Zhang Wei, seorang pelayan rendahan berusia 15 tahun, terusir dari salah satu keluarga besar di Kekaisaran Qin. Dalam usahanya bertahan hidup sebagai pemburu spiritual beast, ia menemukan sebuah pedang tua yang ternyata menyimpan roh seorang kultivator legendaris bernama Lian Xuhuan.
Dengan kekuatan dan pengetahuan mendalam tentang kultivasi, Lian Xuhuan menawarkan bimbingan kepada Zhang Wei untuk menjadi pendekar hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Anak Ajaib dan Ramalan Kuno
Rasa dingin menusuk perlahan membuat Zhang Wei tersadar. Mata merahnya terbuka perlahan, menatap langit-langit kayu dengan pola ukiran yang tidak dikenalinya. Rasa sakit di punggungnya masih terasa, mengingatkannya akan panah yang menancap sebelumnya. Dia mencoba bergerak, tapi tubuhnya terasa kaku, dan ikatan di pergelangan tangan serta kakinya membuatnya sulit untuk berbuat banyak.
"Di mana aku...?" gumamnya pelan, mencoba mengingat kejadian terakhir.
Suara langkah lembut terdengar mendekat, dan Zhang Wei menoleh. Di depannya berdiri beberapa elf, semuanya mengenakan jubah hijau dengan ornamen alami. Di tengah mereka, seorang perempuan tua dengan rambut perak panjang berdiri, memandangnya dengan mata penuh wibawa.
"Manusia," suara lembut namun penuh otoritas itu memecah keheningan. "Siapa kau, dan mengapa kau berada di wilayah suku elf?"
Zhang Wei terdiam sesaat, mencoba menilai situasinya. Dari nada dan tatapan para elf, jelas mereka bukan sekadar kelompok biasa. Mereka adalah suku kuno yang penuh misteri.
"Aku..." Zhang Wei menarik napas panjang, menyadari tidak ada gunanya berbohong dalam situasi seperti ini. Dia memilih untuk berkata jujur.
"Namaku Zhang Wei," katanya dengan suara yang meskipun lemah, tetap terdengar tegas. "Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di sini. Yang kuingat, aku dikejar oleh seseorang yang jauh lebih kuat dariku. Aku menemukan sebuah goa dengan altar kuno di dalamnya, dan sebuah formasi teleportasi membawaku ke sini. Ketika aku sadar, aku berada di sebuah altar di tengah salju."
Para elf saling berpandangan. Bisikan pelan mulai terdengar di antara mereka, tetapi tetua perempuan itu mengangkat tangannya, meminta mereka diam.
"Kau bilang, kau tersadar di altar itu?" tanyanya, suaranya kini terdengar lebih serius.
Zhang Wei mengangguk. "Ya. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi altar itu tampaknya sudah lama tidak digunakan."
Salah satu tetua lain, seorang pria dengan rambut hijau panjang yang berdiri di sisi perempuan tua itu, tampak terkejut mendengar penuturan Zhang Wei. Dia melangkah maju dan berkata dengan nada penuh emosi, "Altar itu... bukankah itu adalah 'Lingkaran Cahaya Aegis' yang sudah lama dianggap hilang? Jika benar, maka kata-katanya tak bisa dianggap remeh!"
"Lingkaran Cahaya Aegis?" Zhang Wei mengerutkan kening, bingung dengan istilah itu.
Tetua perempuan itu menatap Zhang Wei lebih dalam, lalu menghela napas panjang. "Manusia muda, kau tidak menyadari tempat seperti apa yang kau datangi. Lingkaran Cahaya Aegis adalah salah satu peninggalan suku elf dari ribuan tahun yang lalu. Tidak sembarang orang bisa diizinkan untuk menggunakan formasi itu, bahkan kami, kaum elf, tidak pernah bisa mengaktifkannya."
Zhang Wei tertegun mendengar penjelasan itu. Namun, sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, elf pria dengan rambut hijau panjang melanjutkan dengan nada bergetar.
"Tetua Lirien, apakah mungkin...?"
Tetua perempuan itu mengangguk pelan, matanya tidak pernah lepas dari Zhang Wei. "Ya, kemungkinan besar ramalan itu mulai terwujud."
Zhang Wei menatap para elf dengan tatapan bingung. "Ramalan apa yang kalian bicarakan?" tanyanya.
Tetua Lirien berjalan mendekatinya, memandangi wajah muda Zhang Wei yang penuh kebingungan. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan nada pelan namun penuh makna, "Ada sebuah ramalan kuno di suku kami. Ramalan itu menyebutkan tentang seorang anak ajaib yang akan datang dari tempat yang tidak diketahui, salah satu pemegang takdir dunia, dan dia akan membawa kebebasan serta kejayaan bagi suku elf."
Zhang Wei menatapnya dengan penuh keraguan. "Aku? Anak ajaib? Aku bahkan tidak tahu tempat ini ada sebelum aku tiba di sini."
Tetua Lirien tersenyum tipis. "Ramalan seringkali tidak jelas, anak muda. Tapi fakta bahwa kau bisa menggunakan Lingkaran Cahaya Aegis adalah bukti bahwa kau bukan manusia biasa."
Elf pria dengan rambut hijau melangkah maju lagi, matanya menyala dengan semangat. "Jika ramalan itu benar, maka dia adalah harapan yang telah lama kita tunggu. Kita harus melindunginya dan memastikan dia selamat!"
Namun, tidak semua elf tampak setuju. Beberapa mulai mengungkapkan keraguan mereka.
"Bagaimana jika dia hanya kebetulan berada di tempat itu?" salah satu elf berkata dengan nada skeptis. "Atau lebih buruk, bagaimana jika dia adalah ancaman yang menyamar sebagai penyelamat kita?"
Tetua Lirien mengangkat tangan lagi, menenangkan perdebatan yang mulai memanas.
"Kita tidak akan membuat keputusan terburu-buru," katanya tegas. "Manusia ini mungkin atau mungkin bukan pemegang takdir yang disebutkan dalam ramalan. Namun, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dia telah menyelamatkan salah satu dari kita, meskipun dia tahu itu bisa membahayakan dirinya sendiri."
Zhang Wei mendengar perdebatan itu dengan hati yang campur aduk. Meski tubuhnya masih lemah, dia berusaha menunjukkan rasa hormat.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi," katanya, suaranya lirih namun tulus. "Tapi aku tidak punya niat buruk terhadap kalian. Jika aku bisa pergi dan tidak membawa masalah, aku akan melakukannya. Aku hanya ingin menemukan jalan pulang."
Kata-katanya membuat tetua Lirien terdiam sejenak. Dia mengangguk perlahan, lalu berkata, "Istirahatlah, anak muda. Kami akan membahas apa yang harus dilakukan denganmu."
Para elf kemudian membawa Zhang Wei ke sebuah ruangan kecil untuk beristirahat. Sementara itu, para tetua mulai berdiskusi panjang tentang langkah berikutnya. Apakah manusia ini benar-benar penyelamat yang disebutkan dalam ramalan, ataukah dia hanyalah ancaman tersembunyi?