"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah Siri
"Paman ,,, ini gak seperti yang Paman kira." isak Fira.
"Bahkan orang-orang di luaran sana, masih menceritakan bagaimana keadaan kalian saat di temukan oleh mereka. Dan sekarang kamu bilang, tidak seperti yang Paman kira? Hah?" teriak Danu.
"Tapi, dia benar Pak, ini tidak seperti yang mereka tuduhkan." ujar Farhan.
"Kamu diam! Gara-gara kamu Fira jadi seperti ini." bentak Danu pada Farhan.
"Aku sebagai wali dari Fira, menyerahkan Fira pada orang kampung ini. Apapun yang kalian lakukan padanya, saya terima. Lakukan, apapun yang menurut kalian terbaik." jelas Danu menatap pada orang-orang disana.
"Paman ,,," pekik Fira. Tetapi, kembali Danu hendak menamparnya. Tetapi ditahan oleh Farhan.
"Kamu ..." geram Danu.
"Cukup Pak, kenapa tidak mendengarkan dulu, penjelasan dari Fira. Coba tanyakan dulu pada Fira. Siapa lelaki yang membawanya kesini." ujar suami Santi memegangi pundak Danu.
Sebelumnya, Fira memang sudah menceritakan semuanya pada orang-orang kampung disana. Santi dan suaminya terkejut bukan main, saat tahu, Alvin lah, pelakunya.
"Siapa lagi? Kalo bukan lelaki kere ini. Tampang aja ganteng. Ternyata gak ada apa-apa." sinis Danu menatap celana murahan yang dipakai oleh Farhan. Bahkan dia tahu, motor butut di luaran sana adalah milik Farhan. Sebab banyak warga yang masih bisik-bisik hendak membakar motor Farhan.
"Tenang, harap tenang dulu. Begini saja, karena kejadian ini ada di desa kami. Jadi, keputusannya harus mengikuti aturan dari desa kami." kata ketua RT, menghela napas. "Dimana masing-masing dari kalian harus membayar denda untuk kami satu ekor kambing, dan uang satu juta rupiah. Dimana kambing tersebut, akan kami sembelih, dan adakan acara kenduri, untuk membersihkan desa kami ini. Dan kalian berdua, harus menikah terlebih dahulu, baru bisa keluar dari sini." lanjutnya langsung membuat Fira dan Farhan saling menatap.
"Kami keberatan."
"Baiklah, jika itu keputusan kalian." ucap mereka hampir bersamaan.
"Bang ,,," pekik Fira tidak terima.
"Fira, kamu harus menikah malam ini juga. Lagipula, lelaki mana yang mau sama kamu, saat tahu kamu udah seperti ini." jelas Danu.
"Tapi, kami tidak ngapa-ngapain Paman. Dia bahkan tidak menyentuhku, dia yang membantuku, dari perbuatan munafik menantumu." berang Fira.
"Jangan sekali-kali kamu memfitnah nak Alvin Fira. Paman tahu kamu masih mencintainya. Tapi, jangan memfitnahnya. Dia mungkin, lagi keluar kota bersama Ayahnya." ucap Danu tidak terima.
"Cih, percuma aku beritahu Paman, Paman tidak akan percaya." cibir Fira.
Malam ini, dengan atau tanpa persetujuan dari Fira. Mereka dinikahkan, apalagi wali dari Fira setuju. Dan ada saksi dari pihak lelaki. Yaitu suami dari Santi.
Dengan mahar satu juta rupiah, sekarang Fira dan Farhan sah menjadi suami istri. Itupun, mahar diberikan oleh Santi, yang kebetulan, ada uang cash di tasnya.
"Untuk dendanya, berikan nomor rekeningnya. Aku akan mengirimkan uangnya sejumlah harga kambing. Begitupun dengan punyanya." tunjuk Farhan pada Fira.
Fira savitri, istri yang dinikahkan karena kesalahpahaman.
Ditempat lain, Alvin sampai di rumah orang tuanya. Kebetulan Ayahnya yang hobi merokok, masih duduk santai di teras depan.
Melihat kedatangan anaknya, Hendra langsung menghampiri. Padahal, mereka pengantin baru, seharusnya Alvin tidak meninggalkan istrinya seorang diri.
"Ayah, tolong aku." pinta Alvin dengan wajah memelas.
"Ada apa?" tanya Hendra menghembuskan asap rokoknya.
Alvin pun menceritakan semuanya, pada Ayahnya, tanpa ada yang ditutupi sedikitpun.
"Goblok ..." ujar Hendra meninju pipi Alvin.
"Maafkan aku Ayah, sekarang bantulah, aku. Aku mengatakan pada Raya dan Ayah Danu, kalo aku ikut kamu keluar kota." mohon Alvin.
"Menyusahkan, baiklah, sekarang kamu mandi dan bersiap-siap. Kebetulan, besok pun Ayah harus keluar kota. Jadi kita akan pergi sekarang juga." ujar Hendra masuk ke rumahnya. Dan diikuti oleh Alvin.
Hendra pun mengatakan pada Ratih, kalau ada yang menanyakan mereka, bilang saja jika mereka sudah pergi ke luar kota sejak selepas magrib. Dan Ratih pun, mengikuti keinginan suaminya. Dia takut, membantah, dan kembali mendapatkan tamparan berupa hukuman.
Kembali ke tempat, dimana Fira dan Farhan berada. Sekarang, mereka berdua sudah berada di perjalanan pulang. Baik Fira dan Farhan, sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.
"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Santi dari bangku depan.
"Ya Kak." sahut Farhan dan Fira bersamaan.
"Kenapa, kamu mau menikahi Fira, jika kamu tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan." tanya Santi, membuat Fira juga menatap Farhan, lelaki yang sudah sah menjadi suaminya, walaupun hanya nikah siri.
Sebab, Fira juga penasaran, akan jawaban dari Farhan.
"Karena aku melihat amarah di mata lelaki yang dipanggil Paman oleh Fira. Seperti ada dendam dimatanya." sahut Farhan menyandarkan kepalanya di sandaran mobil.
"Aku takut, jika setelah ini pun, Fira kembali mendapatkan hal-hal yang tidak di inginkannya." lanjut Farhan.
"Gak mungkin, Paman ku gak mungkin begitu." bantah Fira.
"Tapi, kenapa dia gak percaya sama kejujuranmu. Aku yakin, jika ia tahu, kalo kamu gak bohong." tuduh Farhan. Langsung membuat Fira menunduk.
Iya, Danu biasanya akan selalu percaya pada ucapannya. Bahkan Danu, tahu kapan dia berkata bohong. Mungkin, benar jika sekarang Pamannya telah berubah.
Tapi, bukankah bukti sudah menyatakan, dengan menyuruhnya untuk menolak Alvin, dan malah menikahkan, Alvin sama anaknya sendiri. Dan sekarang dengan mudah dia menerima Farhan, padahal baru mengenalinya saat musibah tersebut, terjadi.
Fira hanya bisa menelan ludah pahit, saat mengingat semuanya.
"Jadi sekarang bagaimana? Maksudku, kamu akan pulang ke rumah Fira?" tanya suami Santi.
"Eh jangan ,,," larang Fira spontan. "A-aku belum siap. Biarkan aku jelaskan dulu sama Ibu." lirih Fira menundukkan kepalanya.
"Kita sama-sama akan menjelaskannya ya." ucap Santi menghibur Fira.
Benar saja, walaupun Santi telah menghubungi Asma dan mengatakan jika ia dan Fira menuju ke suatu tempat. Asma tetap saja masih menunggu kepulangan anak gadisnya. Dia tidak bisa tidur, sebelum melihat langsung wujud anaknya. Apalagi, memang sejak tadi hatinya sangat gelisah tidak menentu.
"Ibu ,,," Fira menyalami dan memeluk Ibunya seperti biasa.
"Apa yang terjadi, kenapa pipimu merah, dan sudut bibirmu terluka?" tanya Asma bernada khawatir.
"Ibu, duduk lah dulu. Biar kami jelaskan semuanya." ujar suami Santi.
Akhirnya semuanya yang ada disana, ikut duduk lesehan. Termasuk Farhan. Sedangkan Fira, memilih untuk duduk disamping Ibunya, dan memeluk lengan Ibunya. Karena dengan begitu, bisa sedikit menenangkan hatinya.
Santi dan suaminya pun, menjelaskan apa yang terjadi. Bahkan Farhan sesekali ikut menimpalinya. Asma langsung memeluk erat Fira, saat mengetahui anaknya baru saja mengalami hal tersulit di hidupnya.
"Bagaimana ini nak, jangankan kambing. Uang satu juta pun, kita gak punya." isak Ella.
"Itu sudah menjadi tanggung jawab saya Bu." ujar Farhan hati-hati.
"Kamu telah menolong Fira nak, bagaimana mungkin, kami kembali memberatkan mu." ucap Asma menatap sendu ke arah Farhan.
"Sebenarnya, kami sudah nikah siri Bu." lirih Fira pelan.