Seorang pengangguran yang hobi memancing, Kevin Zeivin, menemukan cincin besi di dalam perut ikan yang tengah ia bersihkan.
"Apa ini?", gumam Kevin merasa aneh, karena bisa mendengar suara hewan, tumbuhan, dan angin, seolah mampu memahami cara mereka berbicara.
"Apakah aku halusinasi atau kelainan jiwa?", gumam Kevin. Namun perlahan ia bisa berbincang dengan mereka dan menerima manfaat dari dunia hewan, tumbuhan, dan angin, bahkan bisa menyuruh mereka.
Akankah ini berkah atau musibah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memasuki Kota Dorman
Kevin mengamati perilaku penjaga kota yang entah kenapa lebih memperketat penjagaan dna pemeriksaan.
"Apa yang terjadi pak? Kenapa hari ini seketat ini penjagaannya?", Kevin sedikit menduga bahwa ini ada kaitannya dengan kekacauan yang ia buat kemarin.
"Kurang tahu pastinya. Tapi, kudengar dua penjaga hutan buatan di sana tewas dengan luka di dahi mereka. Anehnya, tidak ditemukan peluru atau jejaknya. Konon beritanya mereka tewas setelah terkena lontaran kerikil.
Huh, siapa juga yang akan percaya dengan isu seperti itu. Pasti mereka memiliki rahasia untuk ditutupi", ungkap penjual gorengan, merasa tidak masuk akal sebutir kerikil bisa menembus kepala yang begitu keras. Asumsinya tentu saja karena tak ada pelontar kerikil yang sekuat senjata api karena menggunakan mesiu sebagai bahan pelontar dalam selongsong peluru.
"Rahasia apa itu pak?", Kevin mencoba menelisik, berharap penjuak gorengan itu punya informasi yang mungkin berguna.
"Entah lah nak. Aku pun tak tahu. Mungkin ada pencuri atau penjahat yang bersembunyi ke area hutan buatan dan membantai penjaga hutan", asumsi pedagang itu tidak salah total, karena pencuri itu ada di sampingnya sekarang.
"Apa tidak ada yang mencoba menyusup ke kota dari saluran pembuangan yang jernih di sana?", Kevin penasaran.
"Oh, kalau itu sih sudah beberapa orang mencoba. Namun tak ada yang selamat. Semua berakhir tewas dengan bibir membiru seperti keracunan", pedagang itu mengkonfirmasi dugaan Kevin yang melihat ular laut modifikasi di sana kemarin.
Kevin pun mengangguk dan bergegas pergi setelah membayar makanannya. Kevin membeli satu set pakain bekas yang pas di badannya. Meski bekas, harganya benar-benar menyayat hati, seharga tiga juta hanya untuk satu set, termasuk sepatu dan topi.
"Sialan! Susah dapatnya, cepat sekali menguapnya", guman Kevin lantas mencari penjual batu mulia yang mau menerima barangnya.
"Kalau yang seperti ini, harganya mahal nak. Setahuku, hanya pedagang di kota Dorman lah yang berani membelinya"
Beberapa pedagang emas mengatakan hal serupa kepada Kevin. Namun, meski kini Kevin punya alasan untuk masuk, ia tidak yakin bisa melewati penjagaan secara normal.
"Hufh, rumit sekali cuma sekadar masuk saja", keluh Kevin dalam hati. Ia bisa saja menerobos lewat saluran air, karena ukar itu takkan menyakiti Kevin ketika melihat cincin keramat di jarinya. Namun tubuhnya akan basah dan pasti cukup mencurigakan tiba-tiba keluar dari saluran pembuangan.
"Ah, begitu saja", Kevin tiba-tiba mendapat ide dan berjalan ke arah gerbang kota, mengantre di sana.
Saat tiba gilirannya, Kevin dengan percaya diri berucap.
"Aku petugas magang pembersih ledeng dan saluran air", ucap Kevin seraya mengulurkan telapak tangan untuk dipindai.
"Eh, identitasmu tidak terdaftar sebagai penduduk lokal sekitar kota Dorman. Juga, bagaimana kau bisa diterima sebagai petugas magang?", penjaga menanyakan alasan detail yang sulit dijawab Kevin. Jika ia gagal menjawab, jelas ia akan dihajar karena dianggap menipu meski ia tidak takut.
" Itu, itu karena aku selingkuhan pembantu salah satu penduduk kota ini. Ya, kau tahu lah aku masih muda dan cukup energik memuaskan wanita di ranjang. Mereka lah yang memberiku informasi dan merekrutku. Tentu saja mereka tidak berwenang membuat surat rekomendasi untukku", ucap Kevin, mengarang sebuah alasan yang mungkin akan diterima. Meski begitu, ia sudah siap jika harus mengacau lagi dan melarikan diri jika terekspos kebohongannya.
Penjaga itu mengernyitkan dahi. Hasil pindai memang relevan, karena Kevin memang hobi memancing dan punya karakter tangan yang mirip dengan pengurus ledeng.
"Baik lah, aku akan mengutus satu orang untuk memeriksamu nanti. Jika sampai kau berbohong, maka lidahmu akan dipotong dan gigimu akan dirontokkan", ucap penjaga itu lantas memberi kartu masuk bersyarat.
"Ingat, setelah kau masuk ke rumah tujuan, segera minta surat rekomendasi dan kembali ke sini untuk melapor. Waktumu hanya tiga hari. Saat kau tidak melapor ulang, maka kau akan dijatuhi sanksi berat sebagai penyusup", petugas itu mempersilahkan Kevin masuk.
Dari kejauhan, Kevin melirik ke arah penjual gorengan. Dengan kemampuan mata elangnya, ia bisa melihat pedagang itu memandang ke arahnya kini dengan keheranan.
Kevin melangkah santai meski ia harus cepat menemukan rumah yang tepat atau dirinya akan kerepotan nanti.
"Ah, sebaiknya aku menjual batu ini lebih dahulu", lirih Kevin. Pemuda itu berjalan berkeliling mencari toko yang mungkin masih menerima batunya.
"Hei kau!", pria berpakaian penjaga kota mencurigai gelagat Kevin dan mendekatinya.
"Kenapa pak? Aku hanya mencari toko untuk menjual perhiasan dengan uang", Kevin segera mengatakan maksudnya agar tidak semakin dicurigai.
"Apa kau tahu uang apa yang berlaku di kota ini?", pria itu menguji Kevin.
"Tentu saja logam emas kan", Kevin menjawab sekenanya.
" Kemarikan pengenalmu!", petugas itu memeriksa sejenak lantas menunjuk satu kios kecil yang nampak asri sekaligus moderen.
"Pergilah, jangan berbuat onar!", Kevin menghela nafas lega lantas pergi ke tempat yang ditunjuk.
Di dalam toko, Kevin mendapat seratus keping koin emas pengganti emasnya dan tiga ratus lima puluh keping koin emas lebih kecil sebagai pengganti batu permatanya. Batu sekepal tangan terakhir lah yang paling mahal harganya.
"Dari mana kamu mendapat batu permata, terutama yang besar ini?", pemilik toko mencoba menelisik Kevin.
"Dari endapan lumpur di sungai atau sarang tikus", Kevin mencoba memberi alasan logis.
"Lain kali, datang lah ke sini untuk menjual hasil temuanmu. Aku yakin kamu bukan orang kota Dorman kan?", pemilik toko itu menebak.
"Aku baru saja masuk sebagai tukang bersih-bersih saluran air atau ledeng pak", Kevin tidak mengelak tebakan pemilik toko. Mungkin saja dia bisa mendapat pekerjaan sementara di sini.
"Oh, begitu. Di mana kamu direkrut? Kalau tidak keberatan, bekerja saja kepadaku", pemilik toko itu menawarkan.
"Wah, aku belum jelas rumahnya dan masih mencari. Aku ke sini karena diundang asisten rumah tangga salah satu penduduk kota ini, tapi dia bahkan tidak bisa memberiku rekomendasi", Kevin pun menceritakan sedikit masalah yang ia dapatkan saat masuk ke gerbang.
"Eh, kalau begitu aku bisa memberimu rekomendasi, tapi dengan satu syarat. Coba lihat dulu kartu pengenalmu", pemilik toko itu nampak ingin memanfaatkan Kevin.
"Apa itu pak?", Kevin mengulurkan kartunya. Ia tahu dirinya akan dimanfaatkan. Namun dia memang sengaja berkata seperti itu agar dipekerjakan.
"Oh, benar-benar orang luar daerah. Baik lah, syaratnya kamu harus jual semua batu permata dan emas yang kamu temukan kepadaku. Tenang saja, aku takkan mencurangimu. Harga yang kuberikan hanya selisih satu level dari harga beli normalnya. Tapi kamu akan mendapat gaji dan rekomendasi dariku. Kamu bahkan hanya perlu bertugas saat kubutuhkan. Sisanya cari lah emas atau batu permata. Bagaimana?", pemilik toko itu sama sekali tidak peduli dari mana emas dan batu mulia Kevin. Bisnis menguntungkan lah yang terpenting.
" Em, baik lah. Berapa gajiku pak? Juga, aku ini pengelana. Saat aku bosan, maka aku akan izin pergi dari kota ini", Kevin tidak mau rugi dan tak ingin terlalu terikat.
"Eh, itu gampang. Gajimu 100 koin emas kecil sebulan. Jika kerjamu bagus, aku bisa tambahkan bonus. Namaku Beny. Senang bekerjasama denganmu, Kevin", Beny mengulurkan tangan. Kevin pun menjabat tangan itu dan mengangguk.