Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Material Tercanggih Abad 21
Bab 26: Material Tercanggih Abad 21
Kamis, 23 Februari 1984
Sore itu, ruang kerja Sulastri dipenuhi dengan percakapan serius tentang masa depan Umbrella Future Holding. Setelah menyelesaikan rencana investasi awal di Asia dan Australia, Dina mengajukan pertanyaan penting yang menjadi penutup diskusi hari itu.
"Bu Sulastri, berapa banyak modal yang dimiliki oleh Umbrella Future Holding untuk operasional di Singapura?" tanyanya sambil mencatat detail di buku kerjanya.
Sulastri menjelaskan, "Modal terdaftar kita adalah $1,2 miliar. Sebagian bsar, sekitar $1 miliar, sudah dialokasikan untuk investasi strategis seperti yang telah kita susun sebelumnya. Sisanya, $200 juta, akan digunakan untuk operasional perusahaan dan investasi dadakan di masa depan."
Arya, yang sedari tadi mendengarkan, menambahkan, "Rencana awalnya, setelah mendirikan perusahaan perdagangan internasional, kalian harus mulai membeli hasil sawit dan karet dari perusahaan lain di Kalimantan dan Sumatra Utara. Baru setelah itu, kalian bisa membeli dari Perkasa Group, tapi dengan harga yang lebih murah. Ini untuk menjaga jarak yang jelas antara perusahaan keluarga kita dengan perusahaan Umbrella di Singapura."
Pak Andrian mengangguk setuju. "Itu strategi yang cerdik, Arya. Hubungan antar perusahaan seperti ini memang perlu dirancang dengan hati-hati."
Arya melanjutkan, "Selain itu, jangan langsung membeli gedung kantor atau properti di Singapura. Tunggu hingga pertengahan tahun 1985, saat krisis ekonomi Singapura mencapai puncaknya. Harga properti akan turun drastis, dan kita bisa membelinya dengan harga jauh lebih murah."
Dina dan Pak Andrian semakin terkesan dengan wawasan Arya. Dengan usianya yang baru 10 tahun, Arya berbicara seperti seorang perencana bisnis profesional. Dina pun bertanya lebih jauh.
"Arya, apakah ada hal lain yang harus kami perhatikan saat berada di Singapura?" tanyanya.
Arya tersenyum kecil. "Ada satu hal lagi yang ingin aku minta. Setelah Umbrella Future Holding berdiri, aku ingin kalian menyelidiki perusahaan game di Amerika dan Jepang yang terdampak oleh krisis video game tahun lalu. Khususnya, aku ingin fokus pada Atari di Amerika. Jika ada peluang akuisisi, lakukanlah. Aku akan menggunakan dana pribadi untuk itu."
Sulastri, yang mendengarkan dengan cermat, bertanya, "Kenapa kamu tertarik pada perusahaan game, Arya?"
Arya menjelaskan rencananya. "Aku ingin DreamWorks, studio game kami, masuk ke industri video game secara global. Dengan membeli lisensi video game dari DreamWorks, Umbrella bisa berpura-pura sebagai investor besar yang tertarik pada produk mereka. Umbrella kemudian akan membayar mahal untuk lisensi itu dan bekerja sama dengan DreamWorks dalam mengembangkan video game arcade. Ini juga cara untuk mencairkan dana tanpa menarik perhatian."
Sulastri mengangguk, mengagumi kecerdasan dan kehati-hatian Arya dalam merancang strateginya. "Baiklah, ibu akan mendukung rencana ini. Dina, Pak Andrian, bantu Arya merealisasikan idenya."
"Kami siap membantu," jawab Pak Andrian dengan yakin.
***
Setelah Dina dan Pak Andrian pergi untuk bersiap menuju Singapura, Arya tetap tinggal di ruang kerja Sulastri. Sulastri memperhatikan anaknya yang tampak berpikir keras, seperti sedang merancang rencana baru.
"Ibu, apakah ibu sudah menghubungi Bibi Silvia di Belanda? Bagaimana keadaan mereka sekarang?" Arya membuka percakapan.
"Mereka baru berangkat hari ini, Arya. Mungkin saat ini mereka masih di perjalanan," jawab Sulastri.
"Aku ingin meminta bantuan Bibi Silvia untuk sesuatu," kata Arya sambil tersenyum kecil, tahu bahwa ibunya pasti bisa menebak isi pikirannya.
Sulastri menatapnya dengan tajam. "Apa yang kamu rencanakan kali ini?"
Arya tertawa kecil, mengusap rambutnya dengan canggung. "Hehe… Aku ingin Bibi Silvia berinvestasi pada para ilmuwan material di Amerika."
"Material seperti apa yang membuatmu begitu tertarik?" Sulastri penasaran.
Arya duduk lebih tegak dan menjelaskan dengan antusias, "Material yang aku maksud adalah Nitrogen Atom-Based Endohedral Fullerenes, atau yang sering disebut Fullerenes. Ini material dengan struktur karbon unik yang harganya bisa mencapai £100 juta per gram di tahun 2020."
***
Sulastri terkejut. "Mahal sekali, Arya! Apakah material itu sangat langka?"
"Bukan langka, Bu. Tapi material ini tidak ditemukan di alam. Fullerenes adalah material buatan yang membutuhkan teknologi laser tercanggih untuk memproduksinya. Pada sejarah aslinya, material ini ditemukan secara tidak sengaja oleh para ilmuwan di Amerika pada tahun depan, 1985. Namun, mereka kesulitan memproduksi ulang dalam skala besar. Akhirnya, penelitian mereka hanya menjadi teori ilmiah dan mendapatkan penghargaan Nobel Sains."
"Jadi, apa rencanamu, Arya?" tanya Sulastri, mencoba memahami pikiran anaknya.
Arya menjelaskan, "Aku ingin Bibi Silvia, melalui Westeros Corporation, mendirikan anak perusahaan bernama Westeros Innovation. Perusahaan ini akan bekerja sama dengan para ilmuwan yang menemukan Fullerenes, mendanai penelitian mereka, dan mendapatkan hak paten atas teknologi serta material ini. Dengan begitu, kita bisa menguasai teknologi ini untuk berbagai aplikasi di masa depan."
Sulastri masih mencoba mencerna rencana Arya yang ambisius. "Apa sebenarnya kegunaan Fullerenes ini?"
Arya mulai menjelaskan dengan rinci. "Fullerenes memiliki banyak potensi aplikasi di berbagai bidang, seperti:
Medis:
Fullerenes dapat digunakan dalam terapi kanker karena kemampuannya mengantarkan obat langsung ke sel target.
Mereka juga bisa digunakan sebagai antioksidan kuat untuk melawan radikal bebas dalam tubuh.
Elektronik:
Dalam teknologi semikonduktor, Fullerenes bisa meningkatkan efisiensi perangkat elektronik seperti transistor dan panel surya.
Mereka juga digunakan dalam pengembangan superkapasitor untuk baterai masa depan.
Material Canggih:
Fullerenes dapat memperkuat material seperti plastik dan logam, membuatnya lebih tahan terhadap tekanan dan panas.
Dalam dunia aeronautika, material ini bisa digunakan untuk membuat pesawat dan roket yang lebih ringan dan kuat.
Energi:
Fullerenes sangat efisien dalam menyimpan energi, menjadikannya kandidat utama untuk baterai berkapasitas besar.
Nanoteknologi:
Fullerenes menjadi dasar pengembangan nanoteknologi, menciptakan alat-alat kecil untuk aplikasi medis dan industri.
Dengan semua aplikasi ini, Fullerenes akan menjadi salah satu material paling berharga di abad ke-21."
***
Mendengar penjelasan Arya, Sulastri merasa kagum sekaligus sedikit khawatir. Anak laki-lakinya yang baru berusia 10 tahun memiliki pemikiran yang jauh melampaui usianya. Namun, ia juga sadar bahwa ambisi Arya membutuhkan pengawasan yang ketat.
"Arya, kamu selalu memiliki rencana besar. Ibu akan mendukungmu, tapi pastikan semua ini tidak membuatmu kehilangan masa kecilmu," kata Sulastri dengan lembut.
Arya tersenyum. "Tenang saja, Bu. Aku tetap bermain bersama Amanda dan teman-teman. Aku hanya ingin mempersiapkan masa depan keluarga kita."
"Ibu akan menghubungi Bibi Silvia dan memberi tahu rencana ini. Jika dia setuju, kita akan segera memulai," kata Sulastri akhirnya.
"Terima kasih, Bu," jawab Arya.
***
Hari itu diakhiri dengan Arya duduk di ruang belajar, menuliskan detail rencana investasi Westeros Innovation untuk Fullerenes. Sementara itu, Sulastri memandang anaknya dari kejauhan, berpikir tentang masa depan yang ingin diciptakan Arya untuk keluarga mereka.
Di tengah keheningan malam, Arya merenungkan langkah-langkah yang akan ia ambil. Meski usianya masih muda, ia tahu bahwa setiap keputusan yang diambil hari ini akan menentukan nasib keluarganya di masa depan.
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa