buru-buru menghampiri Aqilla.
“Ayo, aku antar ke Bogor, bahkan ke rumah dinosaurus sekalipun, aku siap antar!” ucap Oskar buru-buru menuntun tangan kanan Aqilla. Saking sangat menjaga Aqilla yang ia kira Asyilla, ia sengaja mengelap boncengan motornya, maupun helm pink berbulu yang ia pakaikan ke Chilla.
“Ondemande si Oskar, helm buat Chilla saja sampai ada bulu-bulu lembutnya. Saking cintanya dia ke Chilla. Padahal usianya masih ‘piyik’!” batin Aqilla yang sekadar duduk saja sampai dibantu.
“Pokoknya kalau kamu nikah sama aku, ratu elizabet saja nangis karena iri. Karena aku bakalan memuliakan hidupmu melebihi kemuliaan hidup ratu elizabet!” berisik Oskar ke Aqilla yang sudah ia bonceng, padahal ia yang akan memboncengnya saja belum duduk.
“Kayak kenal saja, bawa-bawa ratu elizabet ke janji-janjimu!” semprot Aqilla.
“Ya k–kenal! Yang hidup di dunia ini, semuanya kan saudara karena kita sama-sama keturunan adam dan hawa! Hehehe!” balas Oskar yang kemudian bersiap membonceng Aqilla.
“Aku sudah terbiasa menjuarai balap liar ya, kesayangan. Jadi, aku beneran sudah lolos SNI!” ucap Oskar langsung tancap gas.
“Eh, si centil kesayanganku kok anteng banget dibonceng pakai motor rx king gini. Enggak ada adegan teriak, apalagi baku hantam atau setidaknya cekek mencekek?” pikir Oskar heran lantaran wanita cantik berpakaian serba pink termasuk jaketnya, benar-benar anteng.
(Ramaikan yaaa ❤️❤️❤️❤️❤️)
😏😏😏
iya juga yaa,, kalo sdh singgung k Mbah Kakung,, memoriq tiba2 jadi blank🤭😅
ini angkatan siapa ya... 🤣🤣🤣
kayaknya aq harus bikin silsilah keluarga mereka deh... 🤣🤣🤣
beri saja Liara hukuman yg lebih kejam Mb...
Angkasa ....,, tunggu tanggal mainnya khusus utkmu dari Aqilla
Jangan smpe orang tua nya liara berkelit lagi ...