Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya berubah semenjak kematian sang ayah, membuat dirinya berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Pagi itu suasana hati Puteri tak menentu, ia merasa gelisah, entah apa yang membuatnya demikian. Setelah selesai briefing pagi, seperti biasa ia hendak menuju pantry untuk membuat minuman hangat.
Hingga tiba-tiba pukul 10 pagi telponnya berdering, memunculkan nama Ayah pada layar telepon nya.
"Tumben ayah menelpon saat jam kerjaku," Gumamnya. Pasalnya ayahnya tidak pernah menghubungi, bila putrinya sedang bekerja.
"Halo yah, ada apa??, tanya puteri sebelum melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba orang disebrang sana berbicara dengan nada yang panik memotong perkataan Puteri.
"Apa benar ini anaknya Pak Nura?, tanya beliau.
" Benar!! Ada apa ya?? Maaf saya berbicara dengan siapa?? Mengapa anda menelpon menggunakan hp ayah saya??, tanyaku penuh heran.
"Saya teman kerja nya Pak Nura, ingin memberitahukan bahwa Pak Nura sedang berada di RS karena terjatuh dikamar mandi, mohon keluarganya segera datang ke RS untuk mengurusnya". Jawabnya dengan panik
Seketika aku terkejut mendengar penuturan kata-kata orang itu, " Baik pak, saya akan hubungi orang rumah agar segera kesana".
Telpon pun ditutupnya, kemudian aku menelpon mamah.. Tut.. Tut.. Tut.. "Halo Assalamualaikum teh, ada apa?
" Waalaikumsalam mah, barusan temen kerja ayah telpon, katanyah ayah jatuh dikamar mandi, apa mamah bisa ke RS sekarang??"
"Astagfirullah, iya teh mamah segera kesana". Mamah pun menutup telponnya.
Dengan perasaan cemas aku menunggu kabar, setelah beberapa lama telponku berdering kembali dari no Ayah.
"Halo bagaimana ini, apa keluarga Pak Nura tidak ada yang bisa datang, pak Nura kritis tolong pihak keluarganya segera kemari". Sedikit membentak, suara ditelpon itu terdengar benar-benar panik.
"Mamah saya sedang menuju kesana pak, mungkin beliau sedang dijalan, sedangkan saya sedang kerja, kalau saya yang pergi akan membutuhkan waktu yang lama karena saya tidak tahu dimana tempat kerja ayah saya juga tidak tahu lokasi RS yang tadi bapak sebutkan". Kemudian aku menelpon mamah.
"Mah, mamah udah pergi belum??, cepet mah, ayah kritis katanya, kalo teteh tau tempat kerja ayah, pasti teteh sudah pergi dari tadi."
"Mamah lagi mau jalan teh, ini baru ada yang bisa antar". Jawab mamah
" Ya sudah mamah hati-hati, segera kabarin teteh bagaimana kondisi ayah setelah sampai sana ya mah"
"Iya". Dan telpon pun di tutup.
Waktu menunjukan pukul 13.30 siang, saat kami kembali dari makan siang, kemudian telponku berdering.
"Halo mah, gimana keadaan ayah??". Tanyaku sedikit panik, pasalnya mamah baru menelponku setelah berjam-jam.
"Teh, teteh yang sabar ya, ayah sudah gak ada". Jawab mamahku dengan suara gemetar menahan tangis dibibir nya.
Seketika tangisku pecah mendengarnya, hp yang berada ditanganku terjatuh, kemudian diambil oleh Wulan.
" Mah ada apa kenapa Puteri menangis histeris, ayah kenapa mah??", tanya Wulan pada mamahku.
"Ayah sudah meninggal Wulan hiks hiks hiks", mamah pun tidak dapat membendung tangisnya lagi
Wulan dan teman-teman yang lain memelukku, mencoba menenangkanku, rasanya seperti disambar petir disiang bolong, baru kemari ayah menjemputku, berbincang dengan teman-temanku sambil bercanda.
Mereka pun sama terpukulnya seperti aku, sosok ayah begitu melekat juga di hati mereka, walau tampang ayah sangat galak, tapi hati beliau begitu baik, lembut, penyayang, itulah yang dirasakan oleh teman-temanku juga.
*************************
Sore hari, setelah mengurus semuanya di RS, Jenazah ayah dibawa pulang, aku pun langsung meminta izin segera pulang, diantar oleh kedua temanku, dan kami bertiga sampai pun didepan rumah.
Banyak orang riuh di gang dekat jalan rumah kami, mereka satu persatu memeluku dan menghiburku, aku tidak mengenal mereka, tetapi mereka mengenalku, ternyata mereka adalah teman-teman dan saudara alm.ayah.
Ayah adalah orang yang jarang bergaul disekitaran rumah, bahkan sehari-hari bila tidak sedang bekerja, ayah hanya di rumah atau memancing, itupun hanya dengan adik-adiknya saja.
Tapi hari ini aku sungguh terkejut melihat orang yang melayat sebanyak ini membuktikan bahwa alm.ayah adalah orang baik semasa hidupnya, beliau mempunyai banyak teman yang siap mengantarkan beliau ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Saat itu, Adikku baru pulang sekolah ketika ia mendapat kabar bahwa ayah sudah berpulang, adikku begitu terpukul, dia mengunci diri dikamar sambil menangis, bagaimana tidak, begitu dekatnya ayah dengan anak-anaknya, tidak menyangka hal ini akan terjadi begitu cepat, walaupun adikku sudah kelas 3 SMP tetapi ia dan ayah selalu bermain gulat-gulatan di kasur sampai kena omel mamah.
Hal yang jarang sekali dilakukan oleh ayah dan anak remaja nya, walaupun ayah terlihat garang, tapi banyak anak-anak kecil yang justru lengket dengan beliau, bahkan banyak pula dari mereka yang ikut-ikutan memanggi Ayah kepada alm.
Bukan hanya kami orang dewasa, anak- anak tetangga maupun sodara yang dekat dengan ayah, ikut menangis karena merasa kehilangan, tidak menyangka ayah secepat itu pergi meninggalkan kami di usianya ke 44 tahun..
Setelah acara pemakaman selesai kami kembali ke rumah, mamah ku terus menangis, dan adikku pun mengurung dirinya dikamar.
Dalam hati, aku pun sama terluka seperti kalian, tapi jika aku larut terus dalam kesedihan ini bagaimana hidup kami selanjutnya,
Aku sekarang menjadi tulang punggung keluarga, dan satu hal yang aku sadari setelah kepergian ayah. Ini seperti takdir yang sudah terencana dengan baik.
Niat ayah mengirimku ke SMK agar aku lebih mudah mendapat pekerjaan setelah lulus sekolah, seperti sudah diatur oleh takdir agar aku siap untuk menggantikan posisinya menjadi tulang punggung.
Sikap ayah yang keras selama ini kepadaku, adalah mengajarkan aku agar lebih siap untuk segala tekanan, dan agar aku bisa mandiri setelah kepergian beliau.
Dan yang semakin ku sesali adalah, setelah kepergian beliau seolah menjawab keinginanku kala itu agar ayah tidak terlalu over protective padaku, sebenarnya ia melakukan itu karna ia khawatir, takut tidak bisa menjaga putrinya lagi, takut tidak bisa selalu ada disaat putrinya membutuhkan, jadi sebisa mungkin ia selalu memberikan yang terbaik tanpa aku memintanya.
Ayah adalah cinta pertama anak gadisnya, dan kini sosok itu sudah pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan penyesalan yang mendalam bagiku, setelah dulu aku mengabaikannya kini beliau pergi dan takkan pernah kembali, hanya menyisakan kenangan indah, dan nasihat-nasihatnya yang bijak kala itu.
Ayah.. Maafkan aku yang telah pernah mengabaikanmu, mengabaikan cinta kasihmu yang tulus, seharusnya aku bersyukur, karena Ayahku begitu istimewa, beliau memberikan hal yang tidak semua ayah berikan pada anak gadisnya, yaitu perhatian dan pengorbanan yang begitu besar.
Aku berjanji ayah, setelah hari ini aku tidak akan membuatmu khawatir lagi, aku akan menjaga mamah dan Krisna, aku tidak akan menyia-nyiakan mereka lagi.. Ayah yang tenang disana. Doaku untumu..
Sementara itu dikamar, adikku sedang menangis sesegukan, kala mengingat pesan terakhir dari ayah melalui mamah pagi itu.
" Bu, nanti kalau aa nanyain uang sepatu, bilang aja uangnya ada di ayah ya", mamah pun mengangguk sebagai jawaban.
Pagi itu ayah memang terlihat seperti orang yang hendak pergi jauh dan tidak akan kembali, seolah tidak ingin ada yang terlewat beliau memastikan berkali-kali sebelum pergi kerja.
Mungkin itu adalah pertanda bahwa akan terjadi sesuatu, dan benar saja perasaanku yang tak menentu akhirnya terjawab sudah pada hari itu.
******************
Semua yang terjadi benar-benar membuat kami bak disambar petir disiang bolong, seperti mimpi buruk yang membuat kami ingin segera bangun dari tidur. Namun ini adalah kenyataan yang sangat pahit, jika Tuhan sudah berkehendak, maka tiada satu manusia pun yang mampu menghentikannya.
Tenanglah dalam tidur panjangmu Ayah, kau sudah bahagia disina, biarkan aku yang meneruskan perjuanganmu, mengambil alih sebagai tulang punggung keluarga.
Terima kasih atas semua cinta, perjuangan serta pengorbananmu untuk keluarga ini, sebagai seorang anak, aku bersyukur telah dilahirkan menjadi Puterimu. Anak gadis kecilmu, yang selalu kau sayang dan kau lindungi, yang telah kau didik dan jaga dengan baik sampai akhir hayatmu.
Biarlah kini anak-anakmu yang berjuang, dengan menerapkan bekal yang telah kau titipkan kepada kami sedari kecil, yaitu mendidik kami menjadi anak yang tangguh, pantang menyerah dan selalu bersyukur.
Ayah kupanjatkan doa terbaikku untuk mu, semoga engkau ditempatkan ditempat yang Indah disisi Allah, diampuni segala dosamu, dan diterima semua amal baikmu.
Kenangan akan dirimu akan selalu bersama kami sampai kapanmu, sosokmu tidak akan pernah kami lupakan, apalagi bagiku, engkau adalah cinta pertama, pria yang menyayangiku dengan tulus, dan tidak pernah menyakitiku, aku berharap semoga kelak aku menemukan imam yang seperti dirimu, yang bisa menemaniku.
Aamiin, we all love you Ayah.