NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Sang Mafia

Gadis Incaran Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Dikelilingi wanita cantik / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.

Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita


Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemukan Orang Yang Tepat

Kondisi Zoya sudah semakin membaik, gadis itu kini sudah mulai ceria kembali walaupun tak seperti biasanya. Zoya kini semakin bersemangat untuk bisa sembuh dari penyakitnya, dia juga berusaha untuk melupakan semua kejadian yang sudah menimpa Zain lima bulan yang lalu.

Setelah makan malam, Zoya dan Zeline membantu Khadijah untuk membereskan meja makan, Khadijah yang semakin tua membuat dia tidak sekuat dulu.

“Assalamu'alaikum.” Sapa Nila, Zoya dan Zeline langsung berlari memeluk Nila.

“Omaa, kapan oma pulang?” tanya Zoya.

“Oma baru saja sampai tadi pagi.”

“Kok mama nggak kasih kabar sama aku?” tanya Sean.

“Mama nggak mau repotin kalian, oh iya ini oma bawain kalian oleh-oleh, semua ini dibelikan oleh paman kalian.” Zoya dan Zeline melihat apa yang dibawa oleh Nila, Zay tak mau ketinggalan, dia ikutan nimbrung dengan para gadis itu.

“Wah novel baru, pasti ini Arkan yang belikan ya oma.”

“Iya Zee, saat mau pulang aja, dia udah sibuk nyariin novel buat kamu.”

“Gila, nggak ada satupun oleh-oleh untukku.” Nila terkekeh mendengar celetukan Zay.

“Paman kamu ada sesuatu yang khusus untuk kamu Zay, tapi oma akan kasih nanti.” bisik Nila pada Zay, Zay tersenyum riang.

Sonia memeluk ibunya, sudah hampir dua bulan Nila di London bersama dengan Seyyal, semenjak Seyyal keguguran anak terakhir mereka, Seyyal jadi sering sakit, makanya Nila sering ke sana untuk memantau keadaan Seyyal. Nila menjadi orang tua kesayangan mereka semua, sikap Nila jauh berubah saat ini.

Setelah membagikan oleh-oleh, Zay menemui Nila di dalam kamar. Nila memberikan sebuah hardisk pada Zay dan sebuah surat yang dikirimkan oleh Miller untuk Zay.

“Pesan dari paman kamu, oma berharap, kamu bisa melakukan amanah yang dititipkan padamu Zay.”

Zay menuju ke dalam kamarnya, dia memeriksa hardisk tersebut dan ternyata isinya adalah mengenai seluk beluk organisasi Zen Zephyrs, di sana lengkap siapa saja anggota organisasi itu, bisnis yang dijalankan juga tertera di sana, lengkap dengan pemasok serta pembeli. Zay memejamkan matanya, dia sangat berat untuk menerima semua ini karena Zay tidak pernah ingin meneruskan organisasi milik Zain itu, dia tidak ingin menjadi seorang mafia.

Zay menghubungi Haven, hanya Haven yang dekat dengan Zain semasa hidupnya, Zay mengatakan kalau dia memiliki hardisk yang berisi semua data mengenai Zen Zephyrs.

“Aku ingin kau mengelola semuanya Haven, aku tidak mau ikut campur dalam bisnis ini, aku tidak ingin mengikuti jejak Zain.” Kata Zay di telfon pada Haven.

“Baiklah, kau bisa memberikan hardisk itu padaku, biar aku mempelajari semuanya, aku akan menjaga organisasi milik Zain.”

“Kita bertemu di London, aku ke sana minggu depan.”

“Baiklah.”

Zay kembali melihat semua data-data itu, banyak sekali musuh yang ingin menghancurkan Zain.

“Jika Zain bisa mengetahui siapa saja musuhnya, kenapa dia bisa diserang dan terkecoh oleh Josh? Padahal Zain mengetahui kalau Josh sedang mengawasinya di Italia.” Pikir Zay, dia menjadi penasaran dengan kematian saudara kembarnya itu, jika Zain mengetahui Josh akan menyerangnya, kenapa Zain malah pasrah dibunuh oleh Josh waktu itu?

Zay menyimpan semua data tersebut, dia akan meminta izin pada Sonia dan Sean untuk pergi ke London minggu depan, mungkin di sana dia akan berdiskusi dengan Miller.

...***...

“Papa, aku mau kuliah ke Amerika, boleh ya pa.” Sean dan Sonia memikirkan permintaan putri mereka.

“Zee sayang, kami belum siap untuk melepaskan kamu ke sana, apa tidak sebaiknya kamu kuliah di sini saja?”

“Tapi ma, aku semakin sedih jika lama-lama di sini, semua sudut di kota ini mengingatkan aku pada Zain, aku hancur pa, ma. Aku tidak ingin bersedih terus.” Sean yang paling tidak bisa melihat putrinya menangis akhirnya luluh.

“Baiklah, tapi kamu harus janji, kamu akan memberi kabar setiap hari pada kami, apapun itu.”

“Zee janji pa.”

Seminggu berlalu, Zay meminta izin untuk ke London sedangkan Zoya akan pergi ke Amerika Serikat. Zay akan mendiskusikan mengenai organisasi Zain dengan Miller sedangkan Zoya melanjutkan kuliahnya di sana.

Zoya sudah mendaftar di Columbia University, Amerika Serikat, dia mengambil bisnis di sana. Entah apa yang Zoya inginkan, selama ini dia tidak pernah tertarik dengan bisnis apapun, dia kuliah di Indonesia mengambil jurusan pendidikan.

Zoya tidak sendiri ke Amerika, dia ditemani oleh Gaby yang juga ingin kuliah di sana bersama dengan Zoya. Mereka mengambil jurusan yang sama dan kampus yang sama.

Setelah perjalanan panjang Zoya dan Gaby lalui, akhirnya mereka sampai di apartemen yang memang sudah disiapkan oleh Sean untuk putrinya, Sean menempatkan beberapa penjaga di apartemen itu. Sean maupun Vanno tidak ingin jika anak mereka dalam bahaya, karena Sonia dan Laura begitu mencemaskan anak-anak mereka.

Apartemen mewah itu dihuni oleh Zoya dan Gaby saja, mereka memang sedari kecil tidak bisa dipisahkan.

“Ah akhirnya, aku bisa kuliah di kampus impianku.” Ujar Gaby sambil merebahkan dirinya di atas sofa.

“Kenapa kamu tidak ke sini saja dulu By?”

“Kamu kan tau sendiri Zee, mommy dan daddy itu tidak mau melepaskan aku sendiri ke sini, untungnya ada kamu, jadi aku dibolehin, makasih ya.” Gaby memeluk Zoya, mereka saling tertawa.

Zoya dan Gaby harus kembali kuliah dari semester awal, mereka harus menjalani semuanya dengan baik agar bisa lulus dengan peringkat terbaik dan membawa kebanggaan.

Hari pertama di kampus, Zoya dan Gaby merasa senang, mereka menjalani hari dengan lancar. Mereka mengambil jurusan yang berbeda, jadi jadwal kuliah pun terkadang berbeda.

“Gaby, aku pulang dulu ya, aku mau telfon mama, aku kangen.”

“Iya Zee, nanti kalo aku pulang kamu mau nitip apa?”

“Apa aja, yang penting halal.”

“Pasangan halal gimana?” goda Gaby.

“Gabyyyy.”

“Oke oke, kamu hati-hati, jangan sampai jatuh di jalan.” Zoya hanya terkekeh mendengar perkataan Gaby.

Zoya menunggu taksi, hari ini dia tidak menggunakan mobil karena memang Zoya tak bisa mengendarai mobil, dia lebih suka pakai motor, jauh lebih simple, sebenarnya dia bisa namun bagi Zoya, mobil itu sesuatu yang ribet untuknya.

Taksi datang, Zoya menaiki taksi itu lalu mengatakan tujuannya, dia memandang keluar jendela sambil menikmati keindahan kota New York, lalu tiba-tiba seorang pria memasuki taksinya dengan keadaan wajah terluka dan tangan memegang pistol.

“Jangan banyak tanya, sekarang cepat laju kan mobil ini, ikuti mobil yang di depan.” Titah pria itu, Zoya sudah ketakutan melihatnya, ditambah lagi darah segar memenuhi tangan pria tersebut.

“Cepat!” Sopir taksi itu terkesiap lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk mengejar mobil yang ditunjuk oleh pria asing itu.

Aksi tembak menembak pun terjadi, mereka berada di sebuah jalanan yang lumayan sepi, Zoya dari tadi sudah begitu ketakutan melihat aksi pembunuhan yang terjadi di depan matanya, pria itu dengan mudah menghabisi beberapa orang.

Setelah selesai, pria tadi memasuki taksi Zoya lalu meminta sopir mengantarkan dia ke alamatnya terlebih dahulu. Pria itu tak menyadari kalau saat ini gadis yang ada di sampingnya begitu ketakutan.

Setelah sampai di alamatnya, pria asing itu turun lalu memasuki sebuah apartemen mewah di pusat kota, jaraknya tak jauh dari apartemen Zoya.

“Ini uangnya, saya turun di sini saja.” Zoya memberikan sejumlah uang kepada sopir taksi tadi lalu menyusul pria asing itu ke dalam apartemen.

Zoya sampai di depan apartemen milik sang pria, dia menekan bel berulang kali baru dibuka kan oleh pria itu.

“Mau apa kau ke sini?” Tanya pria itu dengan nada datar.

“Aku ingin meminta bantuanmu.” Kata Zoya dengan tegas.

“Masuklah.” Zoya memasuki apartemen yang tak kalah mewah dari miliknya, Zoya duduk dengan sopan, pria itu mungkin sedang mandi, sekitar 20 menit menunggu, pria itu duduk sambil memberikan minuman untuk Zoya

“Aku tidak minum alkohol.”

“Kalau kau tidak minum alkohol ya tidak usah di minum.” Zoya menelan saliva nya, pria di hadapannya itu ternyata sangat bengis.

“Bantuan apa yang kau inginkan?” tanya pria itu tanpa basa basi.

“Tolong ajarkan aku berkelahi, seperti yang kau lakukan tadi.”

Pria itu terdiam sejenak lalu tertawa, permintaan Zoya seakan sebuah lelucon baginya.

“Sepanjang perjalanan tadi saja kau begitu ketakutan denganku, kenapa sekarang kau tiba-tiba meminta aku untuk mengajarimu berkelahi? Kau ini sehat?”

“Aku saat ini menderita Leukemia, aku di sini kuliah dan jauh dari orang tua, aku sangat takut dengan kekerasan, untuk tinggal di kota besar ini, aku ingin bisa bela diri, untuk melindungi diriku sendiri.”

“Siapa namamu?”

“Zoya, Zoya Aderalin Aznand.”

“Baik, aku bersedia membantumu, dengan satu syarat.”

“Apa?”

“Kau tidak diizinkan untuk membawa siapapun ketika berlatih denganku, mengerti.” Zoya mengangguk.

“Oke, tinggalkan nomor ponselmu dan pergilah dari apartemenku, aku ingin istirahat.” Zoya mengambil secarik kertas dan menuliskan nomor ponselnya.

Dia lalu beranjak dari apartemen pria tersebut, saat sampai di koridor apartemen, pria tadi memanggil Zoya, Zoya langsung menatapnya.

“Gavino Fuentes, kau bisa memanggilku Gavin, aku akan menghubungimu jika aku tidak sibuk.” Zoya hanya tersenyum dan mengangguk, senyuman Zoya seakan memberikan sihir pada Gavin, dia terpana sesaat lalu memasuki apartemennya.

“Zoya, pantas saja Zain begitu mencintai saudari kembarnya sendiri, dia memang sangat cantik luar biasa, aku akan memanfaatkan dia untuk melancarkan semuanya. Aku akan menghancurkan Zen Zephyrs hingga tak bersisa sama sekali.” Gavin kembali meneguk minumannya.

“Kamu menemukan orang yang tepat untuk melatihmu Zee, kamu tidak akan lemah selamanya.” Zoya begitu bahagia.

...***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!